1. Theo: The Stoic Guy

3K 108 6
                                    

THEO
"The Stoic Guy"

○●○

But I believe if you tell a story, it's like sending a nightingale into the air with the hope that its song will never be forgotten. — William Kent Kruger

JANTUNG BUKAN HANYA sekedar kejut dan detak. Jantung punya sensor yang dapat meluluhkan seluruh batalion hanya dengan satu perintah anti emosional. Setiap detak yang jantung lakukan, semakin banyak korban tidak bersalah melayang di sepanjang jalan satu arah. Kehilangan detak mereka; kehilangan udara yang masuk ke saluran pernapasan mereka. Hanya darah melimpah, serta pelampiasan tidak terbalaskan yang membolongi jantung penuh trauma tak tersembuhkan mereka.

Tapi ... bagaimana rasanya hidup, meskipun kita merasa bahwa jantung tidak lagi berdetak?

Aku selalu berpikir bahwa hidup hanya sekedar menarik dan menghembuskan napas untuk mencegah jantung kita berhenti berdetak. Tapi bagaimana jika aku tidak merasakan hal tersebut? Aneh berpikir seperti ini karena aku juga masih terasa sakit setiap melihat luka dalamku yang belum terobati sepenuhnya.

Hanya menarik ... dan menghembuskan napas. Seperti seorang yang masih hidup di dunia. Sesimpel itu dan semua orang bisa melakukannya. Aku juga bisa melakukannya.

Tapi apa kita pernah berpikir tentang hierarki kehidupan kita di semesta ini? Apa peran kita jika di mata semesta kita hanya sepercik debu yang dapat terusap dengan satu tiupan kecil?

Apa kita hanya debu berdetak yang tidak berarti apa-apa di luar sana? Di angkasa? Di bulan? Mars? Pluto? Galaksi? Lubang hitam?

Aku bisa memahami jika manusia bukan apa-apa ketimbang apa yang ada di luar semesta. Kehampaan dunia dengan bercak batuan luar angkasa bermacam jenis dan warna mengapung tanpa arah. Apa itu diri kita seutuhnya?

Kita bisa merasakannya saat melihat debu melayang di dalam ruangan. Tidak terlihat kecuali ada sinar cahaya yang memberikan bayangan bagi mata untuk menangkapnya. Atau mungkin saat kita melihat semut yang berjalan bejejeran seperti pekerja rodi yang tidak kenal istirahat. Apa itu inti kita hidup di dunia? Bekerja rodi kepada ... semesta? Membiarkan jantung kita berdetak demi sesuatu yang menganggap kita seperti debu tak kasat mata?

Semua orang melihatnya; butiran kerlap-kerlip cahaya warna di tengah kegelapan dunia. Dari jauh hanya sebatas cahaya malam yang memberikan berbagai macam penerangan bagi seluruh orang yang tinggal di bawah mereka. Dari dekat ... manusia-manusia dengan berbagai wajah yang berjalan dengan tujuan mereka masing-masing, atau mungkin mereka hanya pasrah.

Aku memperhatikan jalanan Manhattan yang ramai dengan taksi dan klakson mereka. Ribuan orang berjalan berdesak-desakkan untuk menghindari toko kelontong yang menjual berbagai macam buah dan aksesoris untuk turis. Teriakan penjual juga tidak kalah menegangkannya daripada klakson mobil. Semua orang di sini bekerja rodi agar dapat tinggal di tempat layak tanpa harus menjual diri.

Di jendela aku menekuk lutut, masih membaca novel yang aku beli lima bulan yang lalu sambil sesekali memperhatikan keramaian jalan di tengah malam. Mereka pikir semuanya akan mereda saat hari semakin gelap, tapi itu hanya kebohongan semata. Mobil-mobil hitam mewah dan wanita-wanita malam mulai memadati jalan. Aku melihat beberapa masuk ke dalam mobil sebelum menghilang dari arah pandang. Aku juga melihat beberapa yang keluar dari mobil dengan keadaan mabuk dan tanpa arah.

"Theo."

Aku mendongak lesu, menatap adikku yang berdiri di hadapanku dengan wajah tidak sabaran dan kedua tangan menyilang. Ia memainkan pakaian rajutan yang dikenakannya sejak kemarin, terlalu bandel untuk tidak menggantinya dengan pakaian bersih yang sudah aku beli hanya untuknya.

Heart Shatter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang