Siang ini ia berniat untuk pergi ke tempat pembelanjaan (alias Mall) membeli beberapa kebutuhannya. Sebenarnya ia bisa saja menyuruh salah satu maid nya membelikan barang yang ia butuhkan. Tapi karna ingin sekaligus menenangkan diri nya dengan cara mencuci mata, ia memutuskan pergi dan beli sendiri saja.
Ia menelusuri tiap toko untuk menemukan dan membeli beberapa barang lagi. Ketika berhasil menemukannya ia langsung mengambil dan membayarnya menuju kasir.
Sudah mendapatkan semua yang ia butuh kan, Jisoo memilih untuk pulang. Ketika keluar dari toko yang ia masuki tadi, ia tidak sengaja melihat toko yang menjual aksesoris termasuk kamera.
Melihat toko itu Jisoo memutuskan pergi kesana dan melihat-lihat nya. Disana terdapat banyak sekali berbagai macam kamera.
Walaupun disana terdapat banyak sekali kamera, mata cantiknya itu hanya tertuju pada satu kamera. Melihat kamera cantik itu ia jadi teringat akan adik bungsunya.
Selain gemar melukis dan membaca adiknya itu pun sangat menyukai kamera. Tidak jarang jika keluarganya berlibur gadis berponi itu sering sekali membawa kamera miliknya.
Walau Jisoo terkesan cuek terhadap adik bungsunya, tapi Jisoo tahu beberapa hal yang adiknya itu sukai. Karna tak jarang jika gadis bersurai hitam itu selalu bertanya mengenai tentang adiknya pada pengasuh adiknya itu.
Tidak ingin membuang waktu lebih lama, Jisoo langsung mengambil dan membelinya. Ia akan memberikan kamera itu ketika dihari ulang tahun adiknya atau tidak ketika adiknya itu kembali.
"Unnie yakin jika kau akan menyukai kamera ini, Lisa-ya." Ia bergumam sambil mengusap kameranya itu.
"Cepat kembali, Unnie sangat merindukanmu." Setelah menyelesaikan gumaman nya ia langsung keluar dari toko itu dan berniat akan pulang.
Jarak antara rumah dan tempat belanja yang ia datangi tadi cukup dekat. 30 menit waktu yang lumayan cukup untuknya.
Sesampainya di mansion ia langsung berniat untuk ke kamar nya. Tidak langsung memasuki kamarnya, ia terlebih dahulu memasuki kamar adik keduanya.
Suhu tubuh adiknya sama sekali tidak menurun. Padahal semalam ia mengurusnya, bahkan ia sampai merelakan jam tidurnya.
Tidak tega melihat adiknya yang seperti ini, ia memutuskan untuk membawa gadis berpipi mandu itu ke rumah sakit.
"Jennie-ya" Jisoo membangunkan adiknya itu dengan lembut.
Melihat Jennie yang tidak terusik sama sekali, Ia mencoba membangunkan nya dengan sedikit menepuk-nepuk pipinya itu.
"Jennie-ya, ayo bangun. Kita akan kerumah sakit." Jennie yang terus menerus pipinya ditepuk oleh sang kakak langsung membuka matanya perlahan.
"Ani." Gadis itu menjawab dengan suara yang sedikit serak. (Kalian tahu lah ya orang sakit suara nya kaya apa^^).
"Unnie tidak menerima penolakan darimu. Ayo bangun, kau harus pergi untuk diperiksa, sayang." Jennie yang mendengar itu mau tak mau menurutinya saja.
"Ayo, Unnie akan membantu mu bersiap." Jisoo tersenyum dan langsung mengambil beberapa pakaian untuk dikenakan adiknya itu.
.......Diruang tengah tepatnya diruang keluarga gadis blonde sedang mengerjakan persiapan untuknya bersekolah besok.
Sebenarnya bisa saja ia mengerjakan tugas-tugas yang tertinggal sudah cukup lama itu didalam kamar nya. Tapi menurutnya jika ia mengerjakan didalam kamar miliknya itu terasa sangat membosankan. Alhasil ia memutuskan untuk mengerjakannya diruang keluarga saja.
Sedang fokus mengerjakan tugasnya, tidak sengaja ia melihat kedua kakaknya. Ia terkejut ketika melihat kakak keduanya dipapah oleh kakak pertamanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance
FanfictionSeberapapun jarak yang mereka buat, mereka tetaplah saudara. Ikatan darah tidak dapat dihalangi oleh badai sebesar apapun.