Bab 10 - Denial

95 6 0
                                    

"Kusut amat muka lo, padahal baru aja nganter mbak pacar pulang. Harusnya seneng." Grady mengomentari ekspresi Bara yang sama sekali tidak terlihat senang. Malah justru terlihat muram.

"Bacot lo, nggak usah kebanyakan komentar dah. Gue lagi males nanggepin omongan lo," sentak Bara sembari menjatuhkan diri di sofa.

"Ra, titipan gue mana? Katanya mau beliin es krim." Eliza menagih janji Bara yang akan membelikannya es krim. Tapi bukannya mendapatkan es krim, Eliza malah mendapatkan amukan dari Bara.

"Apasih El, tuh camilan di meja. Manja amat sih, tinggal ambil doang," bentak Bara emosi.

"Nggak usah bentak-bentak gue juga. Lagian lo marahnya sama siapa, yang kena amuk siapa." Eliza yang tidak tidak terima balik membentak Bara, karena ikut menerima akibat kemarahan Bara.

Bara tidak menggubris, dia langsung masuk kamar dengan sedikit membanting pintu. Sepertinya kali ini Bara sedang benar-benar marah dan tidak ingin diganggu.

"Udah, omongannya Bara ngga usah diambil hati. Kayak nggak tahu kebiasaan tuh anak," ujar Grady berusaha menenangkan Eliza yang kesal karena Bara.

"Kebiasaan buruk emang dia, maafin ya El. Nanti kalau udah baik dia pasti minta maaf sama lo," imbuh Affan membenarkan ucapan Grady untuk sedikit menghibur Eliza yang kesal.

Eliza hanya mengangguk pasrah. Eliza tahu kebiasaan buruk Bara satu itu. Bukan satu atau dua kali Eliza menghadapi Bara dan kebiasaan buruknya. Tapi untuk kali ini, entah kenapa Eliza merasa sangat kesal ketika kebiasaan buruk Bara kambuh lagi dan dia yang harus terkena akibatnya. Rasanya sedikit tidak adil bagi Eliza.

"Udah nggak usah cenberut. Jelek lo," ucap Kevin menggoda Eliza yang masih cemberut karena kesal.

"Apasih Kak, diem nggak lo. Gue lakban ya mulutnya kalau masih berisik," ancam Eliza tidak main-main karena dia benar-benar mengambil lakban yang ada di rak penyimpanan.

Kevin terkekeh mendengar ancaman Eliza, benar-benar di luar dugaan. Kevin kira Eliza akan marah atau minimal ngambek, tapi ternyata dia malah mengancam seperti itu.

Seperti yang dikatakan Affan dan Grady, Bara keluar kamar setelah setengah jam dia mengurung diri di kamarnya. Bara langsung mendekati Eliza dan meminta maaf pada sahabat kesayangannya itu.

"Maafin gue ya, kelepasan tadi karena ada sedikit masalah sama Ody," kata Bara pelan, dia merasa bersalah karena membentak Eliza tadi.

Eliza tidak menjawab, dia malah berjalan menjauh dari Bara. Eliza masih marah, dia lebih memilih duduk bersama Kevin di ruang tengah ketimbang mendengarkan permintaan maaf Bara. Karena percuma, Bara pasti akan mengulanginya lagi dilain waktu.

"Biarin aja dulu, nggak usah dikejar. Kali ini lo salah dan gue nggak akan belain lo." Grady mencegah Bara yang berniat mengejar Eliza. Dia justru menyeret Bara untuk menjauh dari rumah.

"Ngapain malem-malem bawa gue ke lapangan?" Bara bertanya heran karena Grady membawanya ke lapangan basket yang ada di taman komplek padahal di belakang rumah juga ada lapangan.

Grady tidak menjawab, dia malah melemparkan bola basket yang memang dia bawa tadi. Grady bermaksud mengajak Bara untuk bertanding one on one. Agak aneh memang, tapi Bara menyetujui ajakan Grady itu.

"Ah, gila. Capek banget gue, malem-malem diajak tanding kayak gini," keluh Bara yang tenaganya sudah terkuras habis. Sedangkan Grady hanya terkekeh, dia sama sekali tidak merasa lelah sepertinya.

"Baru segitu udah ngeluh lo, kayak cewek," ujar Grady mencibir sengaja memancing emosi Bara.

"Sialan. Gue capek abis anter Ody. Lah lo, cuma nyantai doang dari tadi."

Tepat sasaran, dengan sedikit saja pancingan emosi Bara sudah tersulut. Grady memang sengaja melakukan itu, dia ingin Bara menghabiskan semua kekesalannya disini. Grady hanya tidak mau Bara melampiaskan kekesalannya pada Eliza.

"Lagian salah sendiri jadi cowok bucin amat, dikit-dikit Ody." Grady masih saja mengejek Bara dan membuat sahabatnya itu semakin tersulut emosi.

"Shut up! Nggak usah bawa-bawa Ody."

"Tenang. Nggak usah ngamuk, ngobrol sini ada masalah apa lagi sama cewek lo itu," ucap Grady tepat, karena memang hal itulah penyebab emosi Bara naik turun tidak jelas.

"Gue bingung sama Ody, makin kesini dia banyak ngaturnya. Dikit-dikit ngambek, marah. Gue deket sama El dia permasalahin. Padahal dulu dia biasa aja gue jalan sama El. Gue bingung gimana ngadepin Ody sekarang, gue nggak mau bikin dia sedih. Tapi gue juga nggak bisa turutin mau dia buat jauhin El."

Akhirnya tumpah juga apa yang disimpan Bara sejak tadi. Grady memang ahli soal seperti ini. Siapapun, entah itu Bara atau Eliza tidak akan bisa terlalu lama menyimpan rahasia bila sudah berhadapan dengan Grady.

"Kok lo tiba-tiba bego. Ody cemburu, karena lo terlalu dekat sama El," jelas Grady ikut merasa kesal.

Bara tergelak mendengar ucapan Grady. Bagaimana bisa Ody cemburu pada Eliza yang hanya sahabat Bara.

"Yang bener aja cemburu sama El, padahal jelas-jelas dia prioritas gue, karena dia pacar gue."

"Iya dia pacar lo, tapi sadar nggak? Yang selalu lo nomor satukan itu malah Eliza bukan Ody. Apapun itu, lo pasti jadiin El pilihan pertama. Yakin, cuma anggep El sahabat?"

Bara diam, dia merasa tertampar dengan ucapan Grady. Keraguan yang akhir-akhir ini menghantuinya terjawab secara tidak langsung. Tapi sayangnya Bara masih saja denial.

"Kan dia sahabat gue dari kecil, wajar dong gue sering mentingin El dibanding Ody. Toh Ody juga lebih sering pergi sama temennya."

"Wajar apanya. Udahlah, capek gue ngomong sama orang nggak peka plus bego kayak lo."

Grady yang sudah kepalang kesal karena respon Bara memilih untuk pergi. Dia sudah lelah menghadapi Bara yang kelewat tidak peka padahal sudah jelas ada di depan mata.

=======

Di lain tempat, El sedang asik mengobrol dengan Kevin dan Reva. Mereka bertiga membahas tentang rencana pameran. Kevin terus membujuk Eliza agar mau ikut serta dalam proyeknya itu.

"Ikut ya, ntar gue deh yang ijin sama Bunda," ucap Kevin memohon.

"Astaga, Kak. Baru juga lo tanya beberapa jam yang lalu. Biarin gue mikir dulu." Eliza menyerukan protes karena Kevin mulai sedikit memaksa.

"Bener tuh, lo mah ngebet banget. Sabar dikit, kasih waktu biar Eliza mikirin tawaran lo," timpal Reva sambil memukul pelan bahu Kevin.

"Iya, gue diem ini. Tapi kalau bisa secepatnya ya. Gue butuh kepastian " ucap Kevin dengan nada merajuk dan kembali mendapatkan pukulan dari Reva yang masih kesal dengan tingkah Kevin sejak tadi.

Eliza hanya tersenyum tipis melihat tingkah Kevin dan Reva yang seperti musuh. Dia menikmati kebersamaan yang ada tanpa memikirkan masalah yang sedang dia hadapi sekarang. Karena untuk saat ini, Eliza ingin bersantai dengan tenang.

======

Bara masih aja pura-pura ngga paham
Udah nggak peka, hobi denial pula
Dasar Bara

Rhain
10072023

FRIENDZONE [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang