Distance - Eps. 42

782 92 4
                                    

Hari ini Lisa memutuskan untuk bersekolah setelah satu hari tidak masuk. Gadis itu menatap dirinya melalui pantulan cermin. Banyak sekali hal-hal yang ia pikirkan belakangan ini.

Tidak ingin membuang waktunya terlalu lama. Lisa merapihkan seragamnya lalu memoleskan sedikit make up agar wajahnya tidak terlihat pucat.

Selesai dengan semua rutinitas nya, gadis berponi keluar dari kamarnya. Melihat keluarganya yang sedang melakukan sarapan. Lisa sebenarnya ingin langsung pergi dari sana. Namun kesepakatan dengan sang Ayah malam tadi, membuatnya mengurungkan niat tersebut.

"Ahjumma, apa kotak bekalku sudah siap?" Senyum itu muncul ketika bibi Ahn menyodorkan kotak makan berwarna kuning.

"Gomawo." Setelah menerima kotak makan dari pengasuhnya, Lisa langsung memasukkan bekalnya itu kedalam tas.

Baru saja ingin meninggalkan ruang makan, langkahnya terhenti ketika sang ibu bersuara.

"Sarapan lah bersama kami, Lisa-ya." Suara itu seakan sangat memohon.

"Kalian sarapan lah tanpa aku, aku sudah berjanji akan sarapan bersama sahabat ku dikantin sekolah." Ujarnya dengan suara datar.

Tidak ingin berlama-lama disana, gadis itu memilih meninggalkan mereka semua. Menatap kepergian Lisa dengan perut kosong itu membuat ketiga gadis Park itu sedih.

Mereka tahu jika saat ini Lisa sedang berbohong. Mereka tahu jika Lisa hanya menghindar dan tidak ingin berinteraksi dengan mereka bertiga.
...........

Sesampainya Lisa disekolah. Gadis berponi itu tidak langsung pergi ke kelasnya. Gadis itu memilih pergi ke taman belakang sekolah. Disana, Lisa duduk seorang diri.

Ini masih terlalu pagi, tapi Lisa menyukainya. Karena dengan itu Lisa lebih bisa sedikit tenang. Perlahan, Lisa membuka tas nya dan mengeluarkan kotak makannya.

Lisa memakan sarapannya dengan tenang. Baru saja beberapa suapan, rasa mual datang begitu saja. Alhasil mau tak mau Lisa harus menyudahi sarapannya.

Alasan Lisa selalu menolak untuk sarapan bersama keluarganya adalah ini. Semenjak ia mengetahui jika ketiga kakaknya ingin mendonorkan ginjal mereka untuk dirinya. Lisa selalu terngiang-ngiang dengan ucapan mereka. Alhasil membuat jam tidur dan kesehatannya terganggu karena selalu memikirkan hal itu.

Lisa selalu berusaha untuk melupakan hal itu. Tapi ketika ia ingin melupakannya, justru suara kakak serta ayahnya selalu terdengar ditelinga nya.

Huek!

Tangan itu dengan cepat menyalakan kran air. Lagi-lagi ia bersyukur karena sekolah masih sepi. Hanya ada beberapa murid saja yang datang.

Setelah merasa tidak mual lagi, Lisa langsung membersihkan bibirnya dengan selembar tissue. Melihat siapa yang berdiri dipintu toilet lewat pantulan cermin, Lisa langsung menghentikan pergerakan tangannya.

Sedangkan gadis yang berdiri dipintu toilet itu terus memperhatikan pergerakan gadis berponi. Selesai dengan aktivitas nya, Lisa langsung keluar dari sana.

"Apa ini alasan mu tidak pernah mengikuti sarapan bersama kami, Lisa-ya?" Suara Jisoo mampu menghentikan langkahnya.

"Jawab aku." Lisa hanya diam saja dan terus menatap wajah kakak pertamanya itu. Dan itu mampu membuat sulung Park kesal.

"Lisa----"

"Benar. Alasanku tidak pernah mengikuti sarapan bersama kalian adalah apa yang baru saja kau lihat tadi." Dengan cepat gadis berponi itu memotong ucapan Jisoo.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang