Setelah memastikan Eliza akan benar-benar beristirahat Bara memilih kembali ke kamarnya. Walaupun sebenarnya dia sedikit penasaran dengan lukisan yang disembunyikan Eliza. Karena tidak biasanya Eliza menyembunyikan lukisannya dari Bara.
"Apasih yang dilukis El, sampai sebegitunya gue nggak boleh lihat," batin Bara bingung sekaligus merasa penasaran.
Akhir-akhir ini Bara sama sekali tidak tahu-menahu soal Eliza. Dia hanya mendapatkan sedikit informasi dari Grady. Apalagi sejak kejadian lukisan Eliza yang di rusak oleh Melody, Bara semakin jauh untuk menjangkau sahabat kesayangannya itu.
"Abis bikin ulah apalagi lo?" todong Affan begitu masuk kamar adiknya.
"Hah?" Bara membulatkan mata dan menatap bingung Affan. Dia belum paham konteks pembicaraan Affan barusan.
Affan menoyor kepala Bara, dia jadi merasa kesal karena adiknya terlalu lemot, "Lo tuh ya, diajakin ngomong malah cuma hah doang."
"Ya salah sendiri ngomong nggak pakai konteks, lagian ngapain ke kamar gue," ucap Bara tidak mau kalah.
Affan tidak menjawab, dia hanya menatap adiknya penuh arti. Untuk hari ini, Affan ingin memastikan ucapan Bara yang pernah tidak sengaja dia dengar. Karena dia yakin, bukan hanya Eliza yang menyimpan perasaan tapi juga adiknya ini.
"Kalau seandainya lo belum pacaran sama Ody. Terus disuruh milih antara Ody dan El, kira-kira lo akan pilih siapa?" Affan sengaja memancing Bara dengan pertanyaan.
"Udah jelas kan jawabannya, gue akan pilih Ody. Mana mungkin gue pacaran sama El, dia sahabat gue." Bara menjawab cepat tanpa mau menatap Affan, karena dia tahu Affan sedang mengamati dirinya saat ini.
"Gue cuma minta lo milih, kenapa malah bikin kesimpulan sendiri. Gue nggak tanya hubungan lo sama mereka berdua." Affan tersenyum tipis, karena Bara terjebak dengan jawabannya sendiri.
Bara melengos, dia hampir saja membocorkan rahasianya sendiri di hadapan Affan. Padahal dia sudah sangat hati-hati agar tidak ada satu pun yang tahu, kecuali Grady tentunya. Karena entah kenapa Grady bisa menebak dengan tepat soal dirinya dan Eliza.
"Kalau sejak awal lo menaruh hati sama El, kenapa lo malah kasih harapan ke Melody. Sikap lo itu justru bikin mereka berdua jadi nyaris musuhan kayak gini." Affan menjeda ucapannya dan menatap Bara, dia tahu dalam diamnya Bara pasti memikirkan ucapannya itu, "Kalau gue boleh berpendapat, semua hal yang terjadi sama Eliza itu karena lo yang terlalu pengecut. Kalau sejak awal lo nggak kasih harapan dan nggak pacaran sama Melody, gue rasa El nggak perlu dimusuhi sama Ody. Karena sekalipun status lo pacar Melody, sikap lo cenderung lebih perhatian sama El dan itu bikin Melody cemburu," katanya.
"Semua udah terlambat kan? Gue nggak bisa melakukan apa pun. Gue sudah terikat dengan Melody, lagi pula Eliza juga mungkin membenci gue karena semua masalah yang menimpa dia." Bara berucap pasrah, tanpa tahu yang sebenarnya.
"Kalian berdua itu sama. Keras kepala dan egois. Kalian berdua sama-sama bersembunyi dibalik persahabatan dan itu yang justru bikin kalian kayak gini. Kalau dari awal lo mau ambil resiko dan lepasin embel-embel sahabat buat El. Gue yakin hubungan kalian pasti masih baik-baik aja sampai sekarang," ucap Affan sengaja mengungkit soal perasaan Bara yang sampai sekarang masih dipendam.
"Gue nggak mau kalau nanti akhirnya malah dibenci Eliza karna gue menyukainya lebih dari sahabat. Jadi lebih baik seperti ini, toh gue juga sudah mulai bisa menyayangi Ody. Walaupun gue akui, perasaan buat Eliza masih ada dan mungkin akan terus ada," ucap Bara mengakui perasaannya dengan suara lirih.
Affan sama sekali tidak terkejut, dia sudah mengetahui hal itu. Karena Affan memang memahami adiknya itu. Hanya saja, Affan terkadang bingung dengan pemikiran Bara yang memilih untuk melakukan hal yang menyusahkan dirinya sendiri.
"Semua keputusan itu urusan lo. Tapi kalau sampai sekali lagi Ody bikin ulah, gue yang akan turun tangan langsung." Affan memberi peringatan kepada Bara. Sedangkan adiknya itu hanya mengangguk.
Ada jeda sebentar, sebelum Affan mengungkit soal lukisan Eliza. Dia membiarkan Bara memikirkan semua ucapannya, sebelum nantinya Affan akan membuka satu rahasia kecil soal lukisan Eliza.
"Gue mau kasih tahu satu rahasia kecil. Gue nggak tahu ini akan berpengaruh sama lo atau nggak. Tapi kayaknya bisa jawab rasa penasaran lo," ucap Affan sengaja untuk menarik perhatian Bara. Benar saja, Bara langsung mendongak dan menatap Affan penasaran.
"Soal lukisan El yang nggak sengaja lo lihat tadi, itu bukan yang pertama. Sebenarnya El udah banyak bikin lukisan kayak gitu. Lukisan yang mirip sama seseorang," ucap Affan menggantung. Dia sengaja ingin melihat reaksi Bara.
Affan mengangguk, seolah bisa membaca pikiran Bara, "Iya, lukisan yang mirip sama lo. Semua lukisan wajah yang dibuat El, itu semua mirip lo," ucapnya.
Bara membulatkan mata kaget. Dia sama sekali tidak menyangka kalau ternyata Eliza sebegitu memperhatikannya. Bahkan sampai membuat lukisan yang mirip dengan dirinya. Tanpa Affan menjelaskan lagi, Bara sudah bisa menebak arah pembicaraan Affan sejak tadi. Bara paham tujuan Affan berbicara seperti itu.
"Gue bodoh banget, sejak awal El udah kasih semuanya sama gue. Tapi gue justru mengiyakan permintaan dia untuk kenalan sama Ody. Bahkan sebenarnya tanpa gue sadari, semua hal yang gue lakukan berpusat sama Eliza," ucap Bara lirih. Dia sedikit menyesal kenapa baru menyadari sekarang.
Affan tidak merespon apa pun, dia membiarkan Bara merenungi semua hal yang terlewat karena ulahnya sendiri. Tugas Affan cukup sampai disini. Setidaknya setelah ini Bara bisa berpikir ulang soal hubungannya dengan Eliza dan Melody.
"Sebodoh itu ternyata gue," bisik Bara menyesali semua hal yang selama ini terlewat begitu saja karena kebodohannya sendiri.
Berkat Affan, Bara menyadari kalau sebenarnya perasaannya untuk Eliza tidak bertepuk sebelah tangan. Bahkan malah bersambut dan mungkin saja terbalaskan. Hanya saja, keadaan tidak merestui mereka. Bara yang sudah memiliki Melody disisinya dan Eliza yang bersikukuh untuk mempertahankan persahabatannya.
"Andai saja gue tahu lebih awal, pasti hubungan gue sama El pasti akan baik-baik saja dan mungkin akan berakhir bahagia. Bukan seperti ini, El memusuhi gue karena menghindari Melody yang merasa cemburu," batin Bara nelangsa. Dia benar-benar menyesali kebodohannya yang tidak menyadari perasaannya sendiir dan memilih denial.
"Terlepas dari perasaan lo untuk Eliza dan Melody. Gue minta tolong, lo tetap bersikap seperti biasanya. Gue nggak mau kalau karna hal ini lo jadi menjauhi Melody dan nantinya berimbas pada Eliza. Kalau sampai itu terjadi, lo akan jadi orang pertama yang gue cari. Persetan dengan hubungan kita sebagai saudara," tegas Affan kembali memperingatkan Bara sebelum keluar dari kamar.
========
Rhain
24082023
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [TERBIT]
RomanceTentang Eliza yang terjebak dalam kukungan rasa yang tak seharusnya tercipta dalam sebuah ikatan persahabatan. Rasa yang membuat hatinya terus merasa bimbang. Akankah mempertahankan persahabatannya Atau justru mengikuti kata hatinya? =============...