Bab 25

777 37 8
                                    

Dua buah Poto yang sedang bergandeng  tangan dan berpelukan itu tersebar cepat ke seantero pondok. Entah siapa yang menyebarkannya di media sosial dan grup chat santri-santri. Tetapi, dua buah Poto itu membuat santri-santri berasumsi bahwa Gus mereka dan santriwati yang bernama Syarifa Khairunnisa Azzahra sudah melakukan zina.

Berbagai fitnah merajalela kalangan santriwati yang langsung bergerombol pergi ke kamar asrama yang di tempati oleh Rifa. Hinaan dan cacian terdengar bergemuruh saat santriwati yang memiliki mata sipit menggedor pintu kamar Rifa.

"OI RIFA, KELUAR LO! JANGAN SEMBUNYI!" teriak santriwati yang memiliki mata sipit seraya menggedor pintunya.

"Iya, keluar kamu Rifa!!" timpal santriwati lainya.

Karena suara yang begitu nyaring di indra pendengarannya, Rifa segera keluar dan membuka pintunya. Perempuan itu tersentak melihat banyak santriwati yang berkumpul di depan kamarnya. "Ada apa ini?" bingung Rifa dan tiba-tiba saja tangannya di tarik dengan kasarnya.

Perempuan yang bermata sipit itu lah pelakunya. "Jangan lo pikir kita gak tau bahwa lo udah melalukan zina sama Gus Pais!!" sarkasnya.

"Astagfirullah haladzim." Rifa memejamkan matanya sejenak, ia menahan sakit akibat cengraman di sebelah tangannya. 'Fitnahan apa ini ya Allah'

"Dasar wanita tak tau diri!!" sarkas wanita yang berperawakan tinggi.

"Kamu itu gak jauh berbeda dengan jalang-jalang yang ada di luar sana." timpal yang lainya. Hinaan yang begitu menyakitkan di hati Rifa, hingga Rifa pun tak bisa lagi menahan tangisan dan sakit akibat cengkraman kuat di tangannya.

"Gus Pais mau meluk kamu pasti karena kamu yang menggodanya 'kan?!"

"USIR DIA DARI SINI!!" kompor santriwati lainya.

Rifa merunduk takut, ia hanya bisa terisak atas cacian dan hinaan yang menohok dan menembus ke dalam ulu hatinya.

"Astagfirullah haladzim, ternyata Rifa yang kita kenal ramah dan baik melakukan hal yang tak senonoh dengan Gus Pais." ucap santriwati yang melihat Rifa dengan jarak beberapa meter.

Teman santriwati itu menggeleng tak membenarkan. "Nggak. Aku masih percaya bahwa kabar itu hanya fitnahan belaka." santriwati yang mempunyai tai lalat di dahinya itu percaya bahwa Rifa tidak akan berbuat zina, karena ia tahu jangankan berbuat zina memandang lawan jenis saja Rifa enggan dan selalu menundukkan kepalanya.

Santriwati itu menoleh pada temannya. "Iya, semoga aja itu hanya fitnahan semata." timpalnya.

Dua orang santriwati tersebut tidak berani melawan segerombolan santriwati yang sedang menghina Rifa, karena mereka takut nanti terkena semprot. Terlebih, mereka tahu bahwa santriwati yang bermata sipit itu sering melakukan pembullyan dan penindasan risak terhadap santriwati yang lemah. Mereka bukannya lemah saat ini tetapi, melihat segerombolan santriwati yang percaya atas tuduhan yang belum tentu benar itu membuat nyalinya ciut.

"Astagfirullah, it—tu gak bener." Rifa membela diri, saat ini kedua tangannya di pegang oleh santriwati. Rifa merintih kesakitan saat tangan yang satunya lagi di pegang oleh santriwati lainnya.

"Ayo kita bawa ke ndalem!! Biar dia dikeluarkan dari pondok!"

Segerombolan santriwati itu akan membawa Rifa ke ndalem di iringi dengan hinaan dan cercaan yang di pelopori oleh santriwati yang bermata sipit. Santriwati yang bermata sipit itu mengetahui Rifa berbuat zina dari Poto yang ada di benda pipih miliknya yang di sebarkan oleh seseorang. Ia menghasut seluruh santriwati agar Rifa di usir dari pondok ini. Kebetulan, santriwati yang bermata sipit itu sangat membenci Rifa, karena Rifa selalu saja sok paling baik menurutnya dan selalu mencari perhatian banyak orang, ia menjadi benci terhadap Rifa.

Mencari Cinta Gus KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang