Malam sebelum keberangkatan ke tempat KKN, Grady kembali bertanya pada Eliza soal keputusannya itu, "Lo yakin jadi mau ambil di luar kota?" katanya.
Eliza hanya mengangguk, dia sudah yakin dengan keputusannya ini. Dia tidak boleh goyah karena ini adalah satu-satunya cara yang Eliza tahu dan Eliza bisa untuk melepaskan Bara.
"Bunda udah tahu?" tanya Grady lagi.
"Udah setuju. Lagi pula nggak sampai 3 bulan dan gue rasa kayak gini juga lumayan, gue akan dapat banyak pengalaman nantinya," sahut Eliza tenang. Dia sudah benar-benar yakin dengan keputusannya itu. Lagi pula Ayah dan Bundanya juga mendukung, jadi tidak ada alasan untuk mundur lagi.
Grady menghela napas pelan, dia sebenarnya ingin mencegah Eliza merealisasikan rencananya itu. Tapi apa daya, ternyata sudah diijinkan dan disetujui oleh orang tua Eliza. Mau tak mau Grady membiarkan saja.
"Iti keberangkatan lo nggak bisa diundur? Gue aja masih dua hari lagi berangkatnya." Grady kembali bertanya, dia masih berharap kalau sahabatnya itu tidak akan jauh-jauh dari dirinya atau Bara selama KKN.
"Apanya yang di undur?" Kevin yang tadinya akan mengambil minum malah ikut bergabung dengan Grady dan Eliza di teras belakang.
"Bukan apa-apa, Kak. Ah iya, Kak Kevin ngapain?" Eliza cepat-cepat mengalihkan pembicaraan agar Kevin tidak bertanya lagi. Karena Eliza tidak ingin semua mengetahui rencananya ini, cukup Grady dan orang tuanya saja yang tahu.
Kevin mengangguk, dia tidak memaksa. Walaupun sebenarnya Kevin merasa sedikit penasaran. Karena nantinya itu akan jadi penentu apakah dia harus melanjutkan rencananya atau tidak.
"Gue tahu sebenarnya ini bukan waktu yang tepat dan juga bukan tempat yang tepat. Apalagi ada Grady juga," ucap Kevin tiba-tiba dan sama sekali tidak menjawab pertanyaan Eliza tadi.
Eliza dan Grady menatap Kevin dengan tatapan bingung sekaligus penasaran. Karena tidak biasanya Kevin berperilaku seperti ini.
"Gue mau jujur, kalau gue tertarik sama lo. Mungkin sekarang sudah benar-benar jatuh hati sama lo," ucap Kevin yakin sambil menatap Eliza teduh.
Eliza membulatkan matanya, dia tidak menyangka kalau Kevin akan menyatakan perasaannya seperti ini. Bahkan Grady hampir menjatuhkan ponselnya karena kaget. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau Kevin akan senekat ini.
"Jujur, gue bingung Kak." Hanya itu yang bisa diucapkan Eliza. Dia benar-benar bingung dan tidak tahu harus menjawab apa. Karena sampai saat ini perasaan Eliza masihlah untuk Bara. Lagi pula, besok pagi Eliza juga sudah harus berangkat ke tempat KKN.
"Gue nggak maksa lo jawab sekarang, El. Gue akan tunggu kapanpun lo siap jawab," ucap Kevin dan langsung beranjak kembali masuk rumah.
Grady masih menatap Eliza tidak percaya. Bagaimana bisa dalam satu hari, Eliza membuat keributan sebesar ini. Padahal gadis itu harus pergi besok.
"Maaf, El. Kalau yang ini gue nggak bisa bantu," ucap Grady sambil mengangkat tangannya mengisyaratkan kalau dia menyerah.
Eliza hanya bisa menghela napas pasrah. Dia sendiri tidak tahu harus berbuat apa.
=======
"Dy, kok gue nggak lihat El?" tanya Bara yang pertama kali menyadari kalau tidak ada Eliza diantara mereka.
Grady mengangguk, tetapi dia tidak mengatakan apa pun. Grady tetap diam seolah dia juga baru menyadari kalau Eliza tidak terlihat sejak tadi. Karena dia sudah berjanji sejak kemarin sebelum Eliza berangkat untuk tidak memberitahukan siapapun soal rencana Eliza itu.
"Ngapain sih nyari, El? Lagi pula kamu KKN nggak bareng dia," ucap Melody sebal karena Bara masih saja mencari Eliza. Terlebih lagi, KKN kali ini dia tidak satu wilayah dengan Bara. Makin sebal lah Melody sekarang.
"Aku cuma tanya, apa salah kalau aku nanyain sahabatku?" Bara berucap tenang, dia berusaha untuk tidak terpancing emosi.
Melody berlalu begitu saja karena merasa kalah. Padahal niatnya ingin menjelekkan Eliza di depan Bara. Tapi ternyata Bara sama sekali tidak terpancing dengan ucapan Melody tadi.
"Gue akan kasih tahu nanti, sekarang fokus sama acara pembukaan dulu. Nanti temui gue di ruang UKM lukis setelah acara selesai dan jangan ajak Ody," ucap Grady sebelum kembali berkumpul dengan kelompoknya.
Seperti yang dijanjikan Grady tadi, sekarang anak itu sedang menunggu Bara di ruang UKM lukis. Tangan Grady memegang sebuah lukisan dan sebuah amplop berisi surat yang di tulis Eliza.
"Kenapa harus ruang UKM yang jauh dari lapangan, mana gue harus menghindari Ody pula," ucap Bara begitu masuk ruang UKM.
Bara sama sekali tidak menyadari benda yang dipegang oleh Grady. Dia masih sibuk mengomel dan merutuki ide Grady yang meminta untuk bertemu di ruang UKM lukis.
"Stop ngomel-ngomel. Ini buat lo dari Eliza. Nggak usah tanya apa pun, karena gue nggak akan jawab. Semua jawaban dari pertanyaan lo ada di surat ini." Grady menyerahkan surat dan lukisan di tangannya pada Bara dan pergi begitu saja tanpa menjelaskan apa pun.
Bara memilih untuk lebih dulu membuka surat dari Eliza. Dia duduk di pojok ruangan bersama lukisan yang dia letakan di sampingnya.
Halo Bara
Gue nggak bisa basa-basi, duh bingung mau dari mana ngomongnya.
Okey, pertama gue mau minta maaf dulu sama lo, karena gue pergi ke luar kota dua hari lalu dan nggak pamit sama lo. Gue emang sengaja nggak kasih tahu lo soal ini dan nyuruh Grady buat tetep diam aja.
Gue juga mau minta maaf, karena belum bisa penuhin permintaan lo buat hapus semua perasaan gue buat lo. Gue masih sayang sama lo, Bara. Mungkin malah perasaan gue sekarang makin tumbuh buat lo.
Ah, gue juga minta tolong bilang ke Ody kalau gue minta maaf karena selama ini selalu bikin dia cemburu. Tapi tenang aja setelah ini gue nggak akan bikin dia cemburu lagi. Soalnya ada yang nunggu gue ketika pulang nanti.
Duh, jadi panjang banget. Mana isinya minta maaf doang pula.
Terakhir deh ini, makasih ya Bara karena jadi sahabat terbaik gue. Makasih karena perasaan gue pernah bersambut walaupun cuma sebentar. Gue bersyukur lo nggak benci gue setelah tahu soal perasaan gue ini.
Ini beneran terakhir, Grady pasti udah kasih lukisannya juga kan?
Nah, itu kenang-kenangan buat lo. Simpan ya, karena gue mencurahkan semua perasaan gue buat lo disana
See you when i see you Bara♡Bara meremas kertas surat yang dia pegang. Tanpa sadar, matanya berkaca-kaca setelah membaca surat itu. Dengan tergesa Bara menyobek kertas yang membungkus lukisan untuk segera melihatnya.
Terlihat lukisan seorang gadis yang menatap lelaki di kejauhan. Benar-benar indah dan penuh cinta tapi entah kenapa lukisan itu terlihat sedikit menyedihkan.
"Aku cari dari tadi ternyata di sini. Buruan, teman-teman kelompok kamu nyariin itu." Melody muncul diambang pintu dan sedikit mengagetkan Bara.
"Kamu duluan aja, aku beresin ini dulu bentar." Bara segera mengusap kasar matanya dan langsung membereskan lukisan pemberian Eliza.
"Terimakasih, El. Untuk cinta dan perasaan lo buat gue," bisik Bara pelan sebelum benar-benar keluar dari ruang UKM lukis.
=======
Kisah Eliza dan Bara berakhir disini
Terimakasih untuk kalian yang sudah mengikuti kisah merekaRhain
30082023
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [TERBIT]
RomanceTentang Eliza yang terjebak dalam kukungan rasa yang tak seharusnya tercipta dalam sebuah ikatan persahabatan. Rasa yang membuat hatinya terus merasa bimbang. Akankah mempertahankan persahabatannya Atau justru mengikuti kata hatinya? =============...