Revenge : 36

125 15 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Celine's PoV

Georgia – 2040

SUDAH dua jam lebih Yelena belum juga sadar setelah pingsan karena jarinya terpotong. Sedari tadi ia terbaring di atas ranjang kamar milikku. Untung saja aunty Waynne dapat menyatukan kembali jarinya dengan utuh menggunakan mantranya.

"JARIKU!!!"

Yelena terbangun sembari memeriksa telunjuk kirinya yang mulus tidak ada goresan satu pun di sana.

"Oh mimpi," ucapnya.

Aku segera memukul kepalanya cukup keras sampai ia meringis kesakitan. Ia hendak protes namun gagal karena melihat mataku yang sudah berkaca-kaca.

"Eh? Kenapa nangis?" tanyanya sedikit panik.

Aku ingin memukulnya sekali lagi tapi ia sudah lebih dulu menjauh agar tidak mengenai wajahnya. "Bodoh! Kau tidak mimpi! Jari mu tadi putus! Dasar bodoh!" pekikku.

Ia diam sejenak seperti berpikir apakah benar terjadi atau tidak. Sontak matanya membulat lalu ia menutup mulutnya yang terbuka lebar menggunakan tangan.

"Baiklah tadi aku terkejut karena mendengar ucapan bunda mu, maafkan aku," kekehnya.

"Tidak mau!" Aku segera menghapus air mataku lalu menatap tajam padanya.

"Apa kau tidak ingin memelukku? Aku sedang sakit, tidak baik membiarkan kekasihnya sedang terluka seperti ini," ucapnya.

"Cih! Aku tidak akan tergoda!" Aku melipat kedua tangan di dada dan membuang wajah agar tidak melihatnya.

Di sudut mataku terlihat ia melebarkan kedua tangannya seperti memintaku untuk masuk ke dalam pelukannya. Aku harus kuat. Tidak boleh terperangkap dengan aksinya apa lagi dengan aroma tubuhnya. Tidak boleh.

"Ayolah sayang," bujuknya.

Sial.

Pertahananku runtuh begitu saja.

Aku menghela napas. "Baiklah!"

Dengan terpaksa diriku menaiki kasur dan duduk tepat di atas pangkuannya. Kedua tangannya dengan otomatis memeluk pinggangku. Ia tersenyum lebar sembari menatapku cukup dekat.

"Jelek!"

"Huh?" Ia mengernyitkan dahi.

"Masa sih? Padahal banyak yang bilang kalau aku–"

Aku segera membungkam bibirnya dengan bibirku. Aku tidak ingin mendengar kalimat selanjutnya. Kulumat bibir bawahnya dengan lembut sembari kedua tanganku memegang lehernya.

Ia membalasnya dengan melumat bibir atasku. Aku menarik tengkuknya agar bibir kami semakin menempel. Deru napasku memburu akibat aroma tubuhnya yang semakin pekat membuat birahiku meningkat. Ciuman kami semakin bergairah. Bahkan aku dapat mendengar napas kasarnya yang terdengar seksi. Aku sedikit melenguh saat bibir bawahku di gigit olehnya. Tangannya pun sudah masuk ke dalam pakaianku, menelusuri punggungku perlahan membuat sensasi geli menjalar keseluruh tubuh.

It's All About Hatred and Revenge | WINRINA - PURINZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang