Langkah kaki itu ia pelan kan ketika pendengaran mendengar suara pekikan. Dari suaranya, itu adalah suara milik sang Appa. Tapi apa gerangan yang membuat pria itu marah?
Tidak ingin hanya mendengarkan suara pekikan itu. Lisa mempercepat langkahnya agar tahu dengan apa yang sedang terjadi saat ini.
".....Kalian pikir adik kalian akan senang jika dia mengetahui salah satu kakaknya mendonorkan ginjal untuknya?" Langkah itu berhenti secara tiba-tiba. Perasaan gadis itu seakan diremas setelah mendengar kalimat ayahnya itu.
"Lalu kami harus menunggu nya sampai kapan, Appa? Sampai dia pergi dari kita semua?!" Dengan mata memerah Jisoo bertanya.
Dia dan kedua adiknya selalu menunggu donor ginjal untuk adik bungsunya. Mereka sudah cukup lama menunggu. Sampai hari itu, dokter Choi bilang jika donor ginjal tak segera mereka dapatkan. Resiko besar akan berdampak pada Lisa.
Prang!
Semuanya mengalihkan perhatian mereka ke sumber itu berasal. Melihat keberadaan Lisa disana membuat mereka terkejut. Mereka berharap jika bungsu Park itu tidak mendengar pembicaraan mereka tadi.
Tersadar dari keterkejutannya, Chaeyoung langsung menghampiri adiknya itu. Namun langkahnya dihentikan oleh Lisa. Dari pancaran matanya, disana terdapat kesedihan dan kekecewaan yang amat dalam. Apakah adiknya itu mengetahui semua yang mereka bicarakan?
Tanpa mengucapkan sepatah katapun. Lisa langsung pergi meninggalkan tempat itu dengan perasaan yang sungguh sakit. Kenyataan macam apa ini? Kakaknya itu ingin mendonorkan ginjal nya untuk dirinya?
Lisa akui jika setelah mereka dekat, ketiga kakaknya sangat menjaga dirinya. Terlebih saat mereka mengetahui jika ia memiliki penyakit yang bisa dikatakan bisa merenggut nyawanya. Lisa senang akan hal itu. Tapi setelah mendengar jika mereka ingin mendonorkan ginjal mereka, tentu saja membuat dirinya sedih.
"Lisa!" Lisa mengabaikan teriakan dari keluarganya itu.
Lisa hanya ingin menenangkan dirinya. Kemana pun itu, asalkan Lisa tidak bertemu dengan salah satu keluarganya terlebih dahulu.
......Sudah 3 jam berlalu. Mereka tidak kunjung mendapati kabar tentang anak bungsunya. Ingin menghubungi nomor anak itu, tapi ponselnya mati.
Jiyong mengusap wajahnya kasar. Menatap ketiga putrinya yang lain, rasanya ia ingin sekali memarahi mereka kembali. Namun hal itu tidak akan menyelesaikan masalah, yang ada hanya akan memperkeruh keadaan.
"Yeobeo, apa kau sudah mendapatkan kabar tentang Lisa?" Suara parau milik Yuri itu membuat ketiga gadis Park merasa bersalah.
"Aku masih mencoba, tunggu, Eoh? Sebentar lagi putri bungsu kita pasti pulang." Jiyong mencoba meyakinkan istrinya, mendekap lalu mengusap surai panjang Yuri dengan sayang.
"Bukankah itu mobil milik Harabeoji?" Semuanya langsung menatap ke arah luar jendela.
Melihat Byun Hun memapah seseorang membuat kedua pasangan suami istri itu saling pandang. Begitu pun dengan ketiga putrinya. Kelima orang itu langsung melangkah keluar. Tapi belum sempat mencapai pintu, langkahnya terhenti ketika dua orang muncul dari balik pintu.
Pria paruh baya itu menatap tajam anak dan ketiga cucunya. Byun Hun tidak sengaja melihat cucu kesayangannya itu berdiri dipinggir jalan. Tadinya ia mengira jika gadis yang sepertinya sedang menahan sakit itu orang lain. Namun setelah mobilnya mendekat, itu memang benar cucunya.
Melihat wajah pucat Lisa serta mata yang sembab, membuat Byun Hun cemas. Ia bertanya mengenai hal yang terjadi, tapi Lisa enggan untuk menjawab. Di dalam mobil pun Lisa hanya diam saja sambil menahan rasa nyeri pada perut nya.
Walaupun begitu Byun Hun terus membujuknya hingga gadis berponi itu bercerita. Gejolak amarah dalam diri Byun Hun muncul setelah mendengar ceritanya sang cucu.
"Lisa-ya, apa yang---"
"Jangan dekati aku." Lisa mengangkat tangannya untuk memperingati kakaknya itu. Hal itu membuat kelima manusia disana terkegut.
"Harabeoji, aku ingin ke kamarku." Byun Hun mengangguk. Ia langsung memapah cucunya itu menuju lantai atas.
"Lisa-ya ----" Lisa langsung menghentikan langkahnya ketika Jennie baru saja menahan lengannya.
Suasana hati gadis berponi itu saat ini sungguh hancur setelah mendengar keinginan ketiga kakaknya. Lisa tahu jika ketiganya sangat menyayangi dirinya. Lisa tahu ketiganya tidak ingin hal buruk menimpa dirinya. Tapi Lisa tidak bisa menerima jika salah satu dari mereka mengorbankan diri mereka hanya untuk dirinya.
Dahulu, Lisa memang selalu berharap jika dirinya bisa berdiri sejajar dengan mereka semua. Lisa sangat ingin mendapatkan kasih sayang dari ketiga saudarinya. Lisa sangat ingin bercanda gurau bersama mereka.
"Jangan sentuh aku, Unnie!" Jennie terkejut ketika Lisa membentak dirinya.
"Lisa----"
"Kau, bahkan kalian semua tidak memikirkan perasaanku. Kalian pikir, jika kalian mengorbankan diri kalian sendiri untuk ku, aku akan senang? Ani!"
"Kalian--- Akh!" Melihat Lisa yang kesakitan seperti itu membuat semua orang disana panik.
"Dengar. Jika salah satu dari kalian masih bersikeras untuk mendonorkan ginjal kalian untukku, aku akan sangat membenci orang itu. Dan juga... Kalian yang tidak menghentikan nya." Lisa dengan sekuat tenaganya meninggalkan mereka semua.
Semua yang ada disana tampak terkejut dengan kalimat yang gadis berponi itu lontarkan. Jennie, bahkan kedua gadis Park lainnya tidak apa jika Lisa membenci salah satu dari mereka. Tapi jika kedua orang tua serta keluarga yang lain ikut Lisa benci, mereka tidak ingin.
Kedua suami istri itu tersadar dari keterkejutannya. Mereka langsung menyusul Byun Hun serta Lisa ke lantai atas. Melihat Lisa yang menahan sakit seperti tadi membuat keduanya sangat khawatir.
"Eomma minta jangan temui adik kalian dulu. Renungkan apa yang baru saja kalian perbuat." Setelah mengatakan itu, Yuri benar-benar pergi dari sana.
.........Di dalam kamar bernuansa kuning pastel itu, Byun Hun menenangkan cucunya yang sedari tadi menangis dalam dekapannya. Anak itu sejak tadi selalu mengatakan tidak ingin menerima apapun dari saudarinya.
"Harabeoji akan berbicara dengan mereka.
Jadi Lisa berhentilah menangis, Sayang." Bukannya menghentikan tangisnya, tangis Lisa justru semakin menjadi. Lisa hanya ingin semua rasa sesaknya itu hilang.Jika saja ia tidak mengetahui niat ketiga kakaknya, mungkin beberapa waktu yang akan datang salah satu organ milik saudarinya sudah akan berpindah ke dalam tubuhnya.
Tangis itu sudah tak ia dengar lagi. Perlahan, Byun Hun menunduk kepalanya untuk melihat kondisi cucunya. Ia tersenyum melihat Lisa yang sudah terlelap dalam tidurnya. Perlahan, Byun Hun membaringkan tubuh Lisa dengan penuh hati-hati.
"Appa ingin bicara dengan kalian." Byun Hun tahu jika anak serta menantu nya ada disana.
Pria itu meninggalkan keduanya dan menuju ke lantai bawah. Sesampainya dilantai bawah, ketiga cucunya yang lain rupanya masih disana. Byun Hun bersyukur, karena ia tak perlu repot-repot lagi untuk memanggil ketiga nya.
"Harabeoji, bagaimana kabarmu?" Chaeyoung bertanya.
"Harabeoji, baik. Seperti yang kalian lihat." Byun Hun membalas dekapan dari Chaeyoung.
Tujuan dia berkunjung adalah untuk membicarakan tentang penyakit Lisa. Beberapa hari yang lalu, dia mendapatkan kabar dari Jack. Jack sendiri merupakan tangan kanan Byun Hun. Jack memberitahunya jika donor untuk Lisa sudah tersedia.
"Mengenai donor ginjal untuk Lisa, Appa sudah menemukannya." Byun Hun langsung to the point.
Pria itu tidak suka bertele-tele. Mereka semua sudah tahu akan sikapnya, bahkan semua orang pun tahu itu. Kabar ini sungguh membuat mereka bahagia.
Mereka sudah sangat lama menunggu donor ginjal yang cocok untuk Lisa. Namun sesaat kemudian, senyuman mereka luntur ketika Byun Hun memberikan kabar lainnya.
Tasikmalaya, 18 Mei 2024.
Bau-bau ada yang mau musuhan ni👀.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance
FanfictionSeberapapun jarak yang mereka buat, mereka tetaplah saudara. Ikatan darah tidak dapat dihalangi oleh badai sebesar apapun.