Hatred : 03

938 111 0
                                    

Author's PoV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Author's PoV

Gerogia 2023

MALAM sudah berganti pagi. Matahari tidak menampakkan wujudnya. Terhalang oleh tebalnya awan gelap memenuhi langit kota Georgia. Suhu dingin meningkat karena tidak ada satupun cahaya matahari yang lolos dari ketatnya awan yang terlihat sedih dan akan siap menangisi seluruh isi kota.

Sebelum mulai aktivitas, penduduk kota segera menyiapkan pakaian dingin mereka dan juga tak lupa membawa payung apabila sewaktu-waktu hujan deras tiba. Tidak lucu jika sudah berpakaian rapi untuk pergi bekerja mendadak rusak akibat basah terkena air hujan. Tentu saja dapat merusak mood siapapun. Termasuk Willma.

Ia sudah bersiap untuk pergi ke akademi. Namun matanya menatap kosong pada langit yang gelap. Penciumannya menangkap aroma tanah basah yang semakin kuat. Sepertinya akan hujan. Batinnya tidak salah. Sedetik kemudian rintik hujan turun satu persatu sampai tak terhitung karena begitu deras.

Willma menghela napas. Kali ini rencana ia gagal pergi ke akademi menggunakan motor kesayangannya. Terpaksa ia akan menggunakan mobil untuk berangkat bekerja. Tidak ingin telat, ia mengambil hoodie hitam dan memakainya. Sebenarnya vampire tidak akan terusik dengan dingin dan panasnya cuaca. Hanya saja ia ingin melindungi bajunya dari cipratan air hujan.

Sementara di ruangan lain terdapat dua orang tengah berbincang pelan dan sedikit ada perdebatan diantara mereka. "Willma akan baik-baik saja, mungkin saja ia sedang PMS," ucap Shalgie.

"Apa kau lupa?! Dia vampire Shalgie!" ucap Arine penuh dengan penekanan.

"Ya bisa sajakan dia sedang mood swing? Kenapa kau sepanik itu?" Shalgie menatap Arine dengan heran.

"Apa kau tidak melihat keanehan dia semenjak kemarin?! Bagaimana kalau dia dapat melukai manusia?! Jika Selene tahu ia akan memberikan hukuman padanya!" ucap Arine.

"Itu tidak akan terjadi, aku janji akan menjaganya, kamu jangan khawatir okay?" Shalgie mencoba untuk menenangkan sang istri.

Seperti menghiraukan keberadaan Arine dan Shalgie, Willma melewati mereka dengan santainya. Walaupun sebenarnya ia mendengar semua isi perkacapan kedua orang tuanya sedari tadi.

"Willma kau mau kemana?" tanya Arine yang menangkap basah sang anak hendak menuju garasi.

Langkahnya terhenti dan menatap Arine. "Apa lagi kalau bukan kerja?" Ia mengangkat kedua bahunya.

"Kamu seharusnya–"

"Rine...."

Arine diam ketika Shalgie menatap dirinya. Hening sesaat. "Sudah kau berangkat saja, jangan mengebut, jalanan sedang licin," ucap Shalgie.

Willma mengangguk. "Bye mom."

Arine hanya dapat menatap punggung anaknya yang menghilang dari pandangannya. Ia menghela napas panjang sembari mengusap kasar wajahnya.

It's All About Hatred and Revenge | WINRINA - PURINZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang