Akhir-akhir ini Lisa selalu mendapati ketiga kakaknya sarapan hanya dengan salad sayuran dan makanan sehat lainnya. Sebelumnya mereka bertiga selalu memakan apa yang dimasak oleh ibunya.
Tapi belakangan ini, mereka selalu menolak dengan alasan ingin menjalani hidup sehat. Itu memang tidak masalah, yang membuat nya heran adalah Lisa tahu jika kakak-kakak nya itu tidak begitu suka dengan sayuran.
"Eomma dan Appa berangkat. Jangan lupa pukul sepuluh nanti kau harus pergi ke rumah sakit." Yuri mengecup pucuk kepala Lisa lalu bergantian mengecup kedua putrinya yang lain. Karena Chaeyoung sudah berangkat ke sekolah nya satu jam yang lalu.
Setelah kedua orang tua nya menghilang dibalik pintu. Lisa memutuskan untuk kembali ke lantai atas dimana kamarnya berada.
Gadis berponi itu menatap jam dinding kamarnya. Saat ini baru pukul sembilan pagi. Itu artinya ia masih memiliki satu jam lagi untuk bersiap. Lisa langsung melangkah masuk ke dalam walk in closet yang ada didalam kamarnya itu.
Memilih baju yang akan ia kenakan untuk nanti. Menemukan pakaian yang menurutnya cocok untuk digunakannya nanti, Lisa langsung mengambil itu dan menaruhnya diatas kursi.
Lisa langsung memasuki kamar mandi nya. Tangan kurus itu dengan perlahan membuka satu persatu pakaian yang ia kenakan sekarang. Dengan perlahan kaki nya memasuki bathub yang berisikan air hangat.
Setelah selesai dengan rutinitas mandinya. Lisa langsung memakai pakaian yang tadi ia pilih. Lalu merapihkan rambutnya dan menyelipkan sebuah jepitan rambut berbentuk awan disamping poninya.
Merasa dirinya sudah rapih. Lisa keluar dari walk in closet nya. Niatnya ingin mengambil ponsel miliknya yang tergeletak diatas kasur.
Tapi langkah itu terhenti begitu saja ketika merasakan sakit yang teramat pada pinggang atasnya menjalar ke punggungnya. Rasa sakit itu membuat Lisa tidak sanggup berpijak.
Lisa meluruhkan tubuhnya dilantai dingin kamarnya. Rasa sakit itu membuat dirinya sangat sulit untuk bernapas. Dengan sekuat tenaga ia mencoba untuk meraup udara agar bisa bernapas.
Namun hal itu sepertinya sia-sia. Rasa sesak dan sakit menjadi satu. Mata hazel itu terus menatap ke arah pintu, berharap salah satu kakaknya ada yang membuka dan membantu dirinya.
"Uh-nie to-long Lih-sa." Untuk berbicara saja Lisa sampai terbata seperti itu. Suaranya bahkan sudah menyerupai sebuah bisikan.
Sudah lima menit lamanya Lisa menatap pintu itu, tapi tidak ada satu pun kakaknya yang datang. Lisa sudah tidak bisa menahannya, mata hazel itu menutup dengan perlahan.
........Didalam kamar biru muda itu terdapat gadis berpipi mandu sedang merapihkan dirinya. Tangan putih miliknya sibuk menata rambutnya agar terlihat rapih.
Merasa semuanya sudah rapih, Jennie langsung menuju kamar kakaknya. Tapi sebelum dirinya benar-benar sampai dikamar kakaknya itu. Jennie memilih untuk melihat adiknya untuk memastikan sudah siap atau belum.
Belum sampai didalam kamar Lisa, tubuhnya mematung ketika melihat sang adik tergeletak dilantai. Tersadar dari keterkejutannya, Jennie langsung berlari menuju dimana Lisa terbaring.
"Lisa!" Ia langsung mengangkat kepala sang adik ke atas pangkuannya.
Pikirannya saat ini sangat kacau. Jantungnya berdetak lebih kencang ketika tidak merasakan napas milik Lisa.
"Jisoo Unnie! Tolong!" Pekiknya disela-sela tangisnya.
Tidak lama Jisoo datang dengan wajah panik. Melihat apa yang terjadi, ia langsung memasuki kamar adik bungsunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance
FanfictionSeberapapun jarak yang mereka buat, mereka tetaplah saudara. Ikatan darah tidak dapat dihalangi oleh badai sebesar apapun.