Ekstra Part: Kehidupan Rumah Tangga

7.7K 473 22
                                    

Oci menghela napas, ia melirik ke arah Radhit yang tengah tertidur pulas. Ia baru saja menidurkan Ravi yang terbangun tengah malam. Tepat satu minggu yang lalu Liliana kembali ke Bandung karena tidak bisa meninggalkan toko terlalu lama. Seperti yang Oci duga, tanpa Liliana membuat dirinya kewalahan mengurus Ravi yang baru menginjak usia 2 bulan.

"Besok bunda udah masuk kerja lagi. Bunda udah minta tolong sama budhe Nini buat jagain Ravi. Ravi harus jadi anak yang baik, ya, selama bunda kerja." Oci mengelus pipi Ravi dengan jarinya. "Minum susunya harus pinter, harus selalu happy," lanjutnya sambil tersenyum menatap bayi laki-laki yang tertidur pulas itu.

Meskipun rasanya ia berat harus meninggalkan Ravi untuk bekerja, tetapi ia tetap harus menunaikan kewajibannya untuk bekerja. Ia masih belum rela untuk resign dari pekerjaan impiannya itu.

***

"Nggak ikut makan siang di luar lagi?" tanya Jessica yang kini duduk di samping Oci.

Oci menggeleng, "Nggak, mbak."

Jessica menghela napas, "Nggak bosen lo makan daun katuk mulu?"

"Ya, gimana lagi, mbak. Demi anak," ujar Oci lalu terkekeh.

"Tau nggak? ASI lo keluar dikit karena apa?" tanya Jessica. "Karena lo nggak happy," lanjutnya.

"Gue happy kok, mbak." Oci sedikit tersinggung dengan ucapan Jessica.

Jessica menggeleng, "Gue tau lo emang pendiem tapi udah seminggu lo masuk dan gue ngerasa lo beda aja. Murung terus, sedih terus."

"Gue cuma kangen sama anak, mbak," balas Oci. Ia memang merasa berbeda tetapi ia rasa itu bukan karena dia tidak bahagia.

Jessica menghela napas, "Oke kalau menurut lo gitu, tapi please renungin, jangan denial kalau benar-benar butuh sesuatu," ujarnya. "Gue duluan, ya," lanjutnya sebelum pergi.

Oci mengangguk seraya tersenyum, "Hati-hati, mbak."

Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa sudah memasuki waktu pulang. Sama seperti yang lainnya, Oci bergegas membereskan mejanya dan keluar dari gedung. Ia tersenyum ketika mendapati mobil Radhit yang terparkir di depan lobby perusahaan. Ternyata Radhit menepati janjinya tadi pagi yang mengatakan bahwa ia akan menjemput Oci dan makan malam di luar bersamanya.

Namun, senyumnya luntur ketika membuka pintu mobil. Ia mendapati Hisyam, salah satu karyawan di perusahaan Radhit.

"Mas Radhit masih ada meeting sampe malem, jadi saya yang jemput Mbak Oci," ujar laki-laki 21 tahun itu sedikit canggung.

"Kata Mas Radhit dia meeting sampe jam tiga aja?"

"Iya, mbak, tiba-tiba investornya minta ketemu sore tadi," balas Hisyam yang hanya dibalas anggukan oleh Oci.

Tiga puluh menit kemudian Oci sampai di rumah. Setelah mengucapkan terima kasih kepada Hisyam, ia masuk ke dalam rumah. Sementara Hisyam kembali ke kantor untuk mengembalikan mobil milih Radhit.

"Hari ini rewel nggak, budhe?" Setelah membersihkan diri, Oci menghampiri Nini yang berada di ruang keluarga bersama Ravi yang tertidur di kasur kecilnya.

"Alhamdulillah, nggak rewel, mbak. Hari ini Ravi pinter."

Oci tersenyum lega, "Terima kasih, ya, budhe."

Our Traumas [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang