Malam ini hujan turun cukup deras. Tiga bulan sudah berlalu dengan cepat. Lisa merasa tubuhnya semakin hari semakin merasakan sakit yang teramat.
Padahal ia tidak pernah melewatkan jadwal yang diberikan dokter Choi padanya. Tapi entah kenapa semakin hari rasa sakit itu semakin menjadi.
Seperti malam ini, tubuhnya sudah lemas karena merasakan mual yang begitu hebat. Bahkan untuk bernapas saja rasanya sungguh sesak.
"Huek!" Lisa dengan kuat mencengkram ujung wastafel ketika merasakan mual lagi.
Ketika merasa sudah lebih baik, Lisa membasuh wajahnya dan menatap lama pantulan dirinya di cermin. Sebelum memutuskan untuk keluar dari kamar mandi, Lisa terlebih dulu menghembuskan napasnya panjang, lalu tersenyum hambar.
"Kau pasti bisa melewati ini semua, Lisa-ya." Gumamnya pada dirinya sendiri melalui cermin dihadapannya.
Gadis itu terkejut ketika mendapati ketiga kakaknya ada didalam kamarnya. Lisa tersadar ketika suara kakak ketiganya itu masuk ke dalam pendengarannya. Lalu tersenyum dan menghampiri ketiganya yang sedang merapikan tempat tidur.
"Kalian sedang apa disini?" Chaeyoung tersenyum mendengar itu.
"Kita akan tidur bersama malam ini. Jennie Unnie bilang, jika dia pernah tidur berdua bersamamu. Tapi tidak mengajak aku dan Jisoo Unnie." Mendengar itu Lisa melirik kearah Jennie. Apakah kedua kakaknya itu cemburu?
......Pintu putih itu terbuka dengan kasar. Tentu saja membuat si pemilik terkejut. Melihat siapa yang datang, dokter Choi langsung menutup lapron dan menaruh kacamata nya.
"Silahkan duduk." Dokter Choi tersenyum dan mempersilahkan gadis dihadapannya untuk duduk.
Tentu saja dituruti dengan cepat. Diam dengan pemikirannya, Chaeyoung memainkan jemarinya sebelum memutuskan untuk berbicara.
"Dokter, aku ingin kau memeriksa ginjal ku." Dokter Choi mengerutkan dahinya tidak mengerti maksud dari perkataan gadis bersurai blonde itu.
"Aku ingin menjadi pendonor ginjal untuk adikku. Cepat periksa sekarang juga." Jelasnya setelah menyadari jika pria yang seusia ayahnya itu terlihat kebingungan.
"Tidak. Aku tahu jika pasienku tidak akan setuju jika salah satu kakaknya menjadi pendonor ginjal untuk nya." Tolak dokter Choi.
"Kalau begitu sembunyikan identitas ku. Bukankah aku punya hak atas itu, Dokter?" Chaeyoung tersenyum ketika dokter dihadapannya diam.
Dokter Choi menghembuskan napasnya kasar ketika melihat kakak dari pasien nya itu pergi ke arah brankar dan menidurkan dirinya diatas sana. Mau tidak mau pria itu beranjak dari sana dan memeriksanya.
Setelah selesai dengan pemeriksaan itu, dokter Choi pergi ke arah meja kerjanya. Begitu pun dengan Chaeyoung. Gadis itu tersenyum dan mendudukkan tubuhnya.
"Bagaimana? Apakah ginjal ku cocok untuk Lisa?" Chaeyoung diam untuk menunggu jawaban.
"Aku akan memberitahumu jika hasil nya sudah keluar." Mendengar itu Chaeyoung mengangguk paham.
"Baiklah. Sekarang aku akan pulang. Terima kasih, Dokter." Melihat putri ketiga Park Jiyong itu keluar dari ruangan nya, dokter dengan usia setengah abad itu menghembuskan napasnya panjang.
......"Besok adalah jadwal Lisa mencuci darah. Eomma dan Appa tidak bisa mengantar mu. Appa ada meeting yang sangat penting dan tidak bisa ditunda, sedangkan Eomma harus melakukan sebuah operasi besar. Tidak apa, Sayang?" Lisa mengangguk paham.
Lisa tidak masalah jika kedua orangtuanya tidak bisa menemani dirinya untuk mencuci darah. Terutama ibunya. Menjadi seorang dokter, apalagi menjadi dokter bedah pasti tidaklah mudah.
Pekerjaan yang dilakukan sang ibu sangatlah beresiko. Apalagi taruhannya adalah nyawa seseorang.
"Hm. aku mengerti jika kalian adalah orang tua tersibuk dikorea ini." Mereka yang mendengar itu tentu ikut terkekeh sama seperti Lisa.
Tapi walaupun begitu, entah kenapa kedua suami istri itu merasa tersindir dengan kalimat yang keluar dari mulut anaknya.
"Kau tenang saja, Lisa-ya. Jika Eomma dan Appa tidak bisa menemani mu besok, masih ada aku dan kedua kakakmu yang lain. Besok aku, Jennie dan juga Chaeyoung akan menemanimu mencuci darah." Lisa menatap satu persatu kakak-kakaknya setelah mendengar Jisoo berujar.
"Aniya, aku tidak setuju dengan usulan dari Jisoo Unnie. Aku akan pergi bersama Yoojin Eomma, kami berdua sudah membuat janji dengannya. Kalian harus pergi ke kampus dan Chaeyoung Unnie harus pergi ke sekolah."
"Kau tidak bisa menolaknya. Aku akan tetap menemanimu besok. Lagi pula besok jadwal kami berdua kosong. Kau batalkan saja janji mu dengan Yoojin Ahjumma."
"Baiklah. Tapi hanya kalian berdua saja, Chaeyoung Unnie dia harus pergi ke sekolah." Ingin sekali protes. Tapi Chaeyoung tahan setelah adiknya itu pergi begitu saja dari ruang keluarga.
......."Sayang, bagaimana kabarmu?"
"Aku baik, Eomma. Seperti yang Eomma lihat."
"Unnie! Bogoshipeoyo!" Hyeri datang dari arah belakang sambil berlari kecil kearah dimana ibunya sedang melakukan video call dengan Lisa.
"Nadeo. Berkunjunglah kesini, Unnie baru saja membeli mainan baru untukmu." Timpal Lisa tidak kalah semangat.
"Jinjayo?" Melihat Lisa mengangguk tentu membuat gadis kecil itu semakin bersemangat.
"Eomma~ aku ingin bertemu dengan Lice Unnie. Kapan kita akan berkunjung ke rumah nya?"
Lisa terkekeh saat melihat Hyeri bertanya dengan nada mengerek pada ibunya.
"Emm... Mungkin nanti saat libur sekolah." Hyeri memajukan bibir bawahnya ke depan setelah mendapat jawaban.
"Ah, wae? Kenapa tidak besok atau lusa saja? Libur sekolah kan masih terlalu lama."
"Kau ini~ bukankah libur sekolah sebentar lagi? Tunggu, eoh? Ketika waktu itu tiba, Unnie akan memberikan mu mainan----" tiba-tiba Lisa merasakan mual lagi.
"Sayang, kau baik-baik saja? Kenapa---"
Tanpa mengucapkan sepatah katapun ia langsung mematikan panggilan dengan keluarga angkatnya dan berlari ke arah kamar mandi.
Tasikmalaya, 16 Januari 2024.
Note.
Annyeong yeoleobun, How are you all?
Semoga suka ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance
FanfictionSeberapapun jarak yang mereka buat, mereka tetaplah saudara. Ikatan darah tidak dapat dihalangi oleh badai sebesar apapun.