Seperti janjinya, Bara kembali ke FEB untuk menjemput Eliza. Dia sudah duduk manis di kantin FEB untuk menunggu Eliza selesai kelasnya. Bara kelewat bersemangat karena bisa pulang bersama dengan Eliza. Setelah berhasil membujuk Eliza tadi.
"Cepet amat udah disini?" Eliza bertanya heran setelah duduk di hadapan Bara.
"Dosennya keluar lebih cepet tadi. Terus gue buru-buru kesini, takut lo nunggu," sahut Bara sambil tetap sibuk dengan ponselnya.
"Bara?" Eliza memanggil Bara tapi sayangnya seruan itu sama sekali tidak digubris. Bara terlalu fokus dengan ponselnya, sampai-sampai tidak mendengar Eliza yang memanggilnya.
"Dimas Bara Rahadi!" Seru Eliza kali ini memanggil nama lengkap Bara dan berhasil membuat lelaki di depannya itu menatap Eliza penuh perhatian.
"Kenapa, sayang?" tanya Bara yang kini sudah fokus pada Eliza. Karena Bara hapal, bila Eliza sudah menyebutkan nama lengkap berarti Eliza minta untuk diperhatikan, karena Eliza paling tidak suka bila diabaikan saat berbicara. Terdengar egois dan kekanakan memang, tapi seperti itulah Eliza bila di hadapan Bara.
"Nggak usah panggil gue sayang, kebiasan ih." Eliza menyentil dahi Bara karena lagi-lagi Bara memanggilnya dengan sebutan selayaknya seorang kekasih.
"Iya deh iya, kenapa El?" tanya Bara akhirnya bisa sedikit serius.
"Ini lo beneran nggak nganter Ody? Gue mau minta temenin beresin lukisan sekalian bawa ke tempat biasa. Karena katanya ada yang tertarik sama lukisan gue. Tapi kalau misal ternyata lo harus anter Ody yaudah gue sendiri aja," kata Eliza ragu, karena takut kalau ternyata Bara harus mengantarkan pacarnya. Mau bagaimanapun Eliza hanya sahabatnya dan Ody jauh lebih berhak karena dia pacar Bara.
Bara mengangguk sambil menunjukan pesan yang dikirimkan Ody tadi, "tuh, lihat. Jadi khusus untuk hari ini Bara punya El."
"Yaudah, kalau gitu ayo ke ruang lukis." Eliza menggenggam tangan dan langsung beranjak dari duduknya untuk segera kembali ke ruang lukis.
Tapi Bara lebih dulu menarik tangan Eliza dan membuatnya kembali duduk. "Nanti dulu, makan siang dulu sekalian. Lo kebiasaan lupa waktu kalau udah ketemu lukisan soalnya. Diam disini, gue pesenin."
Eliza menurut, dia kembali duduk dengan tenang menunggu Bara memesankan makanan untuknya. Tiba-tiba ponsel Eliza berdering, rupanya Grady yang menelpon.
Grady is calling...
"Kenapa, Dy?"
"Lo dimana? Gue masih ada urusan lagi, lo nunggu bentar nggakpapa?"q
"Aman, gue nanti mau ke ruang lukis dulu. Ini ada Bara juga, ntar gue bisa pulang sama dia," jawab Eliza sambil melirik Bara yang sedang antre memesan makanan.
"Yaudah kalau gitu, ntar tetep kabarin gue lagi," ucap Grady dan langsung memutuskan panggilan.
"Siapa yang telpon, beb?" Bara lagi-lagi memanggilnya dengan sebutan selayaknya seorang kekasih.
"Grady, dia nanya gue pulang sama siapa. Dia mau jemput kalau gue pulang sendiri," jawab Eliza sambil meletakan ponselnya dan menerima piring yang disodorkan Bara.
"Kan sama gue pulangnya," imbuh Bara sambil fokus pada piring makanan didepannya.
"Iya, tadi gue juga udah bilang."
Keduanya makan dalam diam, sampai ponsel Eliza kembali berdering. Kali ini Affan yang menelpon.
"Lagi dimana, El?" Affan langsung bertanya tanpa menyapa Eliza.
"Di kampus, lagi makan sama Bara. Kenapa Kak?" Eliza balik bertanya, karena tidak biasanya Affan menelponnya seperti ini.
"Tolong bilangin ke Bara, nanti suruh mampir ambil berkas ke Kevin. Gue telponin dari tadi nggak diangkat."
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [TERBIT]
RomanceTentang Eliza yang terjebak dalam kukungan rasa yang tak seharusnya tercipta dalam sebuah ikatan persahabatan. Rasa yang membuat hatinya terus merasa bimbang. Akankah mempertahankan persahabatannya Atau justru mengikuti kata hatinya? =============...