"Mas hp kamu bunyi terus," gumam Oci yang masih memejamkan mata.
Tidak ada respon dari Radhit yang membuat Oci bangun dari tidurnya dan meraih ponsel Radhit yang terus berdering sejak tadi. Namun, sebelum diangkat panggilan itu mati. Ia melihat jam di ponsel Radhit yang menunjukkan pukul 03.30 pagi. Tidak berselang lama kemudian ponsel Radhit kembali berbunyi menampilkan nama 'Galang' di sana.
"Halo." Oci berbicara dengan suara parau.
"Halo, Dit. Tolongin gue, please." Suara Galang terdengar kalut.
"Maaf, mas. Ini Oci."
"Ci, sorry gue ganggu pagi buta gini. Ini gue lagi di Kalimantan, tapi tiba-tiba Cantika nelepon perutnya sakit kayaknya dia kontraksi. Minta tolong anterin ke rumah sakit bisa nggak? Gue nggak bisa langsung ke Jakarta karena pesawat paling awal besok pagi. Gue udah coba hubungin orang tua kita juga tapi nggak diangkat, satu-satunya temen gue yang ada di Jakarta cuma Radhit," ujar Galang. Suaranya terdengar sangat kalut dan khawatir.
"Oh, iya, mas aku habis ini ke sana sama Mas Radhit."
"Ci, makasih, ya, tolong hubungin gue kalau ada apa-apa."
Panggilan terputus, Oci segera turun dari kasur mengambil cardigan yang menggantung di dalam lemari lalu ia menghampiri Radhit yang tertidur lelap.
"Mas Radhit bangun," ujar Oci sambil menggoyangkan tubuh Radhit.
"Mas, bangun, cepetan."
"Hmm."
"Bangun, please."
"Kenapa?" tanya Radhit yang membuka matanya sedikit.
"Ayo, ke rumah Mas Galang!"
"Ngapain?" tanya Radhit yang kembali memejamkan mata.
"Ih, jangan tidur lagi!" Oci berkata dengan kesal. "Mbak Cantika mau lahiran, tapi Mas Galang lagi di Kalimantan, jadi Mas Galang minta tolong anterin Mbak Cantika ke rumah sakit," lanjutnya.
Seketika Radhit membuka matanya, "Lahiran?" Oci mengangguk.
Sebelum Galang pergi ke Kalimantan, ia juga sudah diberi amanah untuk menjaga Cantika yang tengah hamil. Wanita itu tidak mau ikut Galang dan tidak mau tinggal di rumah orangtuanya untuk sementara. Untuk yang kedua Radhit tidak tahu alasannya apa, tapi sepertinya sedang ada perselisihan antara Cantika dan kedua orangtuanya.
"Iya, cepetan!" Dengan segera Radhit menyambar jaket di dalam lemari.
"Kamu nggak ngantuk kan?" tanya Oci ketika mereka sudah memasuki mobil. Ia khawatir lantaran Radhit yang benar-benar baru bangun dari alam mimpi.
Radhit menggeleng, "Nggak ngantuk waktu tau Cantika mau lahiran. Lagian Galang, tuh, ya, udah tahu istrinya hamil gede malah ke Kalimantan. Aku udah bilang buat minta orang gantiin dia, tapi nggak bisa dibilangin," omelnya sambil melajukan mobil menuju rumah Galang.
"Emang Mas Galang ada apa ke Kalimantan? Perusahaan kita kan nggak ada yang di Kalimantan," ujar Oci kepada Radhit.
"Sebenarnya sekarang lagi proses pembangunan perusahaan penerbitan baru di Kalimantan dan harusnya Galang yang megang, tapi dia nggak mau karena Cantika juga masih ngurus butik di sini. Akhirnya dia cuma disuruh ngawal pembangunannya dan beberapa hari yang lalu sempet ada masalah dan Galang diminta ke sana," ujar Radhit menjelaskan. Oci hanya mengangguk paham. Ia juga tidak bisa menyalahkan Galang karena bagaimanapun Galang memiliki tanggungjawab untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Beruntungnya jalanan dini hari tidak begitu ramai dan hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai di komplek perumahan Galang. Namun, mereka sedikit memiliki kendala saat akan masuk ke dalam komplek. Semua itu karena komplek perumahan Galang yang elit dan pengamanannya sangat ketat. Satpam komplek di sana sampai ikut mengantar sampai ke depan rumah Galang. Sebenarnya Radhit sempat kesal, beruntung saja Oci berhasil menenangkan suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Traumas [End]
RomanceHanya dalam tiga hari, hidup Oceana berubah total. Ia yang awalnya merupakan seorang wanita dengan prinsip tidak akan pernah menikah tiba-tiba diharuskan menikah dengan seorang pria yang sangat ia kenal. Bukan teman, sahabat, ataupun pacar, tetapi a...