Banyak typo. Belum di revisi. Jadi maklumi ya guys. Tandain kali bisa. Maacii
Jangan lupa vote!
Selamat membaca!
🖤🖤🖤
Y
oselin terbangun dengan rasa pusing yang masih tersisa di kepalanya.
Dia terlihat tertegun saat merasa ada yang dia lewatkan.
Bukankah dia sedang ada di pesta!
Melihat sekeliling kamar yang di kenalnya dan cahaya matahari yang menembus jendela, Yoselin langsung terduduk tegak.
Bagaimana dia bisa ada di apartemennya? Dan Tara...apa rencananya berhasil?
Kepanikan seketika melanda Yoselin, dia bahkan tidak sadar jika Calio kini sudah membuka matanya dan sedang menatap kearahnya.
"Bangun"
Suara itu membuat Yoselin terkejut. Dia menatap Calio yang kini menatapnya sayu, seperti baru bangun tidur.
Melihat tubuh bagian atas Calio yang terbuka, Yoselin tanpa sadar menatap dirinya sendiri.
Dan benar saja, dia tidak mengenakan sehelai benang pun.
"Kita..." Yoselin bergumam ragu
Tidak mungkin kan!
"Semalam kita memang melakukannya" ujar Calio membuat Yoselin seketika mengepalkan tangannya di balik selimut.
Segera wajahnya memucat dengan mata kemerahan "Bagaimana bisa..." Bibirnya bergetar seakan tidak percaya apa yang sudah terjadi padanya.
Melihat wajah pucat Yoselin, Calio terdiam lama. Matanya meneliti setiap inci wajah wanita itu, sebelum akhirnya menarik Yoselin kedalam pelukannya.
"Aku akan bertanggung jawab"
Calio tidak tau, satu ucapannya membuat Yoselin menghela nafas lega, kepalan tangannya segera melonggar.
Yoselin bukannya tidak mau tidur dengan Calio. Dia tau bagaimana menarik seorang pria, jadi tentu saja dia tau kapan harus maju atau mundur.
Selama ini dia selalu menjaga tubuhnya dari Calio, karena dia tau belum saatnya dia berjalan ke tahap itu. Tapi sekarang, mendengar penegasan Calio, Yoselin merasa lega.
"Semalam...apa yang terjadi?" Yoselin tidak mengingat apapun selain terakhir kali dia meminta seorang pelayan untuk membawanya.
"Akan ku jelaskan." Calio menjelaskan secara rinci.
Mendengar penjelasan Calio, tubuh Yoselin bergetar hebat. Sepertinya kebencian di hatinya bahkan sudah tidak bisa di bendung lagi, hingga membuat tubuhnya bergetar. Bahkan matanya penuh kedengkian.
Sayangnya Calio tidak melihatnya, dia menduga Yoselin ketakutan karena itulah pria itu menepuk punggung Yoselin untuk menenangkannya.
.
.
Tara terkikik pelan, tangannya menggulir layar ponsel terus-menerus, dia bahkan mengabaikan keberadaan Alarick yang kini berwajah dingin.Pria itu menatap ponsel Tara penuh permusuhan, seperti itu adalah benda bernyawa yang menjadi saingannya.
Tapi segera, Alarick melembutkan ekspresinya saat melihat senyum di wajah Tara "Sangat senang?"
Tara yang sedang melihat berita tentang yoselin langsung mengalihkan perhatiannya pada Alarick, wanita itu mengangguk semangat.
"Kemari!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Live Again For My Husband
RandomBaca aja. Ngga ada deskripsi. Gatau ilang sendiri.