37. Bumil di kantor

8.9K 533 6
                                    

Radhit tersenyum lebar melihat layar yang menggantung tepat di depannya. Terlihat suatu benda kecil yang mampu membuat hatinya berbunga-bunga.

"Mau dengar detak jantungnya?" tanya seorang dokter bernametag dr. Yuniar Windarti, Sp.OG.

"Bisa, dok?" tanya Radhit yang terlihat excited.

Oci hanya tersenyum melihat mata berbinar Radhit ketika melihat monitor yang menampilkan janinnya. Ia masih sedikit tidak percaya dengan apa yang  terjadi, tetapi melihat respon Radhit membuat hatinya menghangat.

Setelah pemeriksaan, Oci diberi beberapa vitamin untuk menguatkan janinnya. Berdasarkan pemeriksaan, kandungan Oci sudah memasuki minggu ke-10. Cukup terlambat mereka menyadari kehadiran janin di dalam perut Oci. Untung saja Oci bukan tipe orang yang banyak melakukan kegiatan selain bekerja. Ia juga bingung karena gejala kehamilan baru ia rasakan di akhir trimester pertama.

"Tidur aja, nanti aku bangunin," ujar Radhit sambil tersenyum ke arah Oci yang duduk di samping kemudi.

"Kemarin gimana? Mbak Jess jadi tau, ya, kalau kita suami istri?" tanya Oci.

Sejak kemarin, Oci berpikir tentang teman-teman kantornya yang tau bahwa Oci dan Radhit merupakan suami istri. Setelah Jessica melihat Radhit yang memeluk Oci, wanita itu hanya diam saja. Bahkan ketika Radhit mengambilkan barang Oci, Jessica juga masih terdiam.

"Mereka nggak ngomong apa-apa tapi semua kasih selamat ke aku," ujar Radhit sambil tersenyum.

"Berarti semua udah tau?"

Radhit mengangguk, "Jangan dipikirin, kita nggak ngelakuin sebuah kesalahan ataupun ngelanggar aturan."

"Aku nggak enak sama mereka."

"Selama kita masih bisa profesional mereka pasti ngerti," balas Radhit. "Udah, ya, nggak udah dipikirin," lanjutnya.

Oci mengangguk lalu terdiam sejenak, "Kalau nanti empat bulanan sekalian syukuran pernikahan gimana, mas?" tanyanya.

"Boleh, kamu atur aja."

Oci kembali mengangguk. Ia memejamkan mata. Namun, beberapa saat kemudian matanya terbuka lagi.

"Mas, mau makan ketoprak."

***

Pagi ini diawali dengan drama mual-mual yang dialami oleh Oci. Namun, lagi-lagi ia memaksakan untuk masuk kerja. Untung saja mual Oci hilang ketika sarapan, bahkan ia menghabiskan dua mangkok soto ayam yang mereka beli melalui layanan delivery.

"Nanti kalau ngerasa capek langsung ke ruangan aku aja, istirahat di sana," ujar Radhit ketika mereka baru saja sampai di parkiran kantor.

Oci hanya mengangguk, meskipun tidak mungkin hal itu ia lakukan. Mereka berjalan bersama menuju ruangan mereka.

"Pagi. Jangan lupa sarapan," ujar Radhit kepada seluruh karyawan di ruang divisi editor sebelum menuju ruangannya sendiri.

Oci berjalan menuju cubicle-nya. Sepertinya pagi ini seluruh karyawan divisi editor sedang semangat menjalani hari. Waktu masih menunjukkan pukul 07.25, tetapi  mereka semua sudah duduk di cubicle masing-masing, kecuali Azka.

"Bumil, gimana? Udah cek belum?" tanya Jessica yang lebih dahulu menghampiri Oci.

"Udah, mbak."

"Jadi udah berapa bulan?"

"Udah 10 minggu, mbak."

"Selamat, ya, mbak," ujar Namira dan Pandu yang ikut dalam percakapan mereka.

Our Traumas [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang