Melody semakin sebal ketika menelpon ternyata yang menjawab adalah Eliza. Dia merasa khawatir karena Bara mulai kembali dekat dengan Eliza. Melody takut, kalau Bara akan kembali goyah. Karena tidak ada yang bisa menjamin kalau Bara tidak akan terbawa perasaan ketika bersama Eliza.
Tidak jauh berbeda dengan Melody, Eliza pun tampak sebal sekarang. Kalau Melody sebal karena Bara terlalu dekat dengan Eliza. Berbeda dengan Eliza, dia merasa sebal karena mode manja Bara sedang kambuh.
Bukan apa-apa sebenarnya, hanya saja saat ini semuanya sudah berbeda. Kalau dulu Bara bermanja seperti ini tidak akan ada yang marah. Namun, kalau sekarang Bara seperti ini dan sampai Melody tahu, pasti gadis itu akan murka. Dia pasti akan salah paham lagi dan berakhir ribut seperti yang sudah-sudah.
Eliza bukannya takut, untuk apa takut toh dia tidak salah. Eliza hanya enggan, kalau karena kemarahan Melody, dirinya akan kembali menjadi korban. Cukup sekali Eliza terkena dampak dari renggangnya hubungan Bara dan Melody. Dia harus rela berjalan tertatih selama seminggu karena Melody sengaja mendorongnya dengan alasan cemburu.
Eliza sangat membenci itu, membenci saat dirinya kalah dengan perasaannya untuk Bara seperti saat ini. Harusnya Eliza bisa menolak, tapi karena perasaannya dia berakhir menuruti semua kemauan Bara.
"Kenapa sih gue bego banget. Kenapa setiap sama Bara gue selalu kalah sama perasaan gue sendiri. Harusnya gue bisa lebih tegas kasih batasan." Eliza mengacak asal rambutnya, dia masih merasa kesal karena tindakannya sendiri hari ini.
Eliza merasakan tangannya dipegang lembut oleh seseorang. Disusul suara yang sangat dia kenal, "Rambutnya jangan diacak-acak gitu, kusut nanti."
"Kak Kevin?" tanya Eliza kaget dan cepat-cepat menarik tangannya.
"Iya? Gue tadi abis keluar sama Affan jadi mampir sekalian." Kevin menjelaskan alasannya berada disana tanpa diminta.
"Ah, mumpung ketemu. Gue mau kasih ide buat pameran lukisannya." Tiba-tiba dalam pikiran Eliza terlintas ide soal pameran lukisan yang sedang mereka persiapkan.
"Kak, gue pengen ambil tema soal interaksi. Kayak keliatan menarik aja gitu lihat interaksi orang-orang. Gue kepikiran ide ini pas jalan-jalan kemarin," jelas Eliza menyampaikan idenya.
Kevin mengangguk-angguk masih mempertimbangkan usulan tema yang disampaikan Eliza barusan. Karena dia juga harus menyesuaikan dengan tema lukisan miliknya dan hasil foto milik Reva.
"Gue simpen dulu idenya, besok kalau pas sama-sama ada waktu kita diskusiin sama Reva juga," ucap Kevin pada akhirnya. Dia memang tidak bisa memutuskan sendiri soal pameran ini karena harus diskusikan dulu dengan Reva.
"Ngomong-ngomong, kenapa lo disini? Mana ngacak-ngacak rambut pula." Kevin kembali bertanya soal Eliza yang menyendiri di teras.
"Cuma lagi nyari angin dan nenangin pikiran. Rasanya terlalu penuh, sampai pusing mau mikirin yang mana dulu." Eliza menjawab jujur pertanyaan Kevin walaupun jawabannya masih terbilang tanpa konteks.
"Sini, bagi pikirannya sama gue. Siapa tahu gue bisa bantuin biar lo nggak pusing," ucap Kevin sambil memposisikan diri duduk di hadapan Eliza. Dia sudah siap mendengarkan keluh kesah Eliza dengan tenang.
"Gue ngerasa salah sama tindakan gue hari ini, Kak. Tapi disisi lain gue udah terbiasa bersikap seperti ini ketika Bara lagi mode manja. Harusnya kan yang meladeni Bara itu Melody, karena dia pacarnya. Tapi Bara selalu nyari gue saat dia mode manja dan bodohnya gue pasti menerima." Eliza menjelaskan kebingungannya pada Kevin.
"Lo bukan bodoh, lo hanya belum bisa tegas sama diri lo sendiri. Lo harus mulai kasih batasan sama hubungan kalian. Gue tahu kalian bersahabat dari kecil, tapi sekarang Bara sudah punya kekasih jadi lo harus tahu batasan begitu juga Bara. Jangan sampai hubungan kalian tanpa batasan dan berakhir melibatkan perasaan. Karena kalau sampai itu terjadi, akan semakin sulit buat kasih batasan nantinya."
Eliza sedikit tertampar dengan kalimat terakhir yang diucapkan Kevin. Karena sejujurnya, dia sudah melibatkan perasaan dalam hubungan persahabatan mereka. Bahkan, Eliza hampir saja melewati batasan itu. Untung saja dia masih bisa mengendalikan perasaannya dan menyimpannya rapat-rapat.
"Kenapa diam, El?" tanya Kevin penasaran karena Eliza hanya diam setelah dia berbicara panjang lebar.
"Nggakpapa Kak, makasih udah mau dengerin gue." Eliza mengenyahkan pikirannya soal perasaannya untuk Bara. Dia kembali fokus dengan Kevin yang duduk di hadapannya.
"Gue cari dari tadi ternyata malah nyangkut disini." Affan ikut bergabung diantara keduanya.
"Nemenin Eliza, kasihan dia pusing sendiri dari tadi. Lo mah abangnya nggak peka," ucap Kevin malah menyalahkan Affan.
"Lah gue baru dateng udah disembur aja, nggak tahu apa-apa padahal." Affan melirik Kevin dengan ekspresi sebal.
"Nggak ada apa-apa, Kak Kevin mengada-ada itu." Eliza mengelak dan tidak mau mengakui kalau dia baru saja berkeluh kesah pada Kevin.
Mereka bertiga berakhir mengobrol sampai sedikit larut. Banyak hal yang mereka bicarakan dari hal yang penting sampai hal random. Setidaknya dengan sedikit obrolan bersama Affan dan Kevin, Eliza bisa sedikit melupakan perasaan kesalnya hari ini.
=======
Keesokan paginya, suasana hati Eliza sedikit lebih baik. Dia sudah tidak lagi merasa sebal dengan Bara. Malah sudah seperti biasa lagi sekarang.
Berbeda dengan Eliza yang merasa sudah lebih baik. Bara justru terlihat muram pagi ini. Padahal biasanya setelah bermanja dengan Eliza suasana hati Bara pasti akan baik. Entah kenapa khusus hari ini tidak berlaku seperti itu.
"Kenapa kusut kayak gitu, biasanya abis mode manja sama Eliza langsung semringah," komentar Grady yang melihat Bara berjalan gontai dengan wajah kusut ketika masuk kelas.
"Melody rese, dia pagi-pagi udah ngambek cuma karna semalem gue nggak angkat telpon dari dia. Terus dia protes karena Eliza yang jawab teleponnya dia," ucap Bara enggan karena masih merasa sebal dengan pacarnya itu.
"Tumben amat lo ngamuk karena Melody, biasanya kan bucin banget tuh sama dia."
"Lama-lama capek, dia akhir-akhir ini protes mulu. Serba salah gue, rasanya gue agak menyesal ngajak dia balikan," kata Bara masih terlihat muram.
"Udah, nggak usah terlalu dipikirin. Sekarang mending lo fokus sama materi kuliah. Itu dosen udah lirik-lirik kita dari tadi." Grady mengingatkan Bara untuk kembali fokus pada materi yang dijelaskan dosen sebelum mereka berdua terusir dari kelas.
Bara hanya mengangguk dan berusaha mengenyahkan pikirannya perihal masalah Melody. Dia sebisa mungkin memfokuskan pikirannya untuk memperhatikan penjelasan dosen. Bara tidak ingin nantinya ujiannya berakhir mengulang hanya karena pikirannya tidak fokus dan dipenuhi permasalahan dengan Melody.
"Melody kesampingkan dulu, kalau perlu jangan ketemu sama dia dulu kalau suasana hati lo belum baik. Bisa-bisa lo ribut lagi sama Melody kayak waktu itu," ucap Grady memberi saran dan langsung disetujui oleh Bara.
=======
Rhain
25072023
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [TERBIT]
RomanceTentang Eliza yang terjebak dalam kukungan rasa yang tak seharusnya tercipta dalam sebuah ikatan persahabatan. Rasa yang membuat hatinya terus merasa bimbang. Akankah mempertahankan persahabatannya Atau justru mengikuti kata hatinya? =============...