15. Dream Wedding

7.3K 419 1
                                    

"Masa, sih, nggak pacaran?" Hanna bertanya saat Radhit menjelaskan bahwa dirinya dan Oci menikah setelah dikenalkan oleh neneknya. Mereka memang tidak mengatakan secara detail tentang pernikahan mendadak yang mereka lakukan.

Radhit menggeleng, "Enggak."

"Hubungan kalian ini agak mencurigakan, ya." Hanna tetaplah Hanna, wanita paling extrovert yang pernah Oci kenal. Ia juga wanita yang kepo, apalagi dengan urusan percintaan teman-temannya. Namun, yang membuat Oci merasa nyaman dengan Hanna karena sahabatnya itu adalah orang pertama yang membuat Oci kembali bangkit setelah kejadian yang cukup membekas diingatannya. Hanna bahkan rela melamar di perusahaan yang sama dengan Oci agar Oci tidak merasa sendirian.

"Ya, walaupun begitu gue bahagia buat lo, Ci. Apalagi dapetnya Mas Radhit, atasan paling peduli sejagat kantor."

"Gue harus tersanjung nggak, nih?" Radhit terkekeh.

"Makasih, ya, Na."

Kedua pasangan suami istri itu berbincang hangat. Mereka banyak membahas tentang masa perkuliahan dan saat Hanna masih bekerja di kantor Oci dan Radhit. Hingga tidak terasa Satu jam berlalu, Oci dan Radhit harus segera menyelesaikan kegiatan berbelanjanya sebelum menuju area bioskop. Keduanya pun pamit kepada Hanna dan Naufal.

Butuh waktu setengah jam hingga mereka berhasil menyelesaikan kegiatan berbelanja mereka. Belanjaan mereka pun telah diletakkan di mobil.

"Kok sepi banget, ya?" tanya Oci pelan. Dalam satu studio hanya terdapat sepuluh orang termasuk Oci dan Radhit.

"Biasanya rame kalau malem." Oci hanya mengangguk.

Film berputar menampilkan adegan demi adegan romantis antar kedua tokoh utama karena memang Oci dan Radhit sepakat untuk memilih film dengan genre romance. Meskipun sebenarnya Radhit dan Oci sama-sama tidak terlalu menyukai romance, tetapi banyak sekali review yang berseliweran di sosial media bahwa pasangan yang sudah menikah wajib menonton film ini yang akhirnya membuat Oci penasaran.

Film sudah berputar selama satu jam dan cukup membuat Oci kelelahan karena duduk terlalu lama. Ia meregangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan, tetapi matanya menangkap sesuatu tepat ia memiringkan tubuhnya ke kiri. Kursi paling pojok menampakkan dua sejoli yang sedang berciuman. Keduanya cukup tenang tanpa suara dengan bibir yang saling bertautan. Setelah seperkian menit Oci sadar dan memalingkan wajahnya ke arah kanan, tetapi yang ia lihat malah Radhit yang kini juga menatap ke arah dua sejoli itu. Setelahnya Radhit kembali menatap ke arah Oci. Keduanya secara tiba-tiba kembali menghadap ke arah depan secara bersamaan dengan wajah yang bersemu.

Oci merasa sangat menyesal memilih kursi paling atas. Bukannya menonton dengan tenang, ia malah disuguhi pemandangan yang memalukan.

"Salah nggak, sih, kita duduk di sini?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Radhit yang masih memandang ke arah depan.

"Iya kayaknya," balas Oci dengan ringisan.

Keduanya kembali diam sampai film selesai diputar. Adegan terakhir dalam film juga mampu membuat Oci berlinang air mata. Ia bahkan masih terus kengusap matanya meskipun mereka sudah keluar dari studio.

Radhit terkekeh melihat Oci yang masih mengusap matanya. Ini memang bukan kali pertama Radhit melihat istrinya menangis, tapi entah mengapa Oci menjadi sangat menggemaskan menurutnya.

Our Traumas [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang