Bara menuruti saran Grady, dia sama sekali tidak menemui Melody hari ini dan malah ikut Eliza ke ruang UKM lukis dan sedikit menganggunya. Bara kembali berulah mengusili Eliza yanh sedang serius menyelesaikan lukisannya.
"Bara!"
"Apa? Gue kan cuma bantuin," ucap Bara dengan wajah polos tanpa dosa. Padahal dia baru saja mengotori pipi Eliza dengan sengaja.
"Lo mending balik ke Melody sana, dari pada disini gangguin gue. Bisa-bisa ini lukisan baru kelar besok kalau lo masih berulah terus." Eliza mengomeli Bara sambil tetap fokus menggoreskan kuas pada lukisannya yang setengah jadi.
Bara tidak menjawab pertanyaan Eliza, dia malah semakin gencar mengisengi Eliza. Kali ini dia malah dengan sengaja mencoret lengan Eliza dengan cat warna merah.
Eliza mendelik tajam, sedangkan Bara hanya tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Eliza hanya bisa menghela napas lelah melihat kelakuan Bara yang kelewat jahil hari ini. Dia ingin memarahi Bara, tapi dia harus menunda itu sampai lukisannya selesai.
"Awas aja, kalau sampai lukisan ini nggak kelar lo harus tanggung jawab ke Kak Reva sama Kak Kevin," ucap Eliza penuh penekanan disetiap kata yang dia ucapkan.
"Ampun El, nggak ganggu lagi deh. Gue diam nih." Bara meletakan kuas yang dipegangnya dan duduk bersila di kursi depan Eliza.
Sebenarnya Bara masih ingin mengganggu Eliza. Tapi mengingat dia akan berhadapan dengan Reva, Bara lebih memilih mengurungkan niatnya. Karena Reva mode galak jauh lebih menyeramkan ketimbang Eliza ketika benar-benar marah. Dia memilih untuk mengambil gitarnya di ruang musik dan tidak menganggu Eliza.
"Bara!"
"Apalagi El? Gue udah diam lho," sahut Bara lelah karena lagi-lagi Eliza berseru dengan nada kesal.
"Itu posel lo berisik mana geter mulu. Pacar lo nelpon kayaknya," ucap Eliza merasa terganggu.
Ternyata benar, ada panggilan tak terjawab dari Melody dan bukan hanya sekali tapi sudah hampir 3 kali panggilan. Bisa dipastikan setelah ini Bara akan mendapatkan cercaan banyak pertanyaan dari Malody.
Bara baru saja memegang ponsel dan akan mencoba menelpon Melody. Tapi gadis itu sudah lebih dulu berdiri di depan pintu UKM lukis dengan ekspresi wajah yang terlihat menahan emosi. Melody menerobos masuk tanpa permisi dan langsung berdiri di hadapan Bara.
"Pantesan ditelponin nggak ada yang dijawab, lagi enak berduaan ternyata." Melody berjalan mendekat ke arah Eliza dan melirik sinis Eliza yang sedang melukis.
"Nggak usah ganggu El, ayo kita ngobrol di luar." Bara berbalik dan mengulurkan tangannya untuk mengenggam jemari Melody. Tapi sayangnya ulurannya ditepis.
"Aku nggak gangguin El, cuma mau lihat lukisan dia. Kan katanya dia jago tuh ngelukis sampai ikut banyak lomba," ucap Melody santai tapi tersirat nada sinis didalamya.
"Ody, kamu perlunya sama aku. Sekarang ayo keluar, aku anterin pulang sekalian kita ngobrol." Bara kembali mengulurkan tangan tapi lagi-lagi ditepis oleh Melody.
Tapi kali ini, Melody sengaja mendekatkan tangannya ke lukisan Eliza. Hingga membuat lukisan itu terjatuh akibat terkena tangan Melody saat menepis uluran tangan Bara.
"Ups, maaf El. Gue nggak sengaja, sini gue bantuin beresin." Melody berjongkok untuk membantu Eliza, tapo lagi-lagi dia dengan sengaja menyenggol palet Eliza yang berada di meja.
Eliza mendelik tajam, ekspresinya sudah menggambarkan amarah yang tertahan. Kalau tidak ingat ini sedang di ruang UKM, sepertinya Eliza sudah menampar Melody saat itu juga. Eliza harus menekan emosinya sekuat mungkin, agar tidak timbul keributan yang lebih besar lagi.
