Bab 34

1.1K 52 4
                                    


Napasnya naik-turun, dadanya menggebu-gebu seperti habis lari maraton, peluh di dahinya bercucuran yang membuatnya lantas menghapus sejenak. 

"Astaghfirullah halazim." Lelaki itu menegakan badannya sembari berzikir.

Untunglah itu hanya mimpi. Entah apa yang akan terjadi pada Gus Pais jika Rifa benar-benar meninggal. Lelaki itu langsung beristighfar dan melafazkan doa-doa. Allah masih sayang dengannya.

"M--mas," ucapan pelan dan lembut dari seorang wanita yang menatapnya, membuat Gus Pais menoleh.

Melihat istrinya yang sudah sadar dari komanya, membuat kebahagiaan singgah di dalam hati Pais, ia langsung memeluk Rifa dan mengecup kening Rifa sembari berucap, "S--sayang, kamu udah sadar? Alhamdulillah ya Allah, terima kasih."

Gus Pais amat bersyukur karena doa-doanya di kabulkan oleh Allah, ia meneteskan air matanya. Entah sejak kapan istrinya itu sudah sadar, yang jelas Gus Pais sangat bahagia.

Perilakuan dan ucapan yang keluar dari mulut suaminya, membuat Rifa tertegun dan mengerjapkan kedua mata lentiknya, Rifa menutup matanya saat Gus Pais mencium keningnya. Bibir tebal Gus Pais membuat keningnya menghangat.

Gus Pais menegakkan kembali badannya seraya mengusap lembut pipi sang istri.

"Sayang, kamu baik-baik aja, kan, Kok diem aja? A--aku panggilkan dokter ya?"

Tanpa menunggu persetujuan istrinya yang masih bergeming tanpa kata, Gus Pais menekan tombol untuk memanggil dokter. Praktis, tak perlu mencari dokter di ruangannya, karena sudah ada tombol yang tinggal langsung di pencet.

Kalau ini mimpi, Rifa harap, ia tak mau bangun dari tidurnya. Perilakuan suaminya yang sangat manis itu membuatnya masih diam tak bersuara.

"Sayang, kamu masih diam aja si. Kamu inget aku, kan? Aku suami kamu." Gus Pais panik melihat Rifa yang masih bergeming dengan tatapan kosong.

"Sayang? ... ya Allah." Lelaki itu menekan kembali tombolnya berharap dokter segera datang untuk memeriksa keadaan istrinya, kepanikan menghiasi wajah tampannya.

"K--kamu siapa?" tanya Rifa pelan.

Mendengar sahutan lemah dari sang istri, membuat lelaki itu menghentikan menekan tombolnya.

"Sayang, kamu gak inget sama aku? Ini aku, Paisal Kurniawan Alaydrus, suami kamu," jelasnya. Gus Pais merunduk memandangi istrinya.

"Masa iya, kamu amnesia," gumamnya.

Rifa tersenyum lemah melihat wajah kepanikan suaminya, ia hanya bercanda saja untuk mengerjai sang suami. Sebenarnya Rifa sudah bangun semenjak Gus Pais memanggil-manggil namanya. Ia bingung kenapa suaminya itu memanggil namanya, apakah dia mimpi? Pikirnya.

"Bercanda Mas, aku inget kok. Kamu itu Gus Pais, suami dari Syarifa Khairunnisa Azzahra."

"Ya Allah, kamu usil banget si." Ingin rasanya Gus Pais mencubit gemas pipi Rifa, namun ia urungkan mengingat Rifa masih sakit.

Rifa hanya mengusung senyuman lemahnya, senang sekali rasanya mengusili suaminya.

Tak berselang lama, dokter pun masuk ke ruangan bersama asistennya. Dokter itu pun langsung memeriksa keadaan Rifa.

"Bagaimana Dok keadaan istri saya?" tanya Gus Pais.

Dokter yang bergenre perempuan itu menjawab, "Alhamdulillah, keajaiban Allah, istri anda baik-baik saja, sekarang hanya membutuhkan istirahat yang cukup dan jangan terlalu banyak pikiran."

"Alhamdulillah, terima kasih Dok."

Dokter itu menganggukkan kepalanya pelan dan menjawab, "Sama-sama. Kalau begitu saya permisi, kalau ada apa-apa bisa panggil saya kembali."

Mencari Cinta Gus KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang