Bab 29

742 34 2
                                    

"Ini, jari kamu kenapa?" Umi Halimah mengambil tangan Rifa yang jarinya terbalut oleh plester.

Rifa melihat tangannya yang di ambil oleh mertuanya, ia menjawab, "Nggak pa-pa kok Umi, tadi gak sengaja kena pecahan gelas."

"Ya Allah Nak, lain kali lebih hati-hati lagi."

Umi Halimah menatap Rifa dengan penuh kasih sayang, ia telah menganggap menantunya itu seperti anak-anaknya yang lain. Jadi, kalau Rifa kenapa-kenapa ia akan sangat sedih.

"Iya, Umi sayang."

Umi Halimah menyunggingkan senyuman dan melepaskan tangan Rifa yang sempai ia ambil.

"Ya udah, bantu Umi anterin minuman ke ruang tamu yuk."

"Emang ada siapa Umi?"

Umi Halimah mengambil beberapa gelas dan di letakan di nampan satu persatu. "Itu, ada kedua sahabat kamu. Insyaallah adik ipar kamu itu berniat ingin mengkhitbah teman kamu Ressya, besok lusa."

Wajah Rifa sedikit terkejut, lantas ia tersenyum dan tampak gigi putihnya yang tersusun rapih. "Masyaallah, Alhamdulillah. Rifa doain semoga mereka di beri kelancaran segalanya sampai hari pernikahan tiba."

"Aamiin."

"Ya udah, sini biar Rifa bantu bawa gelasnya."

Dengan senang hati Umi Halimah memberikan nampan itu kepada menantunya. Selepas itu mereka berjalan ke ruang tamu yang sudah ada Kiai Abdurrahman, Gus Hasbi dan juga kedua sahabat Rifa.

Sesampainya di ruang tamu, atensi mereka teralihkan. Rifa langsung menaruh pelan minuman itu di meja persegi panjang bersama Umi Halimah yang menyajikan beberapa cemilan. Lantas Umi Halimah duduk di dekat Gus Hasbi.

"Nggak usah repot-repot Nyai, Ning. Saya jadi gak enak hati." Ressya merasa tak enak hati kepada sahabatnya itu, ia membantu Rifa menyimpan minum di meja.

Rifa tersenyum atas penuturan dari sahabatnya itu, ia menoleh pada Ressya. "Nggak pa-pa, silakan di minum." Lepas itu, Rifa duduk di dekat Umi Halimah.

Setelah kumpul semuanya Gus Hasbi memecah keheningan. "Saya ingin menyampaikan niat saya untuk mengkhitbah kamu. Jika berkenan, saya akan datang kerumah kamu berserta keluarga saya besok lusa untuk mengkhitbah kamu, sekaligus menentukan tanggal pernikahan kita."

"Apakah kamu berkenan?" lanjut Gus Hasbi.

Deg!

Ucapan Gus Hasbi barusan membuat Ressya tertegun, ia mengangkat kepalanya yang tertunduk memandangi sekilas wajah tampan Gus Hasbi. Gus Hasbi membuktikan keseriusannya yang kala itu ia berucap akan mengkhitbah Ressya saat Gus Hasbi telah menyelesaikan urusannya di pondok. Ressya merasa ada ribuan bunga yang bersemayam dalam hatinya. Ressya tak bisa lagi menahan kebahagiaannya, ia tersenyum sembari menundukkan kepalanya sebelum menjawab.

"I—insaallah, saya berkenan," jawaban pelan Ressya membuat semua orang yang berada di ruang tamu itu mengucapkan syukur. Gus Hasbi langsung mengusung senyuman kebahagiaanya.

____________

Rifa sengaja mengantar kedua sahabatnya kembali ke asrama, karena ia merindukan kamar asramanya yang selalu menjadi  tempat tidurnya. Saat ini, Rifa berada di kamar asramanya yang telah ia tinggalkan karena sekarang Rifa tinggal di ndalem.

"Kangen deh kamar ini." Rifa duduk di kasurnya dan menatap sekeliling yang masih sama persis seperti saat Rifa tidur di sana.

"Kalo aku mah lebih kangen kamu Fa, kamar ini tuh serasa sepi aja gitu kalo gak ada kamu." Ghea, perempuan yang memiliki badan sedikit berisi itu duduk di samping Rifa dan menoleh menatap Rifa.

Mencari Cinta Gus KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang