14. Julia: Rearrangement

230 20 2
                                    

JULIA
"Rearrangement"

○●○

AKU BANGUN DENGAN napas tersengal-sengal, gambar Rowan yang ada di dalam mimpi membekas di dalam otakku yang sangat lelah.

Aku merasa terbohongi, kau membohongiku, Jules.

Kita berdua punya masa depan yang terlihat nyata, dan kau merusaknya.

Aku tidak ingin menemuimu di makamku.

Aku harap aku tahu lebih awal bahwa kau bukan wanita yang tepat untukku.

Cincin lamarannya masih nyata, dan kau membuang kesempatan kita berdua.

Kau tidak mengunjungiku di Australia. Aku menunggumu.

Mataku masih mencari secercah cahaya di balik gelapnya kamar. Samar-samar tirai jendela yang terbuka menampilkan suasana Kota New York yang penuh dengan asap kabut pagi buta dan lampu-lampu kota yang menyala.

Aku mengusap air yang menetes turun ke pipi, masih merasakan dada yang semakin sesak setiap aku menghirup udara. Tanganku bergetar mencari inhaler di nakas dengan buta. Aku seharusnya mencari ponselku dan menyalakan senternya, aku seharusnya menyalakan lampu kamarmu dan menerangi ruang gelap ini, aku seharusnya melangkah satu langkah ke depan.

Tapi otakku yang masih dikerubungi oleh bayangan kabur Rowan hanya dapat mencari sesuatu yang dapat aku gunakan untuk mengusap dada yang sesak saat wajahnya terpampang di depan wajah.

Setelah menggenggam inhaler milikku yang ada di dalam nakas, aku langsung menyedot udaranya dengan putus asa, ingin dadaku tidak terasa sesak lagi meskipun itu tidak mungkin. Dadaku akan selamanya terluka, dan aku tidak tahu apakah akan ada solusi untuk menghadapinya.

Setelah pandanganku tidak lagi kabur, dengan langkah gontai aku berjalan keluar dari kasur, menatanya dengan enggan sebelum aku berjalan ke kamar mandi dan mengusap wajahku dengan dinginnya air wastafel akibat cuaca.

Aku menatap wajahku di depan cermin setengah badan, dada yang naik turun masih terlihat jelas meskipun aku sudah berusaha untuk menenangkan pikiran. Rambut tergulung yang menutupi alis dan wajah, keringat yang menempel di kening, bibir yang bergetar, dan mata yang menatap horor; aku tidak dapat membayangkan diriku pada posisi seperti ini.

Semua hal terbaik yang terjadi denganku kini hilang ditelan bumi. Rowan merupakan hal yang terbaik bagiku ... sampai itu tidak lagi. Aku selalu punya bayangan dan imajinasi mengenai semua hal yang dapat kami lakukan bersama agar hubungan kami terus berjalan, lagipula itu yang seharusnya dilakukan saat seseorang berada dalam sebuah hubungan, 'kan? Selalu berusaha, tidak hanya pada awal-awal saja.

Aku tahu Rowan dan aku punya prinsip yang sama, karena itu kami selalu berada di jalur yang sama, dan aku menyesal dan merasa buruk karena aku menghabiskan banyak waktuku untuk memimpikanmu skenario imajinasi bersamanya. Pria itu sempurna, seseorang yang tidak pernah aku ragukan moralnya. Aku harap aku punya lebih banyak waktu denganya.

Aku ingin berbicara kepadanya, aku ingin punya kesempatan untuk bertemu dengannya terakhir kalinya, aku ingin membayangkan diriku ada di sampingnya selamanya sampai kami berdua tua. Aku sangat menyesal.

Aku harap aku dapat memutar waktu dan mengutarakan semuanya kepada Rowan. Aku harap ia tidak terlalu sibuk bekerja dan tidak memperhatikan kesehatannya. Aku harap aku selalu memperhatikan kesehatannya karena aku tahu ia selalu mengabaikannya. Aku harap aku mengatakan bahwa aku hanya mencintainya, tidak ada orang lain yang dapat menandinginya. Ia merupakan separuh hidupku, jantung yang diciptakan bersama saat keyakinan kami dibentuk berdua. Yang lain tidak ada apa-apanya ketimbang dengannya.

Heart Shatter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang