Sejak hari itu, setelah kejadian Eliza terjatuh akibat ulah Ody. Hubungan Eliza dan Bara sedikit renggang. Keduanya sudah jarang terlihat berdua, Eliza lebih sering bersama Grady atau Affan. Sedangkan Bara, tentu saja bersama Melody, pacarnya.
Bara masih merasa bersalah karena sudah membentak Eliza kemarin. Padahal seharusnya Bara tidak mempermasalahkan itu. Bukankah wajar bila Eliza belum mau memafkan Ody, karena apa yang dilakukan Ody sudah keterlaluan.
Pagi ini Bara sudah bersiap untuk berangkat padahal hari ini dia tidak ada kuliah pagi. Padahal biasanya Bara paling malas untuk ke kampus sekalipun ada kelas pagi. Tapi khusus untuk hari ini dia berangkat pagi, tentu saja untuk menjemput Melody.
"Tumben lo udah siap? Biasanya paling males kalau disuruh kelas pagi, sampai El kudu naik ke kamar lo biar bisa bangunin." Affan mengernyit melihat adiknya sudah rapi dan duduk santai di ruang tamu.
"Mau jemput Ody, dia ada kelas pagi hari ini," sahut Bara sambil tetap fokus mengunyah makanannya.
"Tumben amat, biasanya juga Ody berangkat sendiri."
Bara tidak menyahuti ucapan Affan dan justru mempercepat kunyahannya agar bisa segera berangkat, dia hanya malas ditanya macam-macam oleh kakaknya itu. Karena biasanya memang setiap ada kuliah pagi Bara akan berangkat bersama Eliza. Apalagi Eliza sedang sakit seperti itu, Bara akan jadi lebih protective.
Tapi tidak untuk hari ini, karena sejak kejadian di lapangan tempo hari, Eliza sengaja menjaga jarak dengan Bara. Dia tidak ingin Melody semakin salah paham padanya. Eliza lebih memilih menjauh dari Bara yang sepertinya juga masih enggan bertemu dengannya.
Pagi ini Eliza sengaja tidak datang ke rumah Affan, padahal biasanya dia akan dengan senang hati datang kesana untuk sekedar membangunkan Bara yang memiliki jadwal kuliah pagi. Tapi khusus pagi ini, Eliza bahkan belum juga beranjak dari duduknya. Ia masih saja betah berlama–lama duduk diam di sofa ruang tengah untuk menunggu Grady datang menjemput.
"Aduh, kayaknya ada yang lagi patah hati nih, gara – gara dicuekin sama pujaan hatinya," tiba–tiba terdengar suara celetukan Grady yang langsung membuat wajah Eliza menjadi muram karena sebal mendengar celetukan itu.
"Apasih? Nggak usah sok tahu deh," sambar Eliza masih dengan nada kesal yang ketara.
Grady masih saja menggoda Eliza tanpa memperdulikan wajah kesal sahabatnya itu. Bagi Grady menjaili Eliza itu keseruan tersendiri. Apalagi bila itu ada kaitannya dengan Bara. Karena Grady memiliki satu rahasia kecil soal kedua sahabatnya itu.
"Dih, ngambek. Udah nggak usah ngambek. Ayo berangkat, gue nggak mau di salahin karena lo telat. Padahal itu salah lo sendiri." Gardy langsung menarik pelan tangan Eliza dan membantu Eliza berjalan pelan keluar rumah. Tentunya setelah berpamitan dengan Bunda.
Affan yang tana sengaja melihat adiknya dan Eliza keluar rumah saat yang sama memilih tetap diam dan tidak berkomentar sama sekali, walaupun dirinya gatal ingin memanggil Eliza. Affan ingin sekali mengetes Bara apakah adiknya itu benar-benar tidak memperdulikan Eliza atau hanya sekedar berpura-pura tidak perduli. Tapi dia mengurungkan niatannya itu, agar tidak membuat keributan di pagi hari yang cerah.
========
Di kampus pun Eliza sama sekali tidak bertemu Bara. Dia benar-benar menghindari bertemu dengan Bara. Bukan apa-apa, Eliza hanya tidak ingin membuat Melody semakin salah paham dan malah membencinya. Karena walau bagaimanapun, Melody tetap sahabat kesayangan Eliza setelah Bara tentunya.
"Hai, El. Tumben sendirian aja, biasanya kemana-mana sama Bara. Udah kayak amplop sama perangko," sapa Reva yang kebetulan melihat Eliza yang sedang berdiam diri di sudut kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [TERBIT]
RomansaTentang Eliza yang terjebak dalam kukungan rasa yang tak seharusnya tercipta dalam sebuah ikatan persahabatan. Rasa yang membuat hatinya terus merasa bimbang. Akankah mempertahankan persahabatannya Atau justru mengikuti kata hatinya? =============...