Bab 12 - Jujur

91 5 2
                                    

"Pindahin ke kamar gih, kasihan El tidurnya kayak gitu," titah Affan yang entah sejak kapan berada di belakang Bara.

Bara yang sedikit kaget berusaha menetralkan ekspresinya dan bergegas menggendong Eliza. Sejujurnya Bara takut kalau Kakaknya itu mendengar apa yang baru saja ia ucapkan.

"Tidurin di kamar lo aja. Reva udah tidur, kasihan kalau keganggu," ujar Affan dan langsung dituruti oleh Bara.

"Ah, tunggu. Gue tahu akhir-akhir ini terlalu banyak hal yang lo pikirin dan khawatirin. Yakinin diri lo, Dek. Apapun keputusan lo nanti, gue akan dukung," tutur Affan tiba-tiba dan membuat Bara heran. Karena jarang-jarang Affan akan menyebutnya 'Dek' bila tidak sedang berbicara serius dan cukup penting untuk dirinya.

Bara sama sekali tak berniat merespon ucapan Affan, dia berlalu begitu saja. Bahkan terkesan buru-buru untuk menuju kamarnya. Sedikit tidak sopan memang, tapi Bara hanya ingin menghindar dari Affan.

"Selamat tidur El, mimpi indah ya." Bara mengelus lembut pipi Eliza sebelum keluar kamar.

Sepeninggalan Bara, Eliza langsung membuka mata. Dia berusaha menetralkan detak jantungnya yang tidak bisa berdegup normal sejak pengakuan Bara tadi. Gadis itu tidak benar-benar terlelap ketika Bara bermolog di hadapannya, dia mendengar semuanya. Tapi Eliza hanya bisa diam dan tetap berpura-pura tidur, karena dia tidak ingin membuat Bara merasa canggung. Walaupun Eliza sangat ingin membalas ucapan Bara itu.

Mungkin benar, tidak ada persahabatan yang murni antara lelaki dan perempuan. Salah satunya atau bahkan keduanya akan saling menaruh hati. Sama seperti Eliza dan Bara yang ternyata mulai melibatkan perasaan dalam persahabatan mereka.

=======

Keesokan paginya, Eliza bangun kesiangan karena semalaman tidak bisa tidur akibat pikirannya yang berkelana. Dia sama sekali tidak bisa benar-benar terlelap karena ucapan Bara terus terngiang dalam benaknya.

"Dih, jam segini baru bangun. Yang lain udah pada jogging tuh," cibir Bara mengomentari Eliza yang baru saja keluar kamar. Untungnya Eliza keluar kamar dalam keadaan sudah rapi, jadi tidak semakin diejek oleh Bara.

"Biarin sih, lagian bukan urusan lo." Eliza berucap cepat. Dia sangat kesal karena pagi-pagi Bara sudah memancing emosinya seperti ini.

"Urusan gue dong. Gara-gara lo belum bangun, gue nggak bisa ambil baju," bantah Bara tidak mau kalah.

"Bodoamat, gue mau pergi dulu. Bye," ucap Eliza dan langsung berlalu keluar rumah, meninggalkan Bara yang menatapnya kesal.

Eliza menuju lapangan, karena memang Grady dan yang lainnya sedang berada disana. Dia berniat menyusul teman-temannya daripada harus berdua dengan Bara di rumah. Mengingat kejadian tidak terduga semalam, Eliza hanya sedikit canggung bila harus berdua dengan Bara saat ini.

Saat sedang serius dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba Reva menepuk bahu Eliza dari belakang dan membuat gadis itu kaget.

"Semalem lo tidur dimana? Kok gue bangun nggak ada?"

"E-eh, gue tidur di kamar Bara. Karna semalem gue nggak sengaja tidur pas ngobrol sama dia," jawab Eliza sedikit terbata karena bingung bagaimana menjelaskan pada Reva agar tidak jadi salah paham.

"Nggak usah panik, gue cuma nanya." Reva mengerling sambil tersenyum jail karena Eliza terlihat gugup.

Eliza hanya menatap datar Reva setelah sadar kalau dia hanya dikerjai. Bisa-bisanya Eliza malah panik dan membuat Reva semakin yakin dengan pikirannya kalau memang ada apa-apa antara dirinya dan Bara.

"Ngapain lo berdua disitu, sini gabung. Kita tanding three on three." Ajak Kevin bersemangat.

Namun ajakan itu sia-sia, karena Reva dan Eliza sama sekali tak menghiraukan Kevin. Mereka berdua ternyata fokus memperhatikan Ody yang sedang melangkah cepat ke arah lapangan.

"Bara ada disini nggak?" tanya Ody tanpa basa-basi.

"Nggak ada," sahut Eliza singkat dan terkesan tidak peduli. Untuk hari ini, Eliza sama sekali tidak berminat untuk berurusan dengan Melody dan segala keribetan yang akan gadis itu timbulkan nantinya.

Walaupun Ody sabahatnya, tapi Eliza tidak menyukai sikap Ody yang terkadang menyebalkan dan semaunya sendiri. Seperti kali ini, Ody langsung melenggang pergi tanpa berterimakasih setelah bertanya pada Eliza dan Reva.

"Ngeselin banget sih itu cewek. Untung dia sahabat lo, El. Kalau bukan udah gue jambak kali," ucap Reva menggebu-gebu karena merasa kesal dengan sikap Melody.

Eliza tidak menggubris kekesalan Reva. Dia malah menarik Reva untuk bergabung bersama Grady di lapangan dan melupakan kekesalannya itu.

"Berhubung ini kurang orang, gimana kalau kita tanding three point shoot, yang kalah harus turutin maunya yang menang."

"Mending gini nggak sih, yang nggak bisa masukin bola harus kasih tahu satu rahasianya atau terima hukuman dari yang menang. Jadi kayak turth or dare." Kevin memberikan usulan yang lebih menantang dibandingkan usulan Grady tadi.

"Boleh tuh, kayaknya seru."

Eliza hanya bisa pasrah, karena akan percuma bila hanya dia yang menolak. Jadi mau tidak mau dia harus mengikuti. Sekarang yang bisa Eliza lakukan hanya memasukan bola sesuai ketentuan agar dia tidak perlu membuka rahasia yang sudah lama dia simpan.

Sayangnya keberuntungan sedang tidak berpihak pada Eliza. Karena Eliza hanya bisa memasukan dua bola dari lima kesempatan yang dia punya. Itu artinya Eliza harus mengungkapkan dua rahasia miliknya.

"Silakan berbicara, kami siap mendengarkan." Grady dengan sengaja menggoda Eliza.

"SebenenyaguesukasamaBara," ucap Eliza cepat, karena dia takut ada orang lain yang mendengarnya.

"Hah! Lo suka sama Bara, sejak kapan?" seru Kevin kaget setelah bisa memahami omongan Eliza yang kelewat cepat tadi.

"Ssst,"

Affan berusaha menegur Kevin, karena dia melihat Ody yang berjalan ke arah lapangan. Dia khawatir kalau Ody mendengarnya, akan terjadi keributan seperti minggu lalu.

Tapi terlambat, Ody mendengar semuanya. Bahkan pengakuan Eliza yang tadi diucapkan kelewat cepat.

"Heh! Cewek nggak tahu diri. Bisa-bisanya lo jatuh hati sama pacar sahabat lo sendiri," sentak Ody sambil menarik Eliza agar berhadapan dengannya.

Eliza hanya bisa diam, dia sama sekali tidak membantah perkataan Ody. Karena memang benar adanya kalau Eliza menyukai Bara -sabahatnya- yang sayangnya sudah memiliki kekasih.

"Heh! Lo denger nggak sih gue ngomong. Bara itu milik gue dan lo cuma sahabatnya. Nggak udah deh sok ngaku bilang suka sama Bara, nggak tahu diri banget jadi cewek." Ody mencerca Eliza habis-habisan. Dia sama sekali tidak memberi kesempatan pada Eliza untuk sekedar menjelaskan.

"Gue akui, mungkin memang benar gue nggak tahu diri karna gue suka sama sahabat gue sendiri. Tapi lo nggak perlu khawatir, gue nggak akan rebut dia dari lo. Cukup gue sekadar menyukainya, nggak lebih dan kejadian hari ini bikin gue sadar, kalau dalam persabahatan nggak boleh melibatkan perasaan sedikit pun," ucap Eliza penuh penekanan disetiap kata yang dia ucapkan.

Eliza tidak berniat melanjutkan perdebatan dengan Ody. Dia langsung pergi begitu selesai berbicara. Karena sejak awal tujuannya hanya memperjelas apa yang Ody khawatirkan selama ini.

======

Ody tertampar kenyataan nggak tuh, Eliza malah mengakui perasaannya buat Bara di depannya secara langsung.

Rhain
12072023

FRIENDZONE [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang