23. Theo: Unruly Tragedy

211 15 5
                                    

THEO
"Unruly Tragedy"

○●○

PUKUL SEPULUH MALAM aku masih ada di restoran. Kebanyakan dari karyawan sudah pulang setelah menyelesaikan shift harian mereka, hanya ada tiga orang karyawanku yang masih ada di restoran, dan aku sedang memberitahu mereka tentang kebijakan-kebijakan dan hal baru yang akan diimplementasikan ke dalam restorannya.

Selama dua bulan terakhir aku sedang membuat resep masakan baru untuk menyambut musim panas. Aku tahu bahwa akan ada banyak turis yang datang kemari saat musim panas mengingat kota ini penuh dengan landmarks terkenal dan juga estetika bangunan yang orang-orang suka.

Aku menyerahkan resep baruku kepada Jim setelah musim panas berjalan dua minggu yang lalu. Sekarang aku ingin feedback semua orang, termasuk laporan statistik pembelian yang sudah dikumpulkan menjadi satu oleh Kara, resepsionis seniorku yang mendata seluruh menu ke dalam komputer restoranku. Collin—helper dapur terbaru yang aku pekerjakan dua bulan yang lalu tersebut—bertanggung jawab kepada Jim untuk menanggung semua pasokan barang yang masuk ke dalam restoran.

Dua jam terakhir aku mendata semuanya lewat laptop milikku, memastikan agar semua orang benar-benar melakukan tugas mereka di restoran karena aku membayar mereka bagus. Meskipun aku ingin mendirikan restoran di tengah distrik Midtown yang notabenya penuh dengan turis dan orang-orang tajir di seluruh Manhattan agar aku dapat menghasilan uang lebih untukku di masa depan, aku juga tidak ingin restoranku dipenuhi dengan para karyawan yang tidak konsisten, memiliki layanan yang buruk, tidak cekatan, dan juga menyebalkan.

Satu-satunya cara untuk menghadapi ini adalah aku memilih mereka satu persatu saat lowongan kerjanya terbuka. Semuanya sangat mudah saat kebanyakan karyawan yang ada di sini punya totalitas tinggi dan benar-benar ingin bekerja di sini. Bayaran yang lebih dari rata-rata merupakan salah satu hal kenapa aku yakin mereka masih ingin bekerja di sini.

Aku memang tidak mempekerjakan banyak orang yang bekerja part-time dalam restoranku, tapi delapan bulan yang lalu saat inflasi mulai mengejarku, aku hanya ingin orang-orang yang penuh tanggung jawab untuk membantuku di restoran. Aku ingin restoran ini untuk berkembang; aku ingin restoran ini dikenal oleh banyak orang, utamanya oleh kalangan atas yang punya banyak uang.

"Aku akan mulai berbicara dengan penasihat keuangan dalam jangka waktu dekat." Aku menghela napas, tidak percaya bahwa aku menyetujui ucapan Gabby agar aku mengelolah restoranku lebih efisien. Melihat bahwa saat kontrak bangunanku berakhir, aku berencana untuk membeli bangunan dan tanahnya dari kontraktorku. Aku rasa tabungan profitnya yang naik dua puluh persen berpotensi besar untuk membantuku mengurus restorannya.

Kara dan Collin mengangguk mantap. Kedua orang tersebut melambaikan tangan ke arahku sebelum mereka keluar lewat pintu belakang restoran. Hanya ada aku dan Jim yang ada di kantor. Pria tersebut selalu mengangguk mantap sejak aku membicarakan rencakanku sejak rapat dimulai. Senyum di bibirnya mengatakan bahwa ia tidak terlihat keberatan dengan rencana-rencana restoran ke depannya.

"Aku tahu aku hanya juru masak seniormu, tapi aku sangat senang bisa bekerja denganmu. Beberapa karyawan memang menganggapmu sebagai bos yang galak," Jim tertawa sebentar, "tapi kau orang paling bertekad kuat dalam sejarah karirku di sektor kuliner, terima kasih sudah mempercayaiku untuk bekerja denganmu." Pria tersebut memasang jaket parasut yang tidak dapat diritsleting karena perutnya yang buncit.

Aku mengangguk sambil menghela napas. "Paling tidak aku beruntung tidak memecatmu," ujarku dengan sedikit humor. Jim kembali tertawa hingga perutnya bergetar.

"Oh ya ... aku memperhatikan restoran akhir-akhir ini. Aku rasa ada inspektor yang beberapa kali datang ke sini—aku rasa." Jim berjalan ke arahku, membisik seperti orang yang punya gosip besar sebelum aku melihat matanya melebar.

Heart Shatter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang