"Mas Radhit mana, bun?" tanya Oci yang baru saja keluar dari rumah.
"Ke rumah nenek, emang Radhit nggak bilang?" tanya Liliana yang sibuk dengan tanamannya.
Oci terdiam sejenak, "Mungkin udah tapi aku nggak denger."
Liliana melihat ke arah Oci, "Kamu sama Radhit kenapa?"
"Nggak papa kok, bun."
Liliana mengangguk, "Mending kamu nyusulin Radhit ke rumah nenek."
Oci tampak berpikir. Jika ia menyusul Radhit, ia takut Fatma akan tahu jika mereka sedang perang dingin. "Nanti aja, bun. Aku mau mandi dulu," lanjutnya.
Liliana hanya mengangguk dan melanjutkan pekerjaannya, sedangkan Oci kembali ke dalam kamar untuk membersihkan diri.
Butuh waktu tiga puluh menit untuk Oci membersihkan dirinya. Ia keluar dari kamar mandi dan mendapati Radhit yang bersandar di ranjang sambil memainkan ponselnya.
Oci hanya melirik Radhit sekilas lalu berjalan menuju meja riasnya. Ia mengaplikasikan skincare sambil sesekali melirik Radhit dari cermin di depannya.
"Aku udah bilang nenek kalau besok kita ajak pergi," ujar Radhit yang masih menatap ponselnya.
Oci hanya mengangguk. Sejujurnya ia sedikit merasa bersalah kepada Radhit. Nakun, ia masih denial dan menganggap Radhit yang memulai pertengkaran mereka sebelumnya.
"Chaca kamu ada di kantong cardigan," lanjut Radhit yang membuat Oci buru-buru mengambil cardigannya yang terletak tepat di atas tempat tidur.
Ia bernapas lega saat mendapati satu bungkus Chaca yang masih utuh. Radhit yang melihat itu langsung memeluk Oci dari belakang.
"Lain kali dicari dulu," lanjut Radhit sambil memeluk Oci dari belakang.
Hening beberapa saat lalu beberapa saat kemudian terdengar napas Oci yang memburu diikuti oleh suara tangis yang semakin terdengar.
"Kenapa?" Radhit sedikit memiringkan kepalanya untuk melihat wajah Oci.
"Maaf," ujar Oci lirih. "Aku nggak tau kenapa mood-ku jelek kayak gini," lanjutnya dengan suara yang masih sesegukan.
"Iya, nggak papa. Jangan diulangi lagi," ujar Radhit sambil mengelus punggung tangan Oci.
Oci menoleh ke arah Radhit, "Ayo, makan! Aku laper."
Radhit menatap bingung ke arah Oci lalu beberapa detik kemudian ia terkekeh. Memang benar kata Fatma, ibu hamil mood-nya akan tiba-tiba berubah.
***
Seperti yang direncanakan oleh Oci dan Radhit, tadi pagi seluruh keluarga mereka berangkat ke Lembang untuk pergi berlibur. Mereka sampai di villa yang sudah disewa sekitar pukul 11 karena jalanan cukup macet. Sampai di sana pun mereka langsung istirahat di kamar masing-masing.
"Nek, lagi ngapain?" tanya Oci yang melihat Fatma berada di dapur.
"Nenek mau bikin teh," ujar Fatma seraya tersenyum.
"Sini biar Oci aja," ujar Oci yang mengambil alih pekerjaan Fatma.
"Udah lama kamu nggak cerita sama nenek," ujar Fatma yang sibuk menyendokkan gula ke gelas.
"Iya, aku sekalian mau ngobrol sama nenek," ujar Oci. "Kangen, nek," lanjutnya.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya di dapur, Oci dan Fatma duduk di teras rumah sambil memandang perkebunan yang berada tepat di depan villa mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Traumas [End]
RomanceHanya dalam tiga hari, hidup Oceana berubah total. Ia yang awalnya merupakan seorang wanita dengan prinsip tidak akan pernah menikah tiba-tiba diharuskan menikah dengan seorang pria yang sangat ia kenal. Bukan teman, sahabat, ataupun pacar, tetapi a...