“Eh, kok gue tidur disini sih?” Eliza yang baru bangun langsung menatap sekelilingnya bingung, karena seingatnya tadi malam ia tertidur di sofa ruang tengah ketika menonton movie bersama Grady dan Bara.
“Udah bangun El, baru juga mau dibangunin buat sarapan bareng,” ujar Affan setelah membuka pintu dan melihat Eliza yang tengah membereskan tempat tidur.
“Kalau udah kelar langsung turun ya, udah ditungguin.”
Eliza hanya mengangguk kecil menanggapi pertanyaan Affan. Dia lanjut merapikan kasur dan segera mencuci muka di kamar mandi.
“Pagi El, gimana rasanya tidur dikamar cowok yang lo taksir?” bisik Grady iseng menggoda Eliza yang baru bergabung di meja makan.
Eliza hanya menatap malas ke arah Grady yang sedang tersenyum mengejek di sebelahnya. Dia sama sekali tidak berniat untuk meladeni Grady yang berulah pagi ini.
Bara yang baru bergabung mengerutkan dahi melihat sahabatnya yang tengah tertawa sambil menatap Eliza yang cemberut. Jarang-jarang Bara melihat Grady seperti itu, yang jail kepada Eliza.
"Kenapa nih? Kok cemberut?" Bara mengedipkan sebelah mata, bermaksud untuk sedikit menggoda Eliza.
“Bukan apa-apa, nih lo makan.” Eliza menjejalkan sepotong roti ke mulut Bara, berharap setelah itu Bara tidak bertanya macam-macam lagi.
“Pelan-pelan dong Beb, keselek ntar gue.” Bara mengerling jail ke arah Eliza yang menatapnya kesal, merasa senang karena berhasil menggoda Eliza pagi ini.
Eliza berkacak pinggang dan berdecak kesal karena keisengan Bara pagi ini. Gadis itu langsung meletakan roti selainya dengan kasar dan berjalan cepat keluar ruang makan untuk menghindari Bara.
“Lho, kok malah pergi sih El? Kan gue minta disuapin.”
“Bodo amat, makan sendiri sana atau lo call Melody biar dia kesini suapin lo. Gue mau sama Bang Affan aja.”
Grady hanya menatap mereka sekilas dan kembali fokus pada sarapannya, karena hal seperti ini sudah biasa terjadi hampir setiap pagi bila Eliza menginap. Jadi tidak heran apabila pagi hari di ruang makan akan ramai karena keributan kecil yang disebabkan oleh keisengan Bara menggoda Eliza.
Setelah drama keributan di ruang makan, akhirnya Eliza dan Bara kembali akur. Bahkan sekarang mereka duduk berdua dalam satu mobil tanpa ada keributan sedikit pun. Eliza dengan tenang duduk di kursi samping pengemudi sebelum nantinya dia harus duduk di belakang bila sudah ada Melody.
"Thanks, gue duluan. Nanti nyusul aja ke tempat biasa setelah anter Ody."
Bara mengangguk dan berlalu begitu saja menuju Fakultas Ekonomi untuk mengantarkan Melody.
Tempat biasa yang dimaksud Eliza tadi adalah ruang UKM lukis. Bara memang sering bersantai disana seusai latihan musik sambil menunggu Eliza selesai dengan UKM lukisnya. Karena memang ruang dua UKM itu saling bersebelahan. Jadi akan mudah kalau mereka akan saling menunggu.
"Nggak ada kelas lo? Masih pagi tapi ngelamun disini."
Eliza menatap Bara dengan bola mata yang membulat karena sahabatnya itu datang mengagetkannya. Kebiasaan Bara yang satu ini memang sangat menyebalkan. Tapi tetap saja, Eliza tidak pernah bisa terlalu lama marah, walaupun sudah sangat sering di ganggu seperti ini.
Bukannya menjawab pertanyaan Bara, Eliza malah balik bertanya, "lah lo sendiri ngapain malah disini, bukannya masuk kelas."
"Males El, lagian gue udah telat. Kalau gue nekat masuk yang ada malah di usir dari kelas," sahut Bara yang malah mengambil gitar dan memetiknya asal. Tapi tetap terdegar bagus, walaupun asal-asalan seperti itu.
"Salah lo sendiri, bucin nggak tahu waktu."
Bara justru tersenyum menyebalkan mendegar protesan Eliza. Dia malah menaikan alisnya menggoda Eliza yang terlihat sudah kesal, "jangan cemburu ya sayang, kan Abang Bara udah disini sama kamu."
"Apasih lo, geli tahu nggak. Aneh lo ngomong kayak gitu ke gue," kilah Eliza sembari mendunduk dengan pipi yang bersemu merah.
"Sama lo doang nih gue kayak gini," sahut Bara sambil mengembalikan gitar ke tempatnya tadi.
"Kok dikembaliin sih, siniin gitarnya. Gue pengen belajar," Eliza mengadahkan kedua tangannya, mau tak mau Bara kembali mengambilkan gitarnya untuk Eliza.
Eliza memetik asal senar gitar yang dia pegang. Eliza sama sekali tidak paham soal kunci gitar, tapi dasarnya Eliza itu gampang penasaran jadi dia tetap memainkan gitar dipangkuannya walaupun tidak bisa.
"Udah eh, siniin gitarnya. Putus senarnya kalau lo kayak gitu metiknya." Bara mengambil paksa gitar dipangkuan Eliza dan memainkannya dengan nada acak yang masih bisa dinikmati.
"Dah, sekarang mana bayaran gue," ucap Bara mengakhiri permainan gitarnya dan mengadahkan tangan di depan Eliza.
"Bodo amat, gue mau kelas aja. Bosen gue ketemunya lo mulu. Mana nggak jelas pula kelakuannya," tolak Eliza dan langsung mengemasi buku sketsanya. Dia bergegas melangkah keluar ruang UKM, karena memang dia ada kelas setelah ini.
"El! Gue beneran ditinggalin nih. Jahat bener lo," seru Bara sambil berlari mengejar Eliza yang sudah berada di lorong koridor.
"Mending lo balik fakultas lo gih, nggak usah bikin keributan di fakultas lain." Eliza mengusir Bara karena membuat keributan di lorong. Akibatnya kini mereka menjadi tontonan teman-teman satu kelas Eliza.
"Gue balik fakultas, asal nanti lo pulang sama gue ya," pinta Bara dengan wajah yang di buat memelas agar Eliza luluh.
"Gue mau dijemput Bang Affan. Lagian lo kan biasanya nganter Melody." Eliza menolak, dia tidak ingin membuat Melody cemburu karena kedekatannya dengan Bara. Eliza ingin menjaga perasaan gadis pujaan Bara itu.
"Nggak ada, Ody ada tugas kelompok ntar. Dia pulang sama temen kelasnya. Jadi ntar lo harus pulang bareng gue," ucap Bara kali ini dengan sedikit memaksa.
Dengan enggan Eliza mengaguk, agar Bara segera kembali ke fakultasnya sendiri. Karena kalau tidak diiyakan seperti itu, bisa-bisa Bara akan terus seperti itu sampai kelas siang berakhir.
"Okey, nanti gue jemput kesini kalau udah beres kelas. See you, El." Bara melambaikan tangan dan langsung berlari menuju fakultasnya yang tidak jauh dari gedung fakultas Eliza tadi.
Baru juga masuk kelas, Bara sudah ditodong pertanyaan oleh Grady, "bikin ulah apa lagi lo?"
"Gue baru masuk langsung lo todong gituan. Gue dari tempat biasa, terus nganterin El ke fakultasnya." Walaupun sewot, Bara tetap menjawab pertanyaan Grady.
"Pacar lo tuh Ody atau El sih? Bukannya nganter Ody yang pacar lo, tapi lo malah nganter El. Dikit-dikit El, perhatian aja lebih banyak buat El, daripada Ody yang notabene pacar lo. Aneh emang." Grady menyuarakan keheranannya.
"Kenapa? Lo cemburu? Lagi pula tadi gue udah anter Ody sampai depan fakultasnya."
"Bukannya gitu, ngapain juga cemburu. Cuma heran aja, pacar lo kan Ody tapi lo lebih banyak bareng sama El ketimbang sama pacar lo sendiri. Apa nggak cemburu itu si Ody," jelas Grady.
Bara terdiam, dia jadi kepikiran dengan ucapan Grady tadi. Apa benar dia jauh lebih perhatian degan El, dibanding Ody. Tapi Bara langsung menepis jauh-jauh pikirannya yang mulai aneh karena ucapan Grady. Dia menganggap perhatiannya untuk Eliza wajar, karena mereka bersahabat.
=========
El atau Ody?
Kira-kira kalau Bara disuruh milih bisa nggak ya?
Dan akan milih siapa dia?Rhain
02072023
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [TERBIT]
RomanceTentang Eliza yang terjebak dalam kukungan rasa yang tak seharusnya tercipta dalam sebuah ikatan persahabatan. Rasa yang membuat hatinya terus merasa bimbang. Akankah mempertahankan persahabatannya Atau justru mengikuti kata hatinya? =============...