17. Theo: Game Changer

214 17 2
                                    

THEO
"Game Changer"

○●○

JIKA AKU PUNYA nikel setiap aku bertanya kepada diriku tentang "Bagaimana aku terjebak dengan wanita kaya yang menyebalkan?" maka aku akan punya dua nikel. Tidak banyak, tapi aku benci karena itu terjadi kepadaku dua kali.

Julia dengan percaya diri mengatakan kepadaku bahwa dalam rapat keluarganya, aku dapat bergabung dan kami berdua dapat mendiskusikan bersama perihal masalah publikasi nama keluarga Voclain yang semakin tercemar akibat berita Julia tentangku tersebar di internet. Jika boleh jujur, aku tidak peduli dengan semua ini, aku hanya ingin mendapatkan kembali restoranku. Entah apakah ini mungkin, aku akan bertemu dengan Valentino agar pria tersebut mengubah keputusannya tentang restoranku.

Seperti yang aku katakan sebelumnya, semua ini sangat buruk bagiku. Seluruh biaya karyawan dan juga pengobatan Ben memang cukup dengan uang empat juta dolar yang Selena tawarkan kepadaku. Tidak selamanya, aku tahu. Semua urusan finansial ini sudah aku kalkulasi sekitar lima puluh kali, tidak ada tidur nyenyak karena semua hal yang ada di kepala berisi pertanyaan tentang bagaimana aku dapat menyimpan semua yang sudah aku bangun.

Gabby ada di apartemen studioku, saudariku itu sibuk menelepon Lukas mengenai rumah makan mereka sambil sesekali melirikku dengan tatapan jijik saat melihatku dengan pakaian formal yang aku punya. Jas tua, terakhir kali aku gunakan adalah saat peresmian restoran dan tanda tangan sertifikat-sertifikatnya. Aku tidak membutuhkannya, pekerjaanku tidak membutuhkanku untuk berdandan banyak waktu agar orang-orang dapat menganggapku ada. Aku selalu bekerja di balik layar, dan aku menyukainya, lebih banyak kontrol yang aku punya, dan aku juga tidak perlu berpura-pura di hadapan semuanya.

"Apa kau seriusan tidak punya jas yang lain?" Gabby berjalan ke arahku sambil memperhatikan jas hitam milikku yang masih terasa kaku di tubuh. Wanita itu mengambil benang-benang yang menempel di jasku sebelum ia menyentil telingaku. "Kenapa kau tidak bilang kepadaku lebih awal? Lukas punya beberapa setel jas yang dapat kau pinjam."

"Aku tidak membutuhkannya." Aku berkaca di dalam kamar mandi, merapikan kemejaku sebelum mengancing lengan jasku.

Gabby bersandar di pintu kamar mandi, sesekali ia mengelus perutnya sebelum wanita tersebut mengerucutkan bibir. "Harusnya kau memberitahuku tentang masalahmu dengan Keluarga Voclain."

Aku tersenyum miring, memperhatikan perut wanita tersebut sampai ia menyadarinya sebelum pandanganku kembali terarah ke kaca. "Kau punya masalahmu; aku punya masalahku. Lagipula aku tidak akan menambah stresmu tentang masalah yang tidak bisa kau atasi."

Gabby yang masih ada di depan pintu kamar mandi membuat udara di dalam semakin menyesakkan, seperti karbondioksida yang menyerap semua oksigenku untuk bernapas, terasa tidak nyaman, dan aku merasa pusing.

Keluar dari kamar mandi, aku berjalan menuju ke lemariku yang masih terbuka sebelum menutupnya dengan pelan, sesekali tersandung boks berisi barang yang aku simpan di bawah kolong karena aku tidak lagi punya banyak tempat.

"Tapi tetap saja, kau sedang berurusan dengan Keluarga Voclain, kumpulan orang yang punya nama di seluruh Amerika Serikat. Bagaimana jika mereka ... menyakitimu?" Suara Gabby yang lantang di ujung mengecil saat klausa terakhirnya terucap.

"Apa aku terlihat peduli?" Aku meliriknya sebentar, kembali merapikan semua barangku yang berantakan di lantai yang membuatku tersandung.

"Seharusnya. Mereka memaksamu untuk pindah lokasi restoran yang selalu kau inginkan, dan entah apa lagi yang mereka lakukan kepadamu sehingga kau terjebak ke dalam semua ini. Restoran itu merupakan kerja kerasmu sejak SMA. Kau menabung banyak uang sampingan untuk itu. Kau juga harus banting tulang setiap hari dan berbohong kepada ... mereka untuk membawaku pergi ke sini. Kau bekerja keras untuk mencukupi kami semua dan merelakan dirimu untuk menunda pembukaan restoran karena aku, atau Ben, atau Dany, atau Lukas membutuhkan uang darimu. Aku memang tidak tahu bagaimana aku dapat membantumu, tapi aku akan benar-benar marah dan kesal jika mengetahui bahwa mereka merusakmu seperti ini hanya dengan satu jentikkan tangan mereka. Kau seharusnya memberitahuku lebih awal karena paling tidak kau dapat bercerita kepadaku dan kau tidak menanggung semuanya sendiri." Gab menarik napas ngos-ngosan saat ia selesai berbicara. Wanita tersebut memegangi perutnya sambil menatapku dengan mata lebar.

Heart Shatter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang