"Ci, belum siap juga?" teriak Radhit yang duduk di ruang tamu. Sudah hampir setengah jam ia menunggu Oci berdandan.
Akad nikah Galang memang baru digelar satu setengah jam lagi, tetapi sebagai sahabat, Radhit harus datang lebih awal dari tamu-tamu yang lain.
"Udah kok." Oci keluar dari kamar dengan dress batik yang motifnya sama dengan milik Radhit.
Oci terlihat lebih memukau dengan make up tipis yang membuat Oci semakin bersinar. Jika biasanya Oci hanya mengenakan cushion, eyeliner, dan lipstick, kali ini ia menggunakan seluruh peralatan make up miliknya. Melihat penampilan Oci membuat Radhit tertegun, di sisi lain ia juga sedikit kesal.
"Kenapa pake make up begitu?" tanya Radhit ketika Oci sudah berada di hadapannya.
"Kenapa, mas? Ketebelan, ya? Aku hapus dulu, deh."
Radhit menggeleng seraya menahan tangan Oci yang akan kembali ke kamar, "Kamu kelihatan makin cantik, aku nggak suka."
"Apa, sih, mas? Sekarang bukan waktunya ngegombal." Oci sebal, ia sudah overthinking dengan make up hasil tangannya, ternyata Radhit hanya menggodanya.
"Aku serius." Memang tidak ada raut bercanda di wajah Radhit, tetapi Oci hanya menghela napas pelan.
"Udah. Ayo, berangkat sekarang!" Setelahnya Radhit malah menarik tangan Oci untuk segera memasuki mobil.
***
Akad nikah akan dimulai setengah jam lagi. Oci duduk di kursi nomor dua dari meja akad. Ia duduk sendiri karena Radhit berada di ruangan tempat Galang bersiap bersama teman-temannya yang lain. Sebenarnya para undangan juga sudah banyak yang datang, tetapi Oci merasa asing karena tidak mengenal siapa pun yang ada di sini.
Oci menatap halaman rumah yang disulap menjadi tempat ijab kabul outdoor. Persis sekali dengan keinginan Oci dahulu sebelum ia memutuskan untuk tidak menikah. Ia bisa mendengar burung yang berkicau seakan-akan tahu bahwa akan ada momen bahagia di sana.
"Permisi, ini snack-nya, mbak, sambil nunggu akadnya mulai." Seorang pria tersenyum ke arahnya sambil memberikan satu kotak mini snack yang memang ada di meja prasmanan. Entah mengapa pria itu repot-repot membawakan untuknya. Pria itu terlihat mengenakan baju batik yang sama dengan beberapa orang di sini, sepertinya ia bagian dari keluarga inti mempelai.
"Terima kasih." Oci menerima kotak itu, tetapi pria itu tidak segera pergi melainkan duduk di sampingnya.
"Temennya bang Galang atau kak Cantika?" tanyanya kepada Oci.
"Galang," balas Oci singkat. Ia tidak nyaman berbincang dengan pria di sampingnya, meskipun pria itu duduk di kursi yang berjarak dengannya.
"Oh, temennya bang Galang. Temen apa?" tanyanya lagi.
"Temen kantor."
Pria itu terdiam sejenak, "Beneran temen kantor?" Oci menatap bingung ke arah pria itu. "Soalnya bang Galang bilang temen kantornya cuma diundang waktu resepsi aja."
Belum sempat Oci membalas, suara seseorang terdengar.
"Istri gue, Fa, jangan digangguin." Radhit datang dan langsung duduk di samping Oci. "Lo, tuh, emang nggak bisa lihat yang cantik dikit, ya," lanjutnya.
"Istri lo, bang?" Pria bernama Rafa itu bertanya seakan tidak percaya.
"Iya, kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Traumas [End]
RomanceHanya dalam tiga hari, hidup Oceana berubah total. Ia yang awalnya merupakan seorang wanita dengan prinsip tidak akan pernah menikah tiba-tiba diharuskan menikah dengan seorang pria yang sangat ia kenal. Bukan teman, sahabat, ataupun pacar, tetapi a...