Eliza berakhir pulang bersama Bara malam ini. Karena Affan mengantarkan Reva. Sedangkan Kevin harus kembali ke studionya. Kalau Grady jangan ditanya, anak itu sengaja pergi lebih dulu agar Eliza mau tak mau pulang bersama Bara.
"Ini beneran nggakpapa gue pulang sama lo?" Bara bertanya untuk yang kedua kalinya pada Eliza.
"Harusnya gue yang tanya kayak gitu. Apalagi lo baru aja nolak telpon dari Ody. Apa nggak makin marah dia kalau tahu lo anterin gue pulang," ucap Eliza teringat soal Bara yang menolak telpon Melody tadi.
"Nggak masalah, itu biar gue yang urus. Lagi pula rumah kita deketan, masa gue biarin lo pulang sendiri. Bara berjalan di depan Eliza bermaksud membukakan pintu untuk gadis itu.
Eliza yang diperlakukan seperti itu merasa sedikit goyah. Rasanya Eliza ingin berlaku egois. Tapi itu tidak mungkin, karena nantinya akan menimbulkan masalah lagi.
"Soal yang kemarin, gue minta maaf." Bara membuka percakapan setelah sejak tadi fokus pada jalanan.
"Lupain aja, nggak usah dibahas lagi. Toh sekarang kita baik-baik aja," ucap Eliza tanpa menatap Bara.
Bara mengangguk, walaupun sebenarnya ia ingin membantah tapi itu tidak dia lakukan. Karena pasti akan membuat suasana menjadi sangat canggung. Jadi Bara memilih diam dan menyetujui ucapan Eliza.
Biarlah masalah soal perasaan mereka tersimpan rapi dalam memori. Cukup menjadi kenangan dan juga pelajaran untuk mereka berdua dan tidak perlu diungkit lagi.
"Makasih udah anterin, istirahat lo. Dan makasih karena hari ini lebih memilih gue ketimbang Melody." Eliza mengecup cepat pipi kiri Bara dan langsung berlari masuk rumah karena terlalu malu.
Sedangkan Bara masih berdiri diam ditempatnya. Dia masih kaget dengan yang dilakukan Eliza barusan. Bara sama sekali tidak menyangka kalau Eliza akan impulsif seperti itu.
"Ini kayaknya kalau nggak inget gue udah pacaran sama Ody, gue bakalan nembak El," monolog Bara tanpa sadar.
Setelah kejadian hari ini Bara baru menyadari kalau sebenarnya sejak awal dia menyukai Eliza. Sayangnya perasaan Bara terhalang persahabatan. Kalau saja Bara lebih berani, mungkin kisah Eliza dan Bara akan berbeda.
Lamunan Bara buyar seketika saat ponselnya berdering nyaring. Nama Melody kembali terpampang di layar ponsel Bara. Kali ini mau tak mau Bara menjawab panggilan itu.
"Kemana aja sih? Aku nelpon dari tadi tapi ditolak terus." Melody memberondong Bara dengan pertanyaan begitu Bara menjawab telpon.
"Maaf, tadi abis keluar sama temen. Nggak enak kalau mau angkat telpon karena lagi ngobrol lumayan serius." Bara sedikit berbohong agar Melody tidak berulah seperti kemarin.
"Aku maafin, tapi lain kali nggak boleh kayak gini lagi," ucap Melody tenang.
Bara refleks mengangguk, dia sangat senang dan merasa lega. Karena Melody tidak merajuk. Karena kalau sampai Melody merajuk pasti akan merusak suasana hati Bara yang sudah baik berkat Eliza.
"Iya. Selamat istirahat Ody." Bara mengakhiri panggilan Melody tanpa memberi kesempatan Melody untuk balas mengucapkan selamat malam.
Bara melempar ponselnya ke kasur dan memilih mengambil gitar. Dia sengaja memainkan gitar itu di balkon agar Eliza mendengarnya. Karena memang balkon mereka berjarak cukup dekat.
Bara memang sengaja ingin menarik perhatian Eliza. Tetapi malah Affan yang menyerukan protes karena merasa terganggu dengan suara gitar Bara. Apalagi waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam.
"Gue tahu lo lagi seneng, tapi nggak konser tengah malem juga. Gue mau tidur." Affan berseru sebal dari kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Bara.
Sebelum kembali diteriaki, akhirnya Bara memilih menyimpan gitarnya dan berdiri diam di balkon. Pikirannya berkelana jauh mengingat perihal kejadian tadi. Bara masih tidak habis pikir Eliza melakukan itu disaat hubungan mereka bisa dibilang sedikit canggung.
Bara merasa senang, dia mengakui itu. Tapi disisi lain dia juga merasa bersalah, karena seolah memberikan harapan pada Eliza. Padahal seharusnya dia bisa menolak, mengingat Bara sudah menjadi kekasih Melody.
"Bara kenapa lo malah jadi makin bego? Harusnya lo bisa kasih batasan ke diri lo sendiri. Kalau kayak gini, lo akan nyakitin Eliza lagi dan juga nyakitin Ody." Bara berucap pada diri sendiri, merutuki kebodohannya hari ini.
Tidak jauh berbeda dengan Bara, Eliza juga sedang merutuki kebodohannya hari ini. Eliza merasa menyesal karena dengan berani mencium pipi Bara, padahal jelas-jelas dia tahu kalau Bara sudah memiliki Melody.
"Mau ditaruh mana muka gue besok, malu-maluin diri sendiri," gumam Eliza sambil menutup wajahnya dengan bantal.
Tapi tidak dipungkiri, Eliza sedikit merasa senang karena Bara tidak menolak. Padahal ketika melakukan itu, Eliza sudah siap ditolak atau bahkan dimarahi oleh Bara. Tapi nyatanya Bara malah menerimanya atau lebih tepatnya Bara diam karena terlalu kaget.
Eliza sedikit merasa bersalah pada Melody sebenarnya, karena hari ini Eliza terkesan seperti perebut pacar orang. Tapi itu tidak masalah, Eliza ingin sedikit egois kali ini. Sebelum nantinya dia akan benar-benar melepaskan Bara.
Eliza berniat menggunakan KKN sebagai alasan menjauh dari Bara. Dia berencana mengambil wilayah yang jauh dari kota. Hanya Grady yang tahu rencananya ini dan untungnya anak itu mau membantu. Walaupun Eliza harus menerima omelan panjang dari Grady setelahnya.
"Ayo, sekarang fokus siapin berkas. Biar prosesnya makin cepat dan makin cepat pula lo menjauh dari Bara," ucap Eliza pada dirinya sendiri.
Eliza memilih menyerah dengan perasaannya. Membiarkan perasaannya tersimpan rapi walaupun kenyataannya perasaan itu sama sekali tidak terbalas. Tapi setidaknya Bara tidak membencinya dan tetap menganggap Eliza sahabat kesayangan Bara.
Sejak awal, Eliza sudah paham konsekuensi yang harus dia dapatkan ketika membiarkan perasaannya terus tumbuh. Eliza tahu, perasaannya ini tidak akan terbalas. Tapi Eliza juga tidak mau menghapusnya. Dia berniat menyimpan perasaanya untuk dirinya sendiri. Sayangnya waktu itu Ody membongkar semua hal yang Eliza simpan rapi. Hingga membuat semuanya menjadi seperti sekarang.
Tapi Eliza bersyukur, setidaknya dia tahu kalau perasaannya pernah bersambut sebelum dirinya benar-benar melepaskan Bara. Eliza masih bisa sedikit egois dan mengklaim Bara menjadi miliknya seorang untuk hari ini.
"Eliza, Eliza, lo sebegitu sayangnya sama Bara. Tapi orang yang lo sayang itu justru jadian sama teman dekat lo sendiri dan lo malah terjebak dengan perasaan lo untuk dia. Sekarang, ayo lepasin perasaan itu. Lihat sekeliling lo dan coba mulai buka hati lo untuk orang lain. Perasaan untuk Bara cukup lo simpan di sudut terdalam hati lo dan jadikan itu hanya sebuah kenangan. Ayo keluar dari lingkaran perasaan yang tiada akhir ini." Eliza bermonolog, menasehati sekaligus merutuki perasaannya yang terjebak pada waktu dan orang yang tidak tepat.
=======
Rhain
30082023
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [TERBIT]
عاطفيةTentang Eliza yang terjebak dalam kukungan rasa yang tak seharusnya tercipta dalam sebuah ikatan persahabatan. Rasa yang membuat hatinya terus merasa bimbang. Akankah mempertahankan persahabatannya Atau justru mengikuti kata hatinya? =============...