Bara akhirnya menemui Melody hari ini, setelah seminggu kemarin keduanya sengaja tidak pernah bertemu. Mereka memutuskan menjeda hubungan mereka untuk sementara waktu. Tapi hari ini, Bara memutuskan untuk menemui Melody dan membicarakan perihal permasalahan mereka.
"Mau apa lagi kamu? Bukannya waktu itu aku udah bilang kalau kita udahan aja. Aku capek ngadepin sikap kamu yang selalu lebih mentingin Eliza ketimbang aku yang pacar kamu."
Bara disambut dengan cercaan oleh Melody. Hampir saja emosi Bara tersulut mendengar ucapan Melody. Kalau saja tidak ingat tujuannya, mungkin Bara lebih memilih langsung pergi begitu saja sesaat setelah mendengar ucapan Melody barusan.
Namun, Bara tidak melakukan itu, dia justru langsung menarik Melody dan merengkuhnya dalam dekapan. Melody sedikit memberontak, tapi Bara tetap tak mau melepaskan pelukannya.
"Lima menit aja, biarin aku peluk kayak gini selama lima menit."
Melody membiarkan Bara memeluknya seperti permintaan lelaki itu. Karena sejujurnya Melody juga merindukan pelukan Bara. Dia hanya gengsi untuk mengakui itu.
"Ody, aku minta maaf. Aku kesini bukan untuk ajak kamu berdebat. Tapi aku mau obrolin semuanya biar kita nggak ada salah paham lagi." Bara menangkup pipi Melody dan menatap teduh gadisnya itu.
Melody menurut, dia mengikuti Bara yang menuntunnya duduk di sofa. Bara meminta gadisnya itu untuk duduk dihadapannya, sedangkan dia berlutut di depan Melody.
"Ody, maaf kalau selama ini aku terkesan mengabaikan kamu. Maaf kalau kadang perhatianku masih terbagi buat Eliza juga. Itu bukan karena aku nggak sayang kamu, tapi Eliza itu sahabatku dan aku nggak bisa gitu aja mengabaikan dia," tutur Bara lembut sambil menggenggam erat tangan Melody.
"Aku nggak suka, aku sedih setiap kali kamu lebih memilih Eliza. Rasanya tuh kayak aku nggak penting buat kamu. Aku cemburu, aku iri sama Eliza karena dia selalu dapet perhatian dari kamu lebih banyak ketimbang aku."
Bara berpindah duduk di samping Melody dan merengkuh gadis itu erat. Menyandarkan kepala Melody di dadanya dan mengelus lembut rambut Melody.
"Aku nggak bisa janji, tapi aku akan berusaha buat prioritasin kamu. Aku akan berusaha buat lebih fokus ke kamu. Kalau misal aku salah, tolong tegur." Bara melepaskan pelukannya dan menatap netra Melody, menyelami netra hitam itu dengan tenang.
"Makasih, aku minta maaf kalau kekanakan dan egois. Tapi aku cuma takut kalau kamu akan goyah dan ninggalin aku." Melody menunduk, menyembunyikan raut sedih yang terlihat jelas diwajahnya.
Bara mencubit pelan pipi Melody. Dia gemas sendiri melihat pipi Melody yang mengembung karena merengut menahan tangis. Tapi karena ulah Bara, air mata Melody tidak jadi menetes dan justru berganti dengan senyuman.
"Nah gini kan manis, nggak boleh nangis pacarnya Bara. Nanti cantiknya hilang," goda Bara sambil sekali lagi mencubit pelan pipi kiri Melody.
"Apasih, nggak usah gombal." Melody menampik tangan Bara, menghalangi agar Bara tidak mencubit pipinya lagi karena sudah merah.
"Iya deh nggak aku cubit," ucap Bara pelan, tetapi langsung mendaratkan kecupan singkat di pipi kiri Melody. Bara langsung berjalan cepat ke dapur untuk minum air dan menenangkan diri.
Sedangkan Melody masih membeku ditempatnya dengan pipi yang bersemu merah seperti tomat matang. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Bara akan melakukan itu. Jantungnya berdebar sangat kencang, tapi debaran itu meninggalkan jejak rasa senang.
Rasanya Melody ingin menghentikan waktu sejenak, untuk sekadar menikmati sesasi rasa senang dari kecupan Bara. Dia tidak ingin hal itu segera berlali begitu saja.
"Bara, ayo jalan-jalan." Melody menarik tangan Bara dan mengajak pacarnya itu untuk segera kelar rumah dan berjalan-jalan berdua. Karena Melody merindukan kebersamaan mereka berdua sebelum ada masalah kemarin.
"Mau kemana emangnya? Mending nyanao berdua aja kayaknya sambil mpvie marathon," ucap Bara memberikan usulan lain.
Hubungan Bara dan Melody semakin memball dan sudah kembali seperti sedia kala. Tidak ada perselisihan, keduanya kembali berhubunga baik.
=====
Berneda dengan Bara yang merasa senang karena berhasil memperbaiki hubungannya dengan Melody. Eliza justru sedang sibuk dengan persiapaan untuk pameran lukisan.
Eliza mulai mempersiapkan beberapa lukisan baru khusus untuk pameran. Dia sangat bersemangat dalam mempersiapkan, bahkan sampai lupa untuk makan siang.
"Semangat banget sih lo, ngomong-ngomong lo udah kasih tahu Bara soal ini?"
Eliza menggeleng, dia memang belum memberitahukan soal pameran kepada Bara. Mungkin nanti, setelah dia selesai memperiapkan lukisannya, dia akan bercerita ke Bara.
Grady mengangguk paham, dia tidak mau memaksa Eliza. Walaupun sebeneranya dia ingin. Karena merasa kasihan pada Bara. Tapi apalah daya, Eliza sendiri yang menolak jadi Grady hanya bisa diam.
"El, ini makan siang dulu. Lo dari tadi fokus banget sama lukisan." Kevin tiba-tiba datang dan menyodorkan kotak makanan pada Eliza dan Grady. "Makan juga lo."
"Lah gue nggak ngapa-ngapain padahal," ucap Grady tapi tetap menerima kotak yang disodorkan Kevin.
"Makan aja sih, nggak usah sok basa basi," imbuh Reva yang baru saja datang dengan berbagai barang kebutuhan pameran.
Mereka makan dengan santai, sesekali mengobrolkan soal pameran atau hal random. Kebersamaan mereka itu sedikit membuat Bara yang tidak sengaja melihat merasa iri. Karena kini tidak hanya dirinya yang bisa membuat Eliza bisa tertawa lepas.
Bara berlalu begitu saja dan tak menghiraukan seruan Reva yang mengajaknya bergabung. Sebenarnya dia sangat ingin, tapi entah kenapa dia merasa tidak nyaman disana, dia masih merasa canggung akibat permasalahan waktu itu.
"Ngomong-ngomong pamerannya kapan?" tanya Grady disela-sela mereka makan.
"Sekitar dua atau tiga bulan lagi, tapi untuk persiapan harus sudah di mulai sejak hari ini. Karena persiapan membutuhkan untuk pameran memerlukan waktu yang tidan sebentat"
"Gue cuma nanya sih, Kak. Grady berycap menggoda dan langsung dihadiahi cubitan sayang oleh Eliza.
"Sakit, El. Gue cuma bercanda. Nanti gue bantuin misal gue luang." Ucap Grady pada akhirnya. Karena tidak mau mendapatkan cubitan lagi dari Eliza.
"Bang, makasih ya makanannya. Gue balik duluan, titip Eliza. Selamat bekerja kalian," ucap Grady dan langsung berlari keluar studio sebelum Eliza menimpuknya dengan kanvas.
Ternyata Grady menemui Bara, yang sudah menunggunya sejak tadi. Pantas saja tadi Grady buru-buru pergi setelah selesai makan, ada yang menunggu ternyata.
"Kenapa lo nggak gabung aja tadi, malah kabur. Padahal ditawari, lagian juga mereka nggak lagi bahas sesuatu yang terlalu rahasia," tanya Grady penasaran karena Bara begitu saja tadi.
"Nggak enak ganggu Bang Kevin sama Eliza, lagi pula gue cuma orang asing yang nggak tahu apa-apa soal lukisan dan sejenisny," jawabwab Bara seadanya.
======
Rhain
20072023
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [TERBIT]
RomantizmTentang Eliza yang terjebak dalam kukungan rasa yang tak seharusnya tercipta dalam sebuah ikatan persahabatan. Rasa yang membuat hatinya terus merasa bimbang. Akankah mempertahankan persahabatannya Atau justru mengikuti kata hatinya? =============...