Bab 20 - Pameran Lukisan

69 3 0
                                    

Semenjak menerima tawaran Kevin, Eliza menjadi semakin sibuk saja. Bahkan dia pulang ke rumah hanya untuk sekadar makan dan mandi saja karena setelahnya dia akan kembali ke studio atau ruang UKM lukis.

Eliza benar-benar tidak punya banyak waktu untuk sekadar bersantai barang sebentar. Tapi dia justru merasa nyaman dengan kegiatannya itu. Eliza sangat menikmati kesibukannya mempersiapkan pameran bersama Reva dan Kevin.

"Gimana perasaan lo, Dek?" tanya Affan yang kebetulan mampir.

"Seneng banget, deg degan juga. Sejujurnya gue juga takut, kalau malah akan bikin pamerannya Kak Kevin sama Kak Reva berantakan. Lukisan gue nggak ada apa-apanya dibanding punya Kak Kevin, apalagi hasil fotonya Kak Reva," ucap Eliza merasa gugup sekaligus antusias karena akhirnya dia bisa melakukan pameran pertamanya.

"Nggak usah sok merendah buat meroket ya. Gue tahu lo udah beberapa kali menang lomba lukis," ucap Reva tidak terima karena Eliza merendah, padahal sebenarnya prestasinya jauh lebih baik daripada Reva dan Kevin.

Eliza hanya terkekeh, karena sebenarnya baik dirinya maupun Reva sama saja. Mereka memiliki prestasi masing-masing dan bisa dibilang cukup bagus. Eliza dibidang melukis sedangkan Reva dibidang yang lain.

"Kalian berdua tuh sama-sama berprestasi, nggak usah merendah. Nih gue nggak berprestasi apapun diam aja tuh," timpal Grady yang langsung disambut tawa oleh Affan dan Reva.

"Udah nggak usah rebutan, disini cuma gue yang paling keren." Kevin menepuk dadanya dan berbicara dengan nada sombong untuk membanggakan dirinya.

"Iya udah iya, lo yang paling keren. Gih sekarang balik kerja lagi sana," kata Reva sambil mendorong Kevin agar kembali mengangkut beberapa barang yang diperlukan untuk pameran.

"Lo tuh, nggak bisa lihat gue nganggur bentar. Seneng amat sih babuin gue." Kevin memprotes Reva yang memang sejak tadi menyuruhnya mengerjakan banyak hal.

"Sini Kak, istirahat dulu. Kasihan amat kerja rodi sendirian dari tadi," ucap Eliza menyodorkan sebotol air mineral agar diminum oleh Kevin.

"Ngomong-ngomong, gue nggak pernah lihat Bara? Tuh anak sibuk banget kayaknya," ujar Kevin tiba-tiba, entah disengaja atau hanya sekadar penasaran.

"Sibuk pacaran palingan tuh anak, kan baru baikan dan balikan sama Melod," sahut Affan membuat Eliza teringat kalau hubungannya dan Bara masih belum sepenuhnya kembali seperti dulu.

Kevin menatap Eliza yang terlihat tidak rela setelah mendengar ucapan Affan. Entah apa yang ada dipikiran Eliza saat ini. Tapi sepertinya dia terlihat sedikit cemburu ketika tahu kalau Bara sudah berbaikan dengan Melody.

"Ekspresinya biasa aja, El. Nggak usah cemburu, Bara nggak akan lupa kalau punya sahabat kayak lo."

Grady masih sempat-sempatnya menggoda Eliza. Padahal dia jelas samgat tahu kalau hubungan Bara dan Eliza tidak seakrab dulu. Karena kejadian tempo hari.

"Diem! Lo tuh nggak udah ember deh. Lagian juga bukan urusan gue," ucap sedikit kesal karena Grady sengaja menggodanya.

Grady hanya tertawa pelan, karena berhasil menggoada Eliza hingga gadis itu kesal. Dia memang sengaja melakukan itu untuk kesenangannya sendiri. Karena menggoda Eliza dan membuatnya cemberut karena kesal adalah hiburan tersendiri untuk Grady.

"Udah eh, kasihan itu Eliza udah cemberut kayak bebek." Kevin menimpali ucapan Grady tapi ikut menggoda Eliza dengan mengatainya.

"Lo tuh sama aja. Udah El, nggak usah dengerin mereka. Mendingan kita beli es krim yuk." Reva menoyor Kevin dan menarik Eliza agar mengikutinya keluar gedung pameran untuk mencari es krim. Karena tak jauh dari gedung pameran ada kedai es krim yang menjadi langganan Reva.

"Kalian kabur beli es krim tapi nggak bawa uang itu gimana ceritanya. Buruan pesen, nanti gue yang bayar." Affan ternyata mengejar Reva dan Eliza karena kedua gadis itu tidak ada satu pun yang membawa dompet.

"Nggak usah Bang, biar gue sekalian aja yang bayar." Bara ternyata juga berada disana bersama Melody untuk membeli es krim. Bara beralih menatap Eliza dan Reva untuk menanyakan pesanan mereka, "El, seperti biasa kan? Kalau Kak Reva mau yang rasa apa? Biar sekalian gue pesenin."

Eliza hanya mengangguk, karena Bara sudah tahu rasa kesukaan Eliza. Karena hanya satu rasa yang akan Eliza pesan tiap membeli es krim, yakni rasa Mintchoco. Tapi kalau kata Grady dan Bara seperti rasa pasta gigi.

"Lo suka mintchoco, El? Emangnya enak, kayak pasta gigi rasanya." Reva mengomentari rasa es krim yang dipegang Eliza.

"Bener kan, rasanya tuh emang aneh. Mending rasa coklat sekalian daripada mintchoco," ucap Bara semangat, karena ada yang mendukung pendapatnya.

"Menurut gue rasanya lumayan kok, ya walaupun agak aneh. Tetep enak sih, nggak kayak pasta gigi." Melody yang sejak tadi ikut menjadi pendengar ikut menimpali dan malah membela Eliza.

Bara kaget tentu saja, apalagi Eliza. Tapi gadis itu tidak terlalu memikirkan itu, dia justru merasa senang karena ada yang sependapat dengan dirinya. Dia tidak memperdulikan permasalahan mereka dimasa lalu, karena Eliza sudah melupakan masalah itu.

"Tuh, dengerin pacar lo. Dia aja setuju sama gue. Kalau nggak percaya, coba aja nih." Eliza menyodorkan es krim miliknya kedepan wajah Bara agar sahabatnya itu mencobanya.

Dengan senang hati, Bara mencicipi es krim itu. Seketika ekspresi senang di wajah Bara berganti menjadi ekspresi masam karena merasa aneh dengan rasa es krim yang baru dicobanya.

Bara dan Eliza terlihat bahagia saling menggoda seperti itu. Sampai-sampai mengabaikan keberadaan Reva, Affan dan Melody yang juga berada diantara mereka. Bahkan Melody yang tadinya merasa senang, kini perlahan-lahan ekspresinya berubah muram.

Melody merasa diabaikan oleh Bara yang sibuk bercanda dengan Eliza. Padahal baru saja kemarin Bara dan Melody berbaikan, tapi sekarang Bara justru sudah berulah lagi.

Bohong kalau Melody tidak iri, tidak merasa cemburu. Dia sangat iri, sangat cemburu dengan kedekatan Bara dan Eliza saat ini. Tapi Melody tidak ingin gegabah dan membuat hubungannya dengan Bara kembali renggang. Melody berusaha meredam rasa cemburunya.

"Bara! Ayo, katanya mau nemenin aku nyari buku," ucap Melody mengembalikan Bara ke realita kalau dirinya tidak boleh terlalu dekat dengan Eliza.

"Ah iya, maaf hampir aja lupa. Kita duluan ya, El." Bara langsung berpamitan dan menggandeng tangan Melody.

"Ayo balik, Dek. Kevin ngamuk-ngamuk nanti patnernya menghilang semua." Affan merangkul Eliza dan Reva bersamaan dan mengajak kedua gadis itu kembali ke gedung pameran.

"Bentar, mampir toko dulu. Mau beli kanvas sama cat akrilik. Pengen bikin lukisan lagi nanti," ucap Eliza dan langsung disetujui oleh Affan dan Reva.

Mereka dengan senang hati menemani Eliza memilih cat akrilik yang akan digunakan untuk melukis nanti. Karena mereka tahu, dibalik Eliza yang antusias mempersiapkan peralatan lukisnya, ada Eliza yang sedang merasa kecewa karena harus merelakan Bara pergi bersama Melody.

======

Rhain
21072023

FRIENDZONE [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang