"Katanya mau metime, tapi kenapa malah ke sini?" Oci membawa nampan berisi minuman dingin ke arah ruang tamu.
"Ya, ini metime gue," balas Hana seraya tersenyum. Wanita itu sedang liburan ke Indonesia untuk pertama kalinya setelah melahirkan
"Orang kalau metime, ya, jalan-jalan, nonton film, ke salon, shopping," ujar Oci yang kini telah duduk di samping Hana. Wajahnya terlihat sangat lelah. Maklum saja, di usia kandungan yang sudah memasuki bulan kesembilan perutnya sudah besar dan berat.
"Itu semua bisa gue lakuin di Singapur, tapi kalau ke rumah lo kan nggak bisa sering-sering," ujar Hana. "Gue juga tau di rumah sendirian, tuh, bosenin. That's why gue tetep pergi ke library habis lahiran," lanjutnya.
"Lah, terus anak lo?"
"Day care, dong," balas Hanna lalu terkekeh. "Kalau nggak gitu gue bisa gila," lanjutnya.
"Semelelahkan itu, ya, jadi ibu?" tanya Oci tiba-tiba.
"Jujur capek banget, Ci," ujar Hanna. "Bahkan dulu gue pernah nyesel nggak milih childfree aja," lanjutnya.
"Sampe segitunya?" tanya Oci.
Hanna mengangguk, "Tapi gue paham kenapa jadi begitu. Gue sama Naufal itu kan jauh dari orang tua. Kita langsung bawa Saca ke Singapur setelah umurnya sebulan. Setelah balik ke Singapur, Naufal makin sibuk, sekedar ngobrol sedikit aja nggak bisa. Sejak itu gue jadi paham kalau peran suami itu sangat dibutuhkan."
"Untungnya gue orangnya blak-blakan, gue langsung ngomong ke Naufal dan dia jadi sadar," lanjut Hanna. "Semua nggak bakal semelelahkan itu, Ci, kalau kalian saling support," lanjutnya.
"Jadi takut, deh. Gue sama Mas Radhit kan juga jauh dari orang tua," ujar Oci yang kini bersandar di bahu Hanna.
"Banyak-banyak ngobrol sama Mas Radhit, Ci," ujar Hanna menepuk lengan Oci. "By the way, SPA, yuk! Gue ada rekomendasi tempat SPA buat ibu hamil dan menyusui kayak kita," lanjutnya.
Oci tampak berpikir, "Boleh, tapi gue izin Mas Radhit dulu, ya." Hanna mengacungkan ibu jarinya.
***
Radhit tersenyum memandang Oci yang berbaring di kasur. Beberapa menit yang lalu, istrinya itu baru saja sampai setelah berjalan-jalan bersama Hanna sedangkan Radhit sudah sampai rumah satu jam lalu setelah menyelesaikan pekerjaannya.
"Capek, ya?" Oci mengangguk. "Emang dari mana aja?" tanya Radhit lagi.
"Cuma SPA habis itu makan, tapi capek banget rasanya," ujar Oci "Anak kamu mulai berat," lanjutnya.
Radhit terkekeh lalu mengelus perut buncit Oci, "Sabar, ya, habis ini kan keluar dari perut," ujarnya.
"Tapi aku takut, deh."
"Takut apa?"
"Kalau aku nggak bisa ngurus bayi gimana?" tanya Oci memulai overthinkingnya.
"Nanti bisa belajar sama bunda," ujar Radhit. Liliana memang berencana untuk mendampingi Oci selama masa pemulihan.
"Bunda kan nggak mungkin di sini sampe anak kita setahun."
"Kita belajar bareng-bareng, ya. Bisa kok, pasti bisa." Radhit mengelus puncak kepala Oci.
"Yakin? Kamu aja janji mau nemenin aku yoga tapi malah pergi ke Bandung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Traumas [End]
RomanceHanya dalam tiga hari, hidup Oceana berubah total. Ia yang awalnya merupakan seorang wanita dengan prinsip tidak akan pernah menikah tiba-tiba diharuskan menikah dengan seorang pria yang sangat ia kenal. Bukan teman, sahabat, ataupun pacar, tetapi a...