Bara langsung menarik paksa Melody untuk keluar ruangan. Dia berniat membereskan urusannya dengan Melody sebelum kembali lagi untuk membantu Eliza membereskan kekacauan yang dibuat Melody.
Sabar El, kalau lo ladenin dia yang ada lo rugi sendiri. Dia pasti makin ngerasa seneng karna berhasil bikin lo emosi, batin Eliza berusaha meredam emosinya sendiri.
Tapi sayangnya, itu tidan berhasil. Eliza tetap merasa marah dan kesal dengan ulah Melody hari ini. Berkat kelakuan Melody barusan, Eliza harus mengulang lukisannya dari awal. Karena lukisan yang hampir dia selesaikan rusak karena ulah Melody barusan.
Bara benar-benar kembali ke ruang UKM lukis. Dari ekspresi wajahnya, sepertinya obrolan Bara dengan Melody tidak berkahir baik. Bara terlihat kesal ketika masuk kembali ke ruang lukis.
"Sini, biar gue aja yang beresin." Bara mendekati Eliza dan menarik gadis itu untuk menjauh.
"Nggak perlu, gue bisa sendiri. Urusin aja tuh cewek lo biar nggak rese." Eliza menepis tangan Bara yang terulur untuk memungut kuas yang berserakan.
"Duduk! Biar gue yang beresin." Bara menarik paksa Eliza dan mendudukkannya di kursi. Dia lanjut merapikan alat lukis Eliza yang bersedakan dan meletakan kembali lukisan Eliza di tempatnya.
Eliza hanya bisa pasrah, karena dia enggan untuk berdebat dengan Bara. Dia sudah terlalu lelah menghadapi tingkah laku Melody yang kadang keterlaluan. Tapi Eliza tidak bisa berbuat apapun, bukan karena dia lemah. Hanya saja, Melody itu suka memutar balikan fakta dan Eliza sangat membenci itu.
"Gue minta maaf, maaf kalau Melody lagi-lagi gangguin lo." Bara berjongkok di hadapan Eliza, dia terlihat sangat menyesal karena lagi-lagi membuat Eliza kesusahan seperti ini.
Eliza hanya mengangguk, dia enggan menyahuti permintaan maaf Bara. Bohong kalau Eliza tidak marah, dia sangat marah. Tapi mau marah seperti apapun percuma, karena lukisannya tidak akan kembali seperti awal walaupun Eliza sangat marah dan Bara meminta maaf ssbanyak apapun.
"Gue akui, Melody udah keterlaluan. Lo boleh marah El," ucap Bara sambil menatap Eliza tenang.
"Buat apa? Gue marah pun, lukisan itu nggak akan balik seperti awal kan? Gue tetap harus ngulang ngelukis dari awal lagi." Eliza beranjang dari duduknya dan keluar ruangan meninggalkan Bara yang masih diam diposisinya.
========
'Kak Kevin, maaf kayakny lukisan gue baru bisa selesai besok atau lusa. Tadi nggak sengaja ada insiden.'
Eliza mengirimkan pesan yang diketik dengan cepat sebelum berjalan menjauh dari ruang lukis. Dia merasa bersalah pada Kevin karena kembali menunda untuk memperlihatkan lukisannya pada Kevin.
Baru berjalan beberapa langkah ponsel Eliza berdering nyaring. Sebuah notifikasi panggilan masuk. Eliza langsung menjawab panggilan itu.
"Lo kenapa, El? Nggak biasanya lo minta maaf hanya karena lukisan. Ada masalah?"
Tanpa sadar Eliza menggeleng dan membuat Kevin menyerukan namanya beberapa kali.
"El,"
"E-eh, maaf Kak. Nggak ada apa-apa kok, cuma kayaknya gue lagi nggak enak badan." Eliza menjawab cepat pertanyaan Kevin.
"Yaudah, nggak usah pikirin soal lukisan dulu. Banyakan istirahat aja, biar pas pameran lo nggak kecapekan." Kevin menasehati Eliza sebelum menutup panggilan.
Eliza bisa sedikit bernapas lega, karena dia tidak perlu terburu-buru memperbaiki lukisannya.
=======
Rhain
26072023
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [TERBIT]
RomanceTentang Eliza yang terjebak dalam kukungan rasa yang tak seharusnya tercipta dalam sebuah ikatan persahabatan. Rasa yang membuat hatinya terus merasa bimbang. Akankah mempertahankan persahabatannya Atau justru mengikuti kata hatinya? =============...