Ketika rasa bosan sudah melanda keduanya. Lalice mengajak adik nya untuk bermain di taman rumah sakit. Karna mereka berdua bosan menunggu kedua orangtuanya yang sedang berbicara dengan dokter.
Suasana taman rumah sakit lumayan ramai karna banyak sekali anak kecil yang bermain. Hyeri yang sangat senang bermain langsung melepaskan genggamannya dengan sang Unnie.
"Jangan berlari! Nanti kau--" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, adiknya sudah terjatuh. Lalice yang melihat nya langsung berlari dan menghampiri gadis itu.
"Unnie..." Lirih Hyeri pada Unnie nya.
"Unnie sudah berkali-kali mengatakan padamu jangan berlari nanti kau bisa terjatuh. Tapi kau tidak pernah mendengarkan perkataan Unnie." Hyeri yang mendengar Unnie nya memarahi dirinya hanya menunduk takut.
Melihat adiknya yang sebentar lagi akan menangis, Lalice langsung menghentikan ucapannya untuk tidak memarahinya lagi.
Ia harus lebih memupuk kesabarannya jika sedang berhadapan dengan sang adik. Menghembuskan nafas sedikit kasar, ia lalu mengajak adiknya untuk duduk di kursi yang ada di taman.
"Ayo, kita duduk di kursi itu." Gadis kecil itu hanya mengangguk saja dan menurut.
"Kenapa menundukkan kepala mu? Ayo tatap Unnie." Hyeri menggelengkan kepalanya. Ia masih enggan untuk menatap Unnie nya karna masih merasa takut.
"Kau takut pada Unnie?" Tidak mendapat jawaban dari gadis dihadapannya. Lalice langsung mengusap surai nya dan memeluk gadis yang dihadapannya.
"Mian, Eoh? Unnie sudah membuatmu takut." Hyeri hanya mengangguk saja.
"Apa Unnie masih marah padaku?" Lalice mengecup kedua pipi gadis dihadapannya lalu yang terakhir mengecup kening adiknya.
"Unnie tidak akan marah jika kau menurut dan mendengarkan Unnie."
"Hyeri akan mendengarkan dan menurut pada Lice Unnie agar Unnie tidak marah lagi pada Hyeri." Ujar Hyeri dengan cepat. Lalice tersnyum mendengarnya lalu mengecup kembali seluruh wajah mungil adiknya itu.
......Mereka menyetujui saran dari dokter agar gadis berpipi mandu dirawat. Walaupun keluarga mereka memiliki rumah sakit sendiri, tapi Jisoo enggan untuk membawa adiknya ke sana.
Jika ditanya alasannya 'kenapa' Jisoo pun tidak tahu mengapa ia membawa adiknya ke rumah sakit lain daripada rumah sakit milik kakeknya.
Sekarang mereka ada di ruangan dimana Jennie dirawat. Disana ada kedua orang tua beserta kakek nenek mereka. Jisoo yang mempunyai urusan memutuskan untuk keluar.
"Kau tidak apa jika Unnie tinggal sebentar?" Tanya nya pada adiknya itu.
Jennie hanya mengangguk saja. Jisoo tersenyum lalu mengecup kening adiknya sebelum pergi dari sana. Dan menatap satu persatu keluarganya.
"Aku akan pergi karna ada urusan. Tolong jaga adikku dan jangan menyudutkan nya lagi." Jisoo berujar dengan nada dingin. Bahkan kalimat yang ia lontarkan penuh dengan penekanan.
Setelahnya ia langsung pergi dari sana. Urusan yang ia maksud adalah gadis yang tadi ia lihat. Ia hanya ingin memastikan saja. Karna gadis itu sangat mirip dengan adik bungsunya.
Jisoo kesal karna tidak kunjung menemukan gadis itu. Apa gadis itu sudah pergi dari sini? Batinnya. Tidak ingin menyerah begitu saja, Jisoo terus mencari gadis itu hingga tempat terakhir adalah taman.
Ia melihat jika gadis itu sedang bermain bersama gadis kecil. Tidak ingin membuang waktu lebih lama, ia langsung menghampiri dimana gadis itu berada.
Belum sempat sampai dimana gadis itu berada, sepasang suami istri lebih dulu menghampiri mereka berdua. Dengan spontan Jisoo menghentikan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance
FanfictionSeberapapun jarak yang mereka buat, mereka tetaplah saudara. Ikatan darah tidak dapat dihalangi oleh badai sebesar apapun.