bab 30

19 2 0
                                    

Malam hari sebelum mereka menikah telah tiba, rasa gelisah terus datang di pikiran Jia karena terus teringat pada ancaman yang diberikan Aruna padanya. Alfath terus menghubungi Jia dan menanyakan perasaan dan kabarnya setiap detiknya.

 Alfath terus menghubungi Jia dan menanyakan perasaan dan kabarnya setiap detiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jia melihat jam sudah menunjukkan pukul 02.40 dini hari, ia berbaring di kasurnya sambil melihat langit-langit kamarnya. Dengan perasaan yang berdebar ia menatap gaun yang akan ia kenakan besok pagi.

”ini hari terakhir aku tidur sini ya? Tapi kenapa aku malah ga bisa tidur sih, ayo dong ji tidur!! Besok pagi udah ijab qobul loh... Masa lo ga tidur sih” setelah berbicara dengan dirinya sendiri selama beberapa menit Jia tertidur lelap di kamarnya.

Di sisi lain Alfath memutuskan untuk tidak tidur agar hari yang ia nantikan tak terlewat sedetik pun. Keesokkan paginya Jia sudah berada di gedung pernikahan begitupun dengan Alfath, terasa berat untuk sang ayah melepaskan putri semata wayangnya menjadi milik seseorang.

”sudah siap Fat??? Ayah harap kamu siap nak, kesempatan ini cuma ada sekali seumur hidup” ucap ayahnya menepuk pundak Alfath.

”yah, aku takut salah ngucapin nama Jia. Tapi aku lebih takut lagi kalau aku ga bisa ijab qobul”

”laki-laki ga perlu takut untuk memulai langkah, ayah tau kamu bisa fat. Ingat-ingat nama Jia dan marga belakangnya ya?? Ayah percaya kalau kamu pasti bisa” ayah Alfath berjalan menghampiri papa Jia yang menunggu putrinya dari luar ruangan.

”pak wira, saya serahkan putri saya sepenuhnya pada putra bapak ya. Saya harap anak-anak kita tidak salah memilih pasangan ya?? Semoga saja ini menjadi pernikahan pertama dan terakhir mereka ya pak??”

”terimakasih sudah mempercayakan Jia pada putra saya pak nata, saya juga berharap seperti itu pada putra saya sendiri pak”

”semoga saja pernikahan ini berjalan dengan lancar, biar kita bisa cepat-cepat gendong cucu”

”hahaha.... Benar sekali apa yang pak wira bilang, saya juga sebenarnya sudah tidak sabar untuk menimang cucu”

Di sisi lain Jia sedang berada di ruangannya untuk di dandani agar terlihat sangat cantik di hadapan semua orang nanti. Jia menatap wajahnya sendiri di dalam cermin, dengan perasaan yang tak karuan ia menggenggam tangan ibunya dengan erat.. seperti tau apa yang sedang di rasakan putrinya ia menatapnya lalu mulai menenangkan nya.

”anak mama cantik sekali hari ini?? Pasti nanti Alfath suka banget lihat kamu sayang”

”berarti aku ga cantik dong sebelum-sebelumnya??? Wah parah sih mama”

”kamu cantik setiap hari sayang, buktinya Alfath juga bilang kaya gitu kan??” ucap bunda Alfath membantu merapikan rambut Jia yang masih sedikit berantakan.

”makasih ya Bun, udah mau bantuin aku sama mama hari ini... seneng banget rasanya, tapi kadang sedih juga... soalnya aku bakalan jauh sama kalian” Jia memegang tangan bunda Alfath yang masih sibuk menata rambutnya.

ALFATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang