43. Liburan (III)

57 7 3
                                    

Mereka semua terbangun lantaran Woojin membesarkan volume suara speaker bus dengan lagu Dj angkot. Semua langsung terjaga dan seratus persen nyawa kembali dengan sekejap mata, "Oke eperibadi kita udah sampai di rumah makan tempat rest area ya, untuk istirahat sekalian sholat ashar dan maghrib, silahkan turun dengan peralatan yang ingin dibawa. Jangan sampai ada kejadian kayak Minju tadi uang jatuh, kalau ada uang jatuh atau apa pun itu yang kehilangan, jangan sampai lalai ya sobat!" jelas Woojin dan dibalas dengan bombastic side eye Minju.

Mark masuk ke dalam bus, "Yang teratur ya, jangan pada mencar kalau mau kemana pun jangan sendiri, karena kita bakalan lama sampai maghrib," ucapnya dan diangguki oleh semua anak-anak.

Haechan merentangkan kedua tangannya, ia masih diselimuti oleh kantuk, dirinya begitu menghabiskan tenaga saat siang tadi karena terlalu heboh alhasil dirinya begitu kelelahan sekarang, apa lagi waktu tidur yang begitu sedikit baginya, biasanya ia tidur 4-5 jam sekarang hanya cuma 1 jam saja.

Tiba-tiba Jeno menepuk pundaknya, "Ayo sholat, sekalian makan naspad," ajak Jeno sambil membawa sajadah di bahunya dan Jaemin yang mengintil di belakang Jeno.

Haechan hanya membalas dengan anggukan, sepertinya sabi kalau dirinya memejamkan matanya sejenak melanjutkan mimpi. Akan tetapi, semesta tidak berpihak kepadanya, dikirimkan seorang Ryujin yang duduk tepat di seberang bangku Haechan, "Woi bang, bangun. Ga sholat lu! Astagfirullah," ujarnya sambil mengelus dada.

Rasanya telinganya berdengung mendengar perkataan dari kursi seberangnya. Di dalam bus tinggal sisa mereka berdua, semuanya sudah turun dari bus untuk menyantap makanan dan juga menjalankan ibadah.

Haechan langsung membuka matanya lebar-lebar, "Sholat gua sholat, lagi ngumpulin nyawa ini, sabar dikit bisa ga sih?!" ucapnya dengan amarah.

Emang dasarnya Ryujin yang bodo amatan anaknya dan ga takut sama siapapun, ia hanya memutar matanya malas melihat Haechan dan kembali melakukan aktivitasnya yaitu merias wajah.

Setelah tidur tadi, wajah dan make up Ryujin sedikit acak-acakan, jadinya ia kembali membenarkan make up nya. Siapa tahu nanti ada yang kepincut dengan dirinya.

"Terus lo di sini ngapain, ga sholat lu?" tanya balik Haechan.

"Datang bulan," balasnya dengan singkat.

Haechan pun akhirnya bangkit sembari mengambil jaket kulit nya dan juga sajadah, tak lupa untuk membawa dompet agar bisa menyantap nasi padang kesukaannya.

Saat hendak meninggalkan bus ia melirik ke arah Ryujin yang tampak serius berdandan dengan bermodalkan kaca segiempat kecil milik Minju dan kipas kecil kepunyaan Lia yang berada dipangkuannya.

"Ngapain lu ngeliatin gue." Ryujin sangat peka saat orang menatap ke arahnya. Haechan yang sepertinya tertangkap basah langsung mengalihkan pandangannya.

"Dih pede amat lu gua liatin, cantik lu? yang ada mamang truk noh yang mau modelan kayak lu," ucap Haechan.

Ryujin langsung menatap sinis ke Haechan. "Mana ada ya, kalau emang kagak suka ga usah ngomong gitu dong! Gua mah emang cantik dari lahir," ucap Ryujin dengan percaya diri.

"Ya deh, lo emang cantik." batin Haechan. Mulutnya tertutup atau dirinya yang terlalu gengsi untuk mengatakan kalimat itu.

Setelah itu Haechan melempar Ryujin dengan sapu tangannya dan sang empu langsung berlari ke luar dari bus sambil tertawa mendengar teriakan Ryujin yang penuh kesal dari dalam bus.

Mereka sudah pada selesai sholat ashar dan banyak yang pada makan, duduk-duduk dan juga ada yang sebagian ke kamar mandi, tentu mereka juga lapor kalau mau ke mana-mana ke Mark atau ga Arin biar pada ga khawatir kalau ada satu atau dua yang lepas ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka sudah pada selesai sholat ashar dan banyak yang pada makan, duduk-duduk dan juga ada yang sebagian ke kamar mandi, tentu mereka juga lapor kalau mau ke mana-mana ke Mark atau ga Arin biar pada ga khawatir kalau ada satu atau dua yang lepas dari pandangan mereka.

Rombongan anak bawang lagi pada menghabiskan waktu untuk makan cemilan yang dibawakan oleh orang tua masing-masing, akibat di sini sedikit susah sinyalnya dan mau tak mau mereka tidak bermain pubg sementara.

Rombongan cewek-cewek lagi asik rumpi, everytime deh kayaknya di mana pun itu mereka pasti akan gibah ga lain ga bukan. Entah ngomongin mantan ataupun ngomongin tetangga mereka, walaupun orangnya ada di depan mata atau samping mereka, emang ya secara terang-terangan banget.

Rombongan para bujang lagi asik menikmati naspad sembari menikmati keindahan pelayanannya, haha soalnya anak penjual nasi padangnya sekaligus pelayan resto tersebut sedikit memikat hati para bujang apalagi tak lain tak bukan yang modelan Woojin, Haechan, Hyunjin dan Jaemin.

Mereka taruhan untuk meminta nomor telepon gadis tersebut, salah satu maju dan yang paling pertama adalah yang paling tua kalau kata Jaemin, emang sedikit ngotak dan durhaka.

Dengan segenap hati dan tak lupa untuk berkaca di depan ponselnya sambil membenarkan model rambutnya ke belakang Woojin akhirnya berjalan dengan gagah berani menemui mbak-mbak pelayan tersebut.

Mbak pelayan yang hendak berjalan kembali ke meja kasir tiba-tiba dihalangi oleh sosok laki-laki bongsor di depannya, "Mbak tau ga sih persamaan mbak dengan senja?" ucapnya tiba-tiba membuat gadis itu terdiam dan juga kebingungan.

Gadis itu langsung tersenyum kikuk dan menggeleng membalas perkataan Woojin, "Ga tau Mas."

"Sini saya kasih tau. Sama-sama indah," ujarnya membuat Haechan, Hyunjin dan Jaemin bertepuk tangan dengan meriah.

"Ceilah, si Babang tamvan," seru Haechan.

Mbak itu tersenyum sambil terkekeh kecil. Woojin merasa menang dibuatnya, "Maaf Mas," ujar Mbak pelayan tersebut.

"Kenapa Mba? Saya tau saya cakep, keren, baik lagi," ujarnya dengan percaya diri.

Mba tersebut terlihat kikuk dan sedikit tidak enak kepada Woojin, "Anu Mas, itu di gigi mas nya ada cabe," ujarnya membuat Hyunjin, Jaemin dan Haechan yang mendengar langsung tertawa terbahak-bahak.

Woojin otomatis menutup mulutnya. "Permisi ya Mas," ujar Mba pelayan itu kembali ke pekerjaannya.

Woojin langsung kembali ke mejanya dan langsung berkaca di ponselnya melihat deretan giginya yang ternyata di ada cabe merah yang nyangkut di sela-sela giginya. Entah mau ditaruh di mana wajah Woojin saat itu juga.

Hyunjin, Haechan dan Jaemin begitu senang melihat Woojin menderita dan menahan malu. "Kali ini gua yang maju, pasti tuh cewe bakalan ngasih nomor telepon nya. Ga ada tuh insiden cabe nyelip, Haha," ucapnya diiringi dengan tawa.

Rasanya Woojin ingin membungkam mulut ketiga bocah di hadapannya ini dan hilang dari sini secara bersamaan.

"Halah dasar playboy kelas teri, katanya sih penakluk hati neng geulis Bandung. Kita liat aja, berhasil kaga," ucap Hyunjin dengan pandangan meremehkan ke arah sepupunya.

Dengan percaya dirinya, ia melangkah mundur ke meja kasir sambil melihat ketiga manusia yang terlihat seperti menyepelekannya, apalagi tampang Haechan dan Hyunjin yang begitu tidak mempercayai dirinya.

Jaemin menyenderkan tubuhnya di meja kasir tak lupa untuk menatap ketiga orang tersebut dengan tampang slengean nya. "Barudak Bandung dilawan, well."

"Neng geulis. Aa—" ucapannya terpotong tatkala seorang pria bertubuh besar dengan kumis tebal berada di hadapannya dengan mata yang melotot tajam ke arahnya.

Seketika Jaemin menelan salivanya saat melihat sosok di hadapannya ini, "Mau ngapain, Mas. Nang neng nang neng, berani-beraninya kamu godain anak saya," ucapnya membuat Jaemin langsung meminta maaf kepada bapak tersebut.

"Ampun, Pak. Salah orang," ucapnya lari ke luar rumah makan dan disusul oleh Haechan, Hyunjin dan Woojin yang mendapatkan tatapan tajam dari bapak tersebut.











To Be Continue.

[02] mommy gaul; twice ft k-idolsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang