Bab 13 - Bertepuk Sebelah Tangan

110 6 2
                                    

Bara yang sama sekali tidak tahu menahu soal kejadian di lapangan hanya bisa menatap Eliza yang pergi begitu saja dengan tatapan bingung. Dia sama sekali tidak bisa menebak apa yang sudah terjadi. Tidak ada satu pun dari sahabatnya yang berniat memberitahu Bara. Mereka memilih bungkam dan tidak ikut campur sama sekali.

"Kamu kenapa?" tanya Bara bingung, melihat eskpresi kesal diwajah Ody yang terlihat sangat ketara. Namun tak ada jawaban, Melody tak menghiraukan pertanyaan Bara.

"Ada apa sebenarnya, terus El kemana? Bukannya tadi sama kalian?" cecar Bara mulai tidak sabar, karena dia menjadi satu-satunya orang yang tidak tahu apa-apa.

Melody masih bergeming, ia tak menghiraukan Bara yang sejak tadi terus bertanya. Ody masih berusaha menetralkan emosinya sendiri, dia tidak mau berakhir ribut dengan Bara seperti yang sebelum-sebelumnya. Karena Ody tahu, pasti Bara akan membela Eliza ketimbang dirinya. Apalagi kalau sampai Bara tahu soal perasaan Eliza. Melody hanya takut, kalau pacarnya itu akan kembali goyah.

"Kita duluan. Kalau lo penasaran, tanya sama pacar lo dan soal Eliza lo nggak usah khawatir. Dia aman sama gue," ucap Kevin yang justru semakin membuat Bara bingung.

Tapi kebingungan itu tak berlangsung lama, karena Ody membuat Bara terdisktrak. Ody sengaja mengajak Bara untuk berjalan-jalan. Ody takut kalau nantinya Bara akan mengetahui soal kejadian tadi bila tidak dijauhkan dari Eliza untuk sementara.

"Mau kemana sih?" tanya Bara lembut sambil mengelus pelan rambut Ody.

"Ke rumah, kita gofood abis itu marathon movie." Jawab Ody bersemangat.

"Okey, tapi nanti dulu ya. Gue ada janji sama El. Nanti setelah itu kita marathon movie di rumah," ucap Bara selembut mungkin agar Ody tidak marah.

Ody mencebik tidak suka, karena lagi-lagi dia harus kalah dari Eliza. Padahal yang pacar Bara itu Ody, tapi yang selalu Bara prioritaskan justru Eliza.

"Terserah, mau aku larang juga percuma. Kamu pasti akan tetap duluin Eliza daripada aku. Udahlah, nggak ada gunanya aku disini, mendingan aku pulang aja." Ody berucap kesal karena rencananya tidak berhasil.

Ody memilih melenggang meninggalkan Bara. Dia sudah kepalang kesal karena rencananya untuk menjauhkan Bara dari Eliza tidak berhasil. Bara masih saja menomorsatukan Eliza. Padahal jelas-jelas tadi Eliza mengabaikan dia.

"Ody sayang, jangan ngambek dong. Yaudah yuk kita ke rumah terus marathon movie. Soal Eliza lupain dulu aja, toh ada Grady sama Bang Affan."  Bara akhirnya memilih untuk membujuk Ody agar tidak marah lagi. Walaupun sebenarnya Bara masih sedikit khawatir soal Eliza.

=====

Disisi lain, Eliza memilih mengunci diri di kamarnya. Eliza tidak ingin Grady melihat dirinya yang menangis. Dia hanya tidak mau dikasihani karena kisah asmaranya yang amat sangat menyedihkan. Lagi pula, Eliza tidak ingin membuat Bara kembali disalahkan oleh Grady dan Affan karena masalah ini.

"El, lo kenapa sih? Nggak biasanya lo kayak gini. Nggak seharusnya lo kayak gitu ke Melody," ucap Grady menegur Eliza yang masih marah setelah gadis itu mau keluar kamar.

"Lo kalau cuma mau marahin gue, mending pergi aja dan gue mau balik ke kamar," kata Eliza tidak suka. Dia mengijinkan Grady untuk bertemu dengannya bukan untuk memarahinya seperti ini, tapi untuk mendengarkan ketika Eliza bercerita.

"Bukan gitu, tapi lo juga salah tadi. Kenapa lo malah mancing emosinya Ody. Untung nggak ada Bara, kalau ada malah lo yang bakalan kena amuk dia lagi kayak waktu itu," tutur Grady selembut mungkin karena tidak mau membuat sahabat kesayangannya ini merasa disalahkan. Grady sebenarnya hanya khawatir, Eliza akan terluka lagi karena kena amuk Bara kesekian kalinya.

"Dy, salah ya kalau gue suka sama Bara? Harusnya nggak boleh melibatkan perasaan kan dalam persahabatan kayak gini. Gimana kalau Bara tahu, dia pasti bakalan benci sama gue," ucap Eliza pelan, dia khawatir kalau Bara nantinya akan membenci dirinya.

"Nggak ada yang salah El, hanya waktu yang nggak berpihak sama kalian. Karena Bara udah punya Ody dan lo nggak bisa sembarangan masuk diantara mereka, karena lo sama gue itu cuma sahabat Bara."

Ucapan Grady itu sedikit menyadarkan Eliza. Kalau semua hal belum tentu sesuai keinginan. Kadang kala memang kita harus siap dengan semuanya. Menginginkan bukan berarti akan mendapatkan. Ini yang Eliza pahami semenjak dia sadar kalau dia menaruh hati pada sahabatnya sendiri.

"Udah ya, nggak usah terlalu dipikirin soal yang tadi. Gue tahu lo masih sedih. Tapi gue rasa daripada lo sedih nggak jelas kayak gini, mending persiapin buat tawaran Bang Kevin ngga sih? Lebih worth it."

Grady mencoba membujuk Eliza agar tidak sedih lagi dan sejenak melupakan masalah tadi. Grady berusaha agar sahabatnya itu kembali tersenyum.

"Dy, lo sebegini perhatiannya tapi kenapa gue nggak bisa suka sama lo ya? Kenapa malah Bara, harusnya gue suka sama lo aja. Pasti nggak akan ada drama kayak gini kalau gue sukanya sama lo." Eliza berucap tiba-tiba.

Grady hanya terkekeh, dia sama sekali tidak menyangka kalau Eliza akan punya pikiran seperti itu. Yang benar saja, Eliza menyukainya.

"Malah ketawa lo, jelek!" protes Eliza, karena Grady hanya menertawakannya.

"Ya lagian lo aneh-aneh aja. Mana mungkin lo suka sama gue, udah bucin akut sama Bara gitu. Lagi pula, gue nggak suka sama lo," jawab Grady masih dengan sisa-sisa tawanya.

Eliza memukul pelan bahu Grady, dia sebal dengan jawaban Grady tapi entah kenapa dia juga merasa senang sekaligus lega. Karena masih memiliki sahabat sebaik Grady tanpa harus melibatkan perasaan.

"Bentar, lo tahu darimana soal tawaran Kak Kevin. Kayaknya gue belum cerita apa-apa sama lo," ucap Eliza kaget, setelah menyadari kalau perihal tawaran Kevin belum dia ceritakan pada siapapun.

"Menurut lo aja deh, ngapain Bang Kevin dari kemarin ngebet deketin lo sama Bang Affan. Lagi pula, sebelum Bang Kevin kasih tawaran ke lo, dia nanya pendapat Bang Affan dulu," jelas Grady.

Eliza mengobrol banyak hal dengan Grady. Berkat sahabatnya itu, Eliza bisa sedikit melupakan soal perasaannya untuk Bara dan fokus dengan tawaran Kevin. Kapan lagi kan bisa ikut pameran dan memperkenalkan hasil karnya di depan banyak orang.

"Makasih ya, lo selalu jadi orang pertama tiap kali gue sedih karena Bara. Makasih juga lo selalu bisa jaga rahasia gue dari dia selama ini," ucap Eliza tulus dan memeluk Grady. Sedangkan Grady hanya tersenyum sambil mengelus punggung Eliza lembut.

"Untungnya Grady bisa hibur El, seenggaknya untuk sementara waktu ini Eliza hanya akan fokus sama tawaran lo. Jadi tolong jagain Eliza. Soal Bara biar itu jadi urusan gue," ucap Affan yang ternyata mengintip di ruang sebelah bersama Kevin dan Reva.

Kevin hanya mengangguk, tapi dalam hatinya ia bertekad akan membuat Eliza merasa nyaman berada di sekitarnya. Karena entah sejak kapan, Kevin bukan lagi sekadar tertarik dengan Eliza, tapi dia benar-benar menyukai gadis itu.

=======

Hubungan mereka makin rumit ya
Kira-kira reaksi Bara bakalan gimana kalau tahu soal perasaan El.

Rhain
13072023

FRIENDZONE [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang