Bab 21

655 32 2
                                    

Suara deru mobil terdengar menggelegar saat mobil berwarna hitam itu memasuki pekarangan rumah milik keluarga Adit Dinata. Pais turun dan di susul oleh istrinya yang memegangi tas selempang. Mereka menaiki beberapa anak tangga yang akan terhubung langsung ke teras rumah dan pintu.

Rifa mengetuk pintu beberapa kali. Tidak ada sahutan.

"Mungkin Ayah sama Bunda lagi di kamarnya. Langsung masuk aja."
lantas Rifa membuka pintu dan mengucapkan salam. Rifa mempersilahkan Gus Pais masuk dan mereka beriringan, berjalan ke dalam.

Pantas saja tidak ada sahutan, ternyata kedua orang tuanya sedang di dapur. Aleena sedang di suapi oleh Adit. Mereka terlihat sangat romantis. Berdua saling suap-suapan, sepeti pasangan yang baru menikah.

"Emm... pantesan tidak ada yang nyahut, ternyata ada yang sedang romantis-romantisan." Rifa datang bersama Pais yang berada di sebelahnya.

Atensi kedua pasangan yang sedang duduk di meja makan itu teralihkan. Aleena tersipu malu, pipinya memerah. Sedangkan Adit  langsung menaruh kembali sendoknya karena ucapan anaknya.

"Heheh.. maaf kita gak denger. Iya dong, meskipun Ayah sama bunda udah gak lagi muda, kita harus tetep terlihat romantis. Iya 'kan Bun?" Adit menoleh kepada istrinya dan di balas anggukan oleh Aleena. Adit menggenggam erat tangan istrinya dan menatapnya dengan kelembutan.

Rifa sangat senang melihat keharmonisan kedua orang tuanya, ia tersenyum mengembang. Rifa dan Pais jangankan romantis, bertemu saja susah harus sembunyi-sembunyi.

"Kamu udah sholat Maghrib?" tanya Aleena pada Rifa, lalu beralih menatap lelaki yang berada di samping anaknya. "Eh, tunggu-tunggu, kamu kok bisa barengan sama mantu Bunda yang tampan membahana itu?"

"Udah, tadi kita mampir dulu ke masjid Al-ikhlas." Rifa menatap suaminya sebentar. "Tadi Ifa gak sengaja bertemu sama Mas Pais di taman." 

Pais menyalami mertuanya sekaligus berbasa-basi menanyakan kabar.

Rifa mengajak suaminya duduk di sebrang kedua orang tuanya.

"Alhamdulillah kalo udah."

"Kalian belum makan kan? Bunda tadi masak banyak loh."

"Belum Bun." sahut Rifa.

Di meja persegi panjang itu mereka makan. Aleena dan Adit melanjutkan makannya, setengah lagi yang sempat tertunda tadi.

____

"Gimana, udah berhasil? Ayah udah gak sabar pengen nimang cucu." tanya Adit menurun naikan kedua alisnya sambil tersenyum kepada mantunya.

Pais mengerutkan dahinya. Setelah mendengar penjelasan selanjutnya, ia mengerti apa yang sedang di maksud oleh mertuanya itu.

"Di tunggu aja Yah, tanggal jadinya hehehee..." jawab Pais selepas itu ia menunjukan gigi rapihnya. Tersenyum.

"Ayah tunggu secepetnya."

Menantu dan mertua itu terkekeh bersama-sama. Adit memang suka bersenda gurau.  Rifa melihat Ayah dan Suaminya yang berderai tawa. Ini adalah pertama kalinya Rifa melihat tawa suaminya. Rifa berhenti beberapa saat melihat tawa yang di hasilkan Pais. Ia tersenyum melihat keakraban keduanya. Lantas Rifa melanjutkan jalannya ke arah ruang keluarga sambil membawakan dua teh manis.

Dengan sisa-sisa tawa kedua lelaki itu, Rifa datang dan menaruh teh manis di meja. "Silahkan di minum Yah, Mas." Selepas itu perempuan manis seperti teh manis itu duduk di dekat Pais.

"Anak Ayah, gak usah repot-repot, 'kan jadi enak heheh.." canda Adit.

"Ayah ni bisa aja." Rifa terkekeh mendengar gurauan Ayahnya itu.

Mencari Cinta Gus KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang