Manusia itu memang sering kali berubah-ubah. Yang tadinya jahat, esoknya ia menjadi baik. Yang tadinya baik, esoknya akan menjadi lebih baik atau sebaliknya.
Tuhan dengan mudah membolak-balikkan hati hambanya. Semudah membalikkan telapak tangan. Lisa pikir, ia tidak akan pernah menjadi dekat dengan mereka. Lisa pikir, Jennie akan selalu mengabaikannya.
Sudah sebulan Lisa kembali. Dapat ia rasakan perubahan yang sangat cepat terhadap anggota keluarganya. Ia senang dengan itu semua. Tapi terkadang, gadis berponi itu selalu merasa, jika perubahan pada keluarga nya itu sangat cepat.
"Sebentar lagi adalah ulang tahun mu. Kau menginginkan hadiah apa dariku, Lisa