Hari kedua pameran, tetapi Eliza tidak begitu bersemangat. Dia hanya sesekali menyapa pengunjung dan lebih sering menyendiri di area lukisan. Eliza juga lebih banyak diam. Sepertinya suasana hatinya masih belum baik sampai sekarang.
"Gue rasanya mau nonjok adek lo kalau lihat El kayak gitu." Kevin berucap sambil menatap Eliza yang masih duduk diam sendirian.
"Tapi kita nggak bisa apa-apa, nggak mungkin tiba-tiba kita ikut campur. Bisa-bisa malah makin rumit masalah mereka," sahut Affan yang disetujui oleh Kevin.
Mereka berdua sengaja tidak mendekat dan hanya mengawasi Eliza dari kejauhan. Walaupun sebenarnya Kevin sudah sangat ingin mendekati gadis itu dan merengkuhnya dalam dekapan. Kevin ingin menenangkan Eliza dan menghiburnya. Tapi apalah daya, dia masih harus mengurusi pameran bersama Reva. Lagi pula, sepertinya Eliza juga masih butuh waktu untuk menenangkan diri.
"Yaudah, kita balik depan aja. Biarin El sendiri dulu." Affan mengajak Kevin untuk kembali mengurus pameran.
"Lah katanya nyari El? Nggak jadi?" tanya Reva heran karena Affan dan Kevin kembali tanpa Eliza.
Kevin menggeleng pelan, dia tidak berniat menjawab pertanyaan Reva dan memilih untuk mendekat ke pengunjung. Sedangkan Affan hanya berdiri diam di depan kekasihnya itu.
"Kok diem sih," protes Reva.
"El aman kok, dia lagi istirahat makanya gue sama Kevin balik lagi," ucap Affan menjawab sekenanya, karena dia tidak ingin Reva kembali marah karena tahu soal masalah El dan Bara. Apalagi sampai tahu keadaan El yang sekarang, bisa-bisa Reva langsung mendatangi Bara dan Melody.
Reva mengangguk ragu, dia sedikit tidak yakin dengan jawaban Affan. Tapi dia juga tidak bisa membantah karena memang Affan yang tahu keadaan Eliza. Jadi mau tidak mau Reva percaua pada Affan.
======
Keadaan Bara tidak jauh berbeda dengan Eliza. Hanya saja Bara jauh lebih pintar menyembunyikan perasaannya saat ini. Terbukti dia terlihat biasa saja, ah bahkan tampak bahagia duduk berdua dengan Melody di taman kampus.
"Gue mau ngomong sama lo." Tiba-tiba Grady menarik Bara kasar dan membawa lelaki itu menjauh dari Melody.
"Nggak perlu tarik-tarik, gue bisa jalan sendiri." Bara melepaskan cekalan Grady dengan kasar.
"Lo apa-apaan, dateng langsung seret gue kayak gini. Nggak lihat lo, kalau gue lagi ngobrol sama Ody," sentak Bara sedikit marah karena perilaku Grady barusan.
"Persetan sama Ody, gue nggak peduli sama tuh cewek," sahut Grady tak kalah emosi.
"Mau lo apa sih? Dateng-dateng ngamuk nggak jelas kayak gini," tantang Bara yang emosinya semakin tersulut.
"Lo kalau jadi cowok yang bener dikit, nggak usah sok kasih harapan kalau pada akhirnya malah ninggalin luka. Lo nggak pantes dibaikin sebegitunya, karena pada akhirnya lo malah nyakitin dia. Kasih semua perhatian tapi akhirnya lo tolak dia dengan alasan klise." Grady berucap tanpa konteks tapi Bara memahami itu.
Bara merasa tertampar dengan ucapan Grady. Karena semua ucapan itu teruju untuknya walaupun Grady tidak menyebutkan nama. Bara paham dengan arah pembicaraan Grady dan alasan Grady sampai seperti ini.
Rasa bersalah Bara kembali muncul. Dia menyesali semua hal yang terjadi dan terlewat begitu saja. Bara merasa terlalu banyak melewatkan hal baik yang ada disekitarnya. Bahkan malah menyakiti orang yang paling sayang padanya, yang selalu ada ketika Bara butuh sandaran.
"Harusnya dari awal gue minta El buat hapus semua perasaannya buat lo dan bujuk dia buat buka hati untun Bang Kevin. Pasti sekarang El nggak perlu terluka hanya karena cowok pengecut kayak lo," ucap Grady semakin membuat Bara menyesal.
Bara semakin menundukan kepala, menyembunyikan air mata yang tiba-tiba ingin menyeruak untuk keluar. Bukan hanya Eliza, sebenarnya Bara juga terluka hanya saja dia pintar menyembunyikan luka itu agar tidak terlihat.
"Gue minta maaf, gue akui kalau gue pengecut. Gue terlalu takut mengakui perasaan gue sendiri." Akhirnya terucap juga apa yang selama ini tersimpan rapi dan menjadi rahasia Bara.
"Tapi nggak kayak gini caranya. Lo justru bikin El dan diri lo sendiri terluka," ucap Grady merasa miris dengan kisah asmara sahabatnya.
"Apa yang bisa gue lakukan disaat gue udah terikat dengan Ody. Yang gue tahu dan gue bisa cuma ngelepas El dan biarin dia juga lepasin gue. Walaupun sakit, itu pilihan paling tepat menurut gue. Lagi pula, kita masih bersahabat," sahut Bara pasrah, karena memang hanya itu yang terpikirkan dalam benaknya kemarin hingga bisa membuat keputusan seperti itu.
Grady menghela napas lelah, dia tidak habis pikir dengan kedua sahabatnya itu. Baik El maupun Bara sama, mereka sama-sama lebih suka menyakiti diri sendiri ketimbang jujur dengan perasannya masing-masing. Padahal kalau saja El atau Bara mau sedikit saja menurunkan gengsi dan tidak denial, pasti hubungan mereka tidak serumit ini.
"Terserah lo, tapi gue peringatin kalau sampai sekali lagi lo bikin El nangis. Gue akan jadi orang pertama yang nonjok lo. Masa bodo sama hubungan persahabatan kita."
Bara hanya mengangguk pasrah, dia sudah tidak ada tenaga untuk sekadar membela diri. Karena memang Bara bersalah disini. Jadi dia tidak berniat untuk membantah apa pun ucapan Grady.
"Ah, satu lagi. Jangan sampai Melody ganggu El lagi. Dia udah dapetin lo, jadi udah nggak perlu ganggu El dengan alasan cemburu," ucap Grady sebelum pergi.
"Kamu nggakpapa? Grady apa-apaan sih, marah-marah nggak jelas kayak gitu." Melody menggerutu sambil menggandeng tangan Bara dan mengajaknya kembali duduk.
Bara hanya tersenyum tipis, dia tidak menjawab ucapan Ody. Bara lebih memilih fokus dengan ponselnya ketimbang Ody yang sekarang duduk di hadapannya.
"Bara?"
"Ra? Bara?"
"BARA!" Melody berseru sebal karena sejak tadi Bara tidak merespon panggilannya.
Bara mendongak, dia terlihat enggan meladeni Melody. Kalau boleh memilih sepertinya Bara lebih memilih untuk dimarahi Grady ketimbang disini berdama Ody.
"Kenapa?" tanya Bara akhirnya.
"Kamu tuh yang kenapa? Sejak ketemu Grady langsung diam banget. Nggak biasanya kamu kayak gini," ucap Melody lembut tapi tersirat rasa penasaean didalam ucapannya itu.
"Nggakpapa, cuma lagi kurang enak badan," sahut Bara asal agar Ody tidak lagi bertanya macam-macam, sekaligus mengetes keberuntungan siapa tahu Ody akan mengajak pulang setelah ini.
"Yaudah kita pulang aja yuk, biar kamu bisa istirahat."
Tepat seperti perkiraaan Bara, Ody mengajak mereka untuk pulang. Karena Melody pasti akan mementingkan kesehatan Bara. Jadi pasti akan mengajak mereka untuk pulang.
Ayo pulang, tapi maaf mungkin aku nggak bisa anter kamu."
Melody mengangguk, dia memaklumi karena Bara sedang sakit. Lagi pula Bara akan semakin sakit kalau harus mengantar Ody pulang.
=======
Rhain
26082023
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [TERBIT]
RomanceTentang Eliza yang terjebak dalam kukungan rasa yang tak seharusnya tercipta dalam sebuah ikatan persahabatan. Rasa yang membuat hatinya terus merasa bimbang. Akankah mempertahankan persahabatannya Atau justru mengikuti kata hatinya? =============...