Bab 23

644 29 1
                                    


Ressya berdiri dari duduknya."loh Fa, kamu kenapa?" bingung Ressya memandangi wajah Rifa yang terlihat habis menangis.

Mata Rifa sedikit bintit dan hidungnya memerah. Saat ini Ressya dan Ghea sedang duduk di bawah pohon rimbun yang tadi tempat Ressya memotret Ghea. Ghea sedang merundukan kepalanya melihat Poto-potonya di handphone. Perempuan yang memiliki tubuh agak tebal itu menoleh, menaruh handphonenya di saku, lantas Ghea berdiri melihat kedua sahabatnya.

"Nggak pa-pa, habis kelilipan tadi." sahut Rifa sambil mengucek-ngucek matanya.

"Fa, gak usah bohong. Kita tau kamu habis nangis kan? Kita sahabatan sama kamu bukan sebulan dua bulan tapi udah bertahun-tahun. Kita juga tau, mana yang bikin kamu nangsi karena kepedasan dan mana yang nangis beneran."

"Iya, saha yang bikin kamu nangis! Kadieu lah biar aku yang sikat." Perempuan yang memiliki badan agak gendut itu menimpali seraya menggulung lengan bajunya seakan ingin menghajar seseorang.

Rifa tersenyum melihat Ghea. Dan beralih melihat Ressya.

"Boleh peluk kalian gak?" tanya Rifa kepada kedua sahabatnya.

Ressya dengan Ghea saling pandang. Mereka sedang menanyakan Rifa, apa alasan Rifa menangis, kenapa sahabat yang satunya itu malah meminta di peluk.

"Dengan senang hati." sahut Ressya seraya merentangkan kedua tangannya, sedangkan Ghea menganggukkan kepalanya.

Mereka bertiga berpelukan mendekap erat saling menguatkan. Beberapa saat mereka diam berpelukan hingga, bahu Rifa bergetar menangis di sela-sela pelukannya. Ghea dan Ressya mengusap-usap punggung Rifa. "Fa, kenapa?"

"Iya, Jangan bikin kita khawatir." timpa Ghea.

Rifa masih menangis dan hal itu membuat kedua sahabatnya Ikut menangis. Meskipun mereka tidak mengetahui apa yang membuat Rifa menangis tetapi, mereka bisa merasakan apa yang di rasakan oleh Rifa. Pelukan mereka merenggang, terlepas. Mereka bertiga menghapus cairan bening yang keluar dari mata.

Rifa melihat kedua sahabatnya yang ikut menangis karenanya. "Kenapa kalian jadi ikutan nangis?" Rifa terkekeh.

"Ya karena, kamu nangis terus." sahut Ressya terkekeh seraya menyeka air matanya. Ghea mengiakan ucapan Ressya seraya menganggukkan kepalanya.

"Sorry karena aku, kalian jadi ikutan nangis." Rifa menunjukan raut muka bersalahnya.

"It's okey, kita ngerti kok. Tapi, serius deh kamu kenapa?" Ressya memegangi sebelah bahu Rifa dan merubah wajahnya menjadi serius.

"Saha yang jahatin kamu? Bilang aja sama kita Fa."

Ressya menurunkan tangannya di bahu Rifa dan membenarkan perkataan Ghea.

"Aku gak pa-pa kok, nggak ada yang jahatin aku. Aku hanya kecewa aja sama seseorang." jelas Rifa sembari tersenyum.

Ressya dengan Ghea penasaran siapa yang bikin sahabatnya sampai menangis begitu. Meraka menatap Rifa dengan serius. "Siapa orangnya?" tanya Ghea.

"Nanti aku jelasin sepulang ziarah. Kita ke bus aja yuk, kayanya santri lain udah nungguin kita." Rifa mengalihkan pembicaraan.

Pandangan Rifa beralih ke mobil bus yang mereka tumpangi yang terparkir dengan bus lainya. Terlihat sudah banyak santri-santri yang masuk ke dalam bus, untuk pulang. Mungkin hanya beberapa santri saja yang masih di luar, termasuk Rifa dan kedua sahabatnya.

"Ya udah, yuk." sahut Ghea dengan Ressya. Meraka tidak mempertanyakan lebih jauh lagi karena, mereka tahu bahwa Rifa belum siap untuk menceritakannya. Yang terpenting bagi mereka Rifa baik-baik saja.

Mencari Cinta Gus KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang