33. Hari terburuk

7.3K 436 2
                                    

Oci menatap ke arah jendela restoran. Memandang kendaraan yang berlalu-lalang. Hanya menatap aktivitas di depannya saja membuat suasana hatinya yang memang tidak baik-baik saja menjadi lebih buruk.

"Jangan ngelamun!" Radhit yang baru saja datang menepuk punggung tangan Oci yang berada di meja.

"Sudah?" Radhit mengangguk. "Kenapa? Harus balik ke kantor?" tanya Oci.

Rdahit menggeleng, "Enggak kok, cuma suruh ngecek email."

Oci mengangguk pelan lalu kembali menatap ke luar restoran.

"Mau bolos nggak?" tanya Radhit tiba-tiba.

"Aku nggak mau kena dapet SP," ujar Oci yang masih menatap ke arah luar.

Radhit terkekeh, "Jangan terlalu nurut sama aturan, lah, dapet SP sekali nggak papa."

Oci menatap Radhit aneh, "Padahal dirinya sendiri nggak mau ngelanggar aturan."

"Bukannya nggak mau, cuma nggak enak aja sama keluarganya Galang," balas Radhit.

Oci hanya terdiam dan kembali menatap ke arah luar. Ia sedang tidak ingin bicara, meskipun Radhit terus memancingnya untuk mengucapkan kata-kata. Hingga akhirnya pesanan mereka datang.

"Ayo, dimakan dulu!" ujar Radhit sambil mendorong piring berisi makanan pesanannya.

Mereka makan tanpa ada percakapan. Hanya suara ramai restoran dan dentingan sendok garpu yang beradu dengan piring.

"Maaf, aku nggak kasih tau kamu soal kepindahan Azka," ujar Radhit yang sudah menyelesaikan makannya.

"Aku takut, mas," ujar Oci pelan.

Radhit menghela napas, "Aku memang nggak bisa bantu tapi kamu harus tau kalau aku pasti jagain kamu."

"Aku tau, mas, tapi masih ada rasa takut kalau berhadapan sama dia," ujar Oci. Ia akhirnya mengeluarkan ketakutannya. "Cuma lihat dia aja nggak sanggup," lanjutnya.

Radhit hanya mengelus punggung tangan Oci, berusaha menenangkan istrinya. Ia pun tidak tahu harus berbuat apa. Semuanya terjadi secara tiba-tiba hingga Radhit belum mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.

***

"Ci, kita mau makan malam bareng, ikut yuk!" ajak Jessica. "Biar kita sama Mas Azka jadi lebih deket," lanjutnya.

Oci tersenyum lalu menggeleng, "Enggak, gue makan di rumah aja, mbak."

"Oh, iya, gue lupa kalau lo udah nikah," ujar Jessica sedikit kecewa.

"Kamu pulang bareng suami kamu, Ci?" tanya Azka yang tiba-tiba datang bersama Narendra.

Oci terdiam sejenak. Ia hampir lupa jika Azka tahu tentang hubungannya dan Radhit. "Iya, mas, gue dijemput suami."

"Serius? Gue mau kenalan dong sama suami lo," ujar Jessica yang mendapat antusias.

"Kapan-kapan aja, ya, mbak," balas Oci seraya tersenyum.

"Loh, kalian belum tau suaminya Oci?" tanya Azka kepada Jessica.

Jessica menggeleng, "Baru tau Oci nikah aja tadi pagi," ujarnya. "Emang Mas Azka tau?"

Azka mengangguk, "Tau."

"Lo lupa, ya, kalau Azka sama Oci satu almamater," ujar Narendra.

Our Traumas [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang