Typo?
Bodoamat.
Baca aja kali yaa
****
Tara termenung. Suara-suara di sekitarnya seakan menjadi latar belakang di dalam pikirannya.
Saat pertama kali dia melihat dua wajah yang sekilas terlihat mirip, Tara mulai menyusun puzzle yang belum dia pecahkan di kehidupan sebelumnya.
Misalnya.
Dia ingat di kehidupan sebelumnya, Yoselin memang memiliki pendukung kuat di belakangnya
Tapi dia tidak menyangka orang itu tidak lain adalah Calio. Apa karena ini Yoselin selalu menolak untuk memperkenalkan Calio di kehidupan sebelumnya, karena tau dia adalah sepupu Alarick?
Dan lagi...
Tara ingat sebelum kejadian dia terjatuh di atas gedung itu. Yoselin sempat hilang beberapa bulan lalu saat muncul kembali dia berkata dia sudah putus dengan Calio dengan penampilan yang membuat Tara saat itu khawatir.
Dari situ sepertinya dia semakin perhatian kepada Yoselin dan dia semakin sering membawa wanita itu kerumah Alarick hingga mereka semakin sering bertemu.
Dia bodoh karena tidak menyadari tatapan Yoselin yang semakin panas saat menatap Alarick. Mungkin karena itu, untuk pertama kalinya Alarick melarang Tara untuk membawa Yoselin kerumah mereka
Tentu saja Tara tidak setuju, dan berkahir dengan pertengkaran mereka. Hingga Alarick tidak kembali selama dua hari entah karena apa.
Tara sepertinya semakin terhanyut oleh pikirannya hingga tidak menyadari Alarick yang kini meremas tangannya pelan.
Tentu saja Tara tidak menyadari kekhawatiran Alarick. Semakin dia berfikir, semakin dia merasa ada rahasia besar yang belum dia tau.
Melihat kearah Ilona yang kini masih setia dengan senyum manisnya, Tara tanpa sengaja melirik kearah Calio
Melihat tatapan penuh arti pria itu, Tara menegakan tubuhnya, yang semakin membuat Alarick merasa ada yang tidak beres.
Pria itu tanpa aba-aba berdiri dari duduknya, membuat suasana yang mulai mencair beku kembali.
"Kita akan pulang" ucap Alarick acuh tak acuh
"Apa maksudmu? Apa kau bisa datang seenakmu dan pergi sesukamu? Dimana sopan santunmu!" Tentu saja itu suara reta yang dari awal tidak suka dengan kemunculan Alarick
"Istriku sedang tidak enak badan. Nenek jaga dirimu baik-baik, lain kali aku akan berkunjung menemuimu" berbeda dengan nada dingin biasanya, Alarick sedikit melembutkan suaranya saat berbicara dengan wanita tua itu.
Tara yang baru sadar apa yang dikatakan Alarick barusan, menatap pria itu bingung. "Tapi aku tidak..."
"Pulang."
"Baiklah" yah, sayang sekali. Padahal dia ingin melihat trik apa yang akan di lakukan Yoselin saat menghadapi saingannya
Benar. Sepertinya Tara sudah memecahkan misteri kenapa Calio sangat mencintai Yoselin.
Melihat wajah tidak rela Tara, Alarick semakin berwajah dingin. Langkahnya semakin cepat membuat Tara melihat kearah pria itu heran, dia bahkan harus berlari kecil untuk mengimbangi kecepatan berjalannya.
"Cih. Jelas-jelas dia sangat sehat, bahkan kulitnya kemerahan. Benar saja, anak yang tidak di didik di lingkungan yang tepat tidak akan bisa setara dengan kita, sesukses apapun dia"
Mendengar cibiran di belakangnya. Tara langsung berbalik, menatap perempuan selaku Tante Alarick itu dengan marah. Ingin sekali dia melempari mulut kotor itu dengan sepatu Yang sedang di gunakannya.
"Reta cukup!" Suara wanita tua itu sukses membuat reta yang akan kembali melayangkan hinan terbungkam seketika.
Tara tersenyum sinis melihat wajah ketakutan reta, sebelum berbalik tak lupa dia menerima senyum remehnya yang membuat reta semakin terlihat marah.
Melihat punggung Alarick yang berdiri diam di depannya membuat Tara merasa ingin memeluknya
Entah kenapa meski punggung itu terlihat kuat dan kokoh Tara masih merasa ingin memeluknya dan memberikan kehangatan padanya.
Dia bahkan diam saat dihina seperti itu. Mungkin dia tidak menganggap serius, atau dia sudah terbiasa.
Bahkan ibu kandungnya sendiri hanya duduk diam, seperti orang asing.
Melirik kearah Sera, Tara segera membuang muka saat melihat ketidak pedulian di wajah itu. Dia bahkan merasa sakit saat melihat sikap acuh itu, apalagi alarick sebagai anaknya.
Tara melangkah maju, menggenggam tangan Alarick "ayo kita pulang"
Alarick menatap Tara dalam. Kata pulang membuatnya sadar jika dia sudah punya rumahnya sendiri. Rumah yang tidak akan lagi terlihat sepi dan mati seperti dulu.
Setidaknya untuk saat ini...
Tapi Alarick berjanji, itu akan berlaku selamanya. Rumahnya, tidak akan lagi terasa dingin seperti dulu.
....
Sebenarnya aku lagi Hiatus guys, cuman aku buru" nulis part ini, yg cuma 600an kata.
Buat buktiin aja sii ke yg komen cerita ini hasil plagiat. Di part atas.
Gue buktiin, gue langsung nulis part ini malam ini juga karena emng gk ada draft sma sekali.
Gue punya otak! Cerita genre Kya gini emng banyak yg mirip, tapi gk sekalipun gue jiplak ya!
Emosi gue anj** bisa-bisanya hasil pemikiran siang malam gue di sebut plagiat.
Tekanan batin banget gue buat cerita ini, niat Hiatus buat ilangin stres malah dibikin kesel lagi.
Huh. Maaf ya guys panjang, gue cuma mau ungkapin isi hati doang sii hehe biar lega.
Maaf pendek nih karena emng gk niat up.
Buat yg lupa sama alur, maaf yaa. Aku orangnya rapuh, gk bisa kalo Kya gini terus🙃
KAMU SEDANG MEMBACA
I Live Again For My Husband
RandomBaca aja. Ngga ada deskripsi. Gatau ilang sendiri.