Wowowowowowowo. Buku terakhir dari seri USA sudah selesai. Akhirnya ....
Proyek satu setengah tahun ini membantu banyak buat mengasah cara menulisku, aku bersyukur kalian juga ada di sana buat ngeliat progres yang berlangsung, karena satu hal yang aku tahu dari semua proyek ini itu aku mau belajar, dan aku mau semua orang tahu kalau aku juga enggak sempurna sejak awal.
Proyek ini ditulis saat aku ngehadapin banyak masalah IRL, nulis itu satu-satunya medium yang membantu aku buat ngehadepin ini, karena itu aku selalu mau ngucapin terima kasih banyak buat semua pembaca yang sudah setia dan vote dan komen. Memang enggak banyak yang baca ceritaku, dan sulit bilangin ke orang-orang kalo sejujurnya vote dan komen itu banyak membantuku. Vote dan komen biasanya bikin mood-ku jadi lebih baik dari sebelumnya.
Di buku terakhir ini, seperti biasa ... aku mau ngucapin banyak terima kasih buat semua orang yang sudah baca ceritanya. Mungkin kalian cuman baca cerita ini, mungkin kalian udah baca cerita sebelumnya di seri ini dan mau lihat gimana progres karakternya. Aku mau ngucapin terima kasih sebanyak-banyaknya.
Seperti biasa, aku suka nambahin analisis tentang cerita dan karakternya setiap akhir cerita, mari analisis bersama, dan mungkin kalian bisa kasih tahu pendapat kalian tentang buku ini dalam perspektif kalian juga.
Jadi pertama-tama, buku ketiga ini merupakan buku yang paling banyak researchnya. Aku harus lihat pertunjukkan-pertunjukkan balet di youtube, baca jurnal-jurnal tentang balet, analisis semua gerakan balet lewat video-video, baca banyak vlog tentang balerina yang tinggal di New York, baca-baca forum tentang balet di internet, ngelihat interview-interview balerina dan prima-prima ballerina, sampai kepoin website perusahaan-perusahaan balet di Amerika Serikat.
Aku juga baca banyak artikel dan jurnal tentang bisnis restoran dan rumah makan di Amerika Serikat, baca-baca review-review makanan di restoran USA, buat resep makanan imajinatif khas Amerika Serikat, baca undang-undang tentang restoran dan rumah makan juga sertifikat-sertifikat legal yang harus ada.
Hidup di Manhattan, New York itu artinya semua bahan-bahan dan gaya hidup di sana itu mahal banget. Aku mau nangis waktu research tentang biaya-biaya mulai dari apartemen, restoran, tanah, dan bangunan-bangunan lainnya soalnya banyak banget angkanya lmao. Tapi I'm glad soalnya aku jadi belajar banyak.
Ngomongin New York dan Manhattan, aku sampai banyak lihat-lihat artikel tentang indeks pendapatan dan pengeluaran perbulan, terus distrik-distrik yang ekonominya paling maju sampai rendah, terus ngecek keadaan cuaca setiap bulannya lewat website pemerintah mereka, terus ngeliat rata-rata biaya rumah sakitnya berapa. Minor research yang aku baca juga artikel-artikel tentang kanker prostat dan penyakit-penyakit kehamilan lainnya.
Huft ... untungnya semua worth it kok, soalnya aku suka sama cerita ini. Kalo boleh jujur, ini cerita favoritku dari dua buku sebelumnya.
Kenapa?
Aku sebenarnya belajar tentang konsumsi dan juga budaya di AS, salah satu hal yang paling dititikberatkan itu inflasi di Amerika Serikat akhir-akhir ini. Banyak pemerintah AS yang bermena-mena untuk mengatur finansialnya, karena itu makin banyak demo yang berkeliaran di AS.
Di sini kita bisa lihat dua dunia dari Julia, cewek penuh privilege, nepo baby :v, dan buta dunia soalnya ia hidup di lingkaran nyamannya sejak ia bayi, cerita ini nge-highlight kalo Julia ini orang yang punya empati tinggi, karena itu waktu inflasi mulai nyerang, ia langsung sadar kalo temen-temennya itu kena dampaknya semua, apalagi dia baca banyak jurnal tentang bisnis, karena itu Julia di sini digambarin sebagai cewek yang punya empati tinggi dan kemampuan analisis yang selalu dihirauin soalnya dia lagi depresi.
Berbicara tentang depresi, Theo itu pria yang jadi zero to hero. Theo bekerja keras banget sejak dia kecil karena ia takut dikejar. Meskipun dia sudah punya restoran, dapet beasiswa di akademi kuliner, dan kerja di restoran-restoran mewah, dia masih jadi orang yang terkena dampak inflasi. Aku mau nge-highlight kalo orang-orang menengah, meskipun mereka udah bekerja keras sampai tubuh mereka rusak dan sakit pun gaakan pernah bisa pindah jadi orang menengah ke atas ... kecuali lewat jalur keberuntungan. Di sini Theo ketemu sama Selena Voclain, salah satu orang paling kaya di New York yang langsung jadiin Theo millionaire dengan biaya pendapatan kerjanya. Dengan uang sebanyak itu, tentu Theo sebagai orang menengah bakal nge-abuse kekuatan keberutungannya itu sampai restorannya bisa jadi terkenal.
Theo dan Julia punya masalah yang sama. Theo punya masalah dengan depresi, trauma kekerasaan fisik, karirnya di restoran miliknya, keluarga lamanya di DC dan "keluarga" barunya, Ben yang kena kanker dan Gabby yang selalu berusaha dilindungi sama Theo. Theo selalu ngedepanin orang lain kalo dia bener-bener sayang sama mereka, tapi akibatnya ia jadi ga ngepeduliin dirinya sendiri, seperti orang depresi.
Julia juga punya masalah dengan depresi, ED (gangguan makan), trauma kekerasan seksual, karirnya sebagai balerina, keluarganya yang sibuk dan Julia pikir mereka "nelantarin" dia, karena itu Julia selalu ingin diperhatiin orang lain, khususnya Theo soalnya keluarganya enggak pernah memperhatiin dia seperti itu.
Kedua orang ini juga pergi ke terapis, tapi seperti yang kalian tahu di plot kalo enggak semua masalah dapat sembuh dengan cepat seperti itu aja, mengingat mereka berdua sudah pergi ke terapis sudah lama tapi masalahnya semakin menggila di buku ini.
Salah satu hal yang paling berkesan buat aku itu Theo dan Julia yang saling paham tentang masalah satu sama lain. Mereka memang gabisa bantu sama lain, karena itu cerita ini bukan tentang plot yang saling bersilangan buat karakter untuk bantu karir karakter yang lain. Sebagai gantinya, aku mau ngembangin sebuah plot yang intinya itu, "Oh ... aku gabisa bantu masalahmu, tapi aku bakal ada di sana buat moral support."
Sejujurnya, itu perkataan berat untuk dilakuin di dunia nyata, mungkin gesturnya terlihat mudah soalnya kalian cuman butuh ada buat satu sama lain, tapi enggak semua orang punya privilege buat ngalamin ini. Karena itu mereka saling support satu sama lain dan nguatin satu sama lain yang akhirnya jadi cinta.
Udah sih, gitu aja ... aku gatau mau ngomong apa lagi : (
Sejujurnya, setelah nulis dan editing serta proofreading cerita ini, aku ngerasa kosong setelah baca. Aku gabisa nulis buku selanjutnya soalnya mentalku masih penuh di sini. Waktu baca dan editing bab terakhir, aku sadar kalo "Wah, kok aku ngerasa kosong habis namatin ceritanya?" padahal aku yang buat ceritanya, aku yang buat plotnya, aku yang buat karakternya, aku yang buat endingnya. Tapi sebagai orang yang juga punya jiwa pembaca ... gagal move on waktu baca sebagai seorang pembaca itu menurutku suatu hal yang penulis harus bangga.
Aku bangga sama cerita ini, dan ketiga serinya. Jadi aku pikir aku sukses dengan Proyek USA Seriesnya. :)
Tapi ... sebelum aku selesai, aku mau ngucapin terima kasih banyak untuk pembaca setia, khusus untuk pembaca setia yang uda baca cerita dari buku pertama sampai buku terakhir ini. Terima kasih banyak.
Oh ya, kalo kalian tanya, "Kak Tal, itu kenapa banyak masalah yang belum dipecahin di cerita? Apa Alex dan Olivia bakal pacaran? Siapa mantan Val yang selalu bikin Val kesel? Ke mana aja sih Camilla, kok gadijelasin? Ortu Julia kok aneh banget sih?"
Well ....
Hehehehe ....
Seri USA memang akan berakhir untuk buku ini. Tapi keluarga Voclain masih punya banyak cerita ;)
Karena itu seri berikutnya yang akan dipublikasi adalah Seri Voclains, membahas tiga saudara Voclain lainnya yang belum mendapat cinta mereka, eh, ups. Ahaha. Hm
Sudah gitu aja, terima kasih semua! Kalo kalian punya pertanyaan dan komentar, bisa free tulis di kolom komentar, aku seneng baca-baca dan diskusi bareng kalian. 😊
— Talia
P.s jangan lupa follow Ig: taliamefta buat dapet info terbaru untuk cerita2ku... terima kasih!
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Shatter [END]
Romansa🏅"Spotlight Romance of February 2024" Reading List by WattpadRomanceID Ketika satu pasang jantung pecah menjadi kepingan mati rasa, hanya paradigma cinta keduanya yang dapat kembali membangun kembali sebuah kata rasa. Theo Wright, pria dengan aura...