Dengan sigap Grady menyiapkan kotak PPPK untuk mengobati luka di kaki dan siku Eliza karena tergores akibat jatuh tadi. Bara dengan telaten mulai mengobati luka itu.
"Sssh, pelan-pelan. Perih banget, Ra." Mata Eliza berkaca-kaca, menahan isak karena lukanya yang terasa perih.
"Lagian lo ada aja sih, El. Lain kalo hati-hati makanya." Bara masih sempat-sempatnya mengomeli Eliza, padahal jelas-jelas dia tahu yang kalau Eliza jatuh karena disenggol Ody, pacarnya.
"Nggak usah ngomel, gue nggak mau dengerin omelan lo."
Menyadari kalau bukan saat yang tepat, Bara langsung diam dan kembali fokus mengobati luka Eliza. Sebenernya Bara tidak marah, dia hanya terlalu khawatir dengan sahabatnya itu.
"Udah, sekarang lo diem disini. Nggak usah berkeliaran dulu," ucap Bara memperingatkan Eliza agar tidak pergi dari ruang tengah.
"Berkeliaran banget. El udah berasa kek kucing peliharaan," imbuh Grady sambil menahan tawa karena melihat ekspresi sebal yang Eliza tujukan pada Bara.
"Udah nggak usah ngambek, nurut sama Bara. Lagian lo mau jalan juga susah, jadi anteng aja disini." Affan mengusap pelan rambut Eliza, menenangkan gadis itu agar tidak marah lagi.
Eliza mengangguk, dia menurut dengan apa yang diucapkan Affan. Eliza memilih bersantai diruang tengah dengan ditemani Grady dan juga Bara.
"Lo ngapain disini? Nggak nemuin cewek lo?" Grady menatap heran karena Bara malah duduk santai di samping Eliza.
"Nanti aja, kita lagi sama-sama emosi. Gue takut malah ntar kelepasan marah sama Ody," sahut Bara sambil tetap sibuk dengan ponselnya.
Grady yang masih penasaran dengan kejadian jatuhnya Eliza, kembali bertanya, "El, lo kok bisa jatuh sampai kayak gitu? Keseimbangan lo nggak jelek-jelek amat tapi bisa-bisanya lo jatuh sampai separah itu lukanya."
Eliza tampak berpikir cukup lama untuk menjawab. Dia berusaha memilah kata yang tepat untuk menjelaskan pada Grady agar dia tidak salah paham dan berakhir menyalahkan Ody. Walaupun sebenarnya itu semua memang karena ulah Ody.
"Gue kena senggol Ody dan emang tadi posisi gue kurang menguntungkan sih, makanya bisa jatuh sampai kayak gini."
Eliza menjelaskan seadanya karena dia tidak mungkin mengatakan ini akibat ulah Ody, tidak ketika Bara masih dilema. Karena bisa-bisa dirinya lah yang akan disalahkan."Mana mungkin Ody sengaja senggol lo, wajar kan kalau nggak sengaja kesenggol. Itu lo aja yang kurang hati-hati," sanggah Bara membela Ody yang jelas-jelas bersalah.
"Gue nggak bilang Ody sengaja, gue cuma bilang dia senggol gue." Eliza kembali menekankan ucapannya agar Bara percaya. Tapi tetap saja, Bara masih saja tidak percaya.
Eliza hanya menatap malas Bara yang malah terkesan menyalahkannya. Dia sama sekali tidak peduli dan lebih memilih fokus pada tontonan di ponselnya.
"Mending lo temui Ody dan tanya soal kejadian tadi sama dia," kata Grady mengusir secara halus.
========
Bara benar-benar mengunjungi Melody pagi ini, seperti yang dikatakan Grady kemarin sore. Dia penasaran dengan cerita soal kejadian kemarin sore versi Melody.
"Mau ngapain lo kesini? Nggak nemenin sahabat kesyangan lo itu?" sambut Melody dengan ucapan penuh sindiran karena masih merasa marah pada Bara yang lebih membela Eliza ketimbang dirinya.
"Gue kesini baik-baik, lo nggak usah mancing. Gue tahu yang salah disini lo dan gue bukan belain El, tapi emang nyatanya dia nggak salah. Lo yang keterlaluan Ody." Bara menatap tajam gadis di depannya dan membuat Ody memundurkan tubuhnya karena merasa sedikit takut. Karena Bara yang marah seperti ini lebih menyeramkan dibandingkan Bara yang hampir membentaknya kemarin di lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [TERBIT]
RomansaTentang Eliza yang terjebak dalam kukungan rasa yang tak seharusnya tercipta dalam sebuah ikatan persahabatan. Rasa yang membuat hatinya terus merasa bimbang. Akankah mempertahankan persahabatannya Atau justru mengikuti kata hatinya? =============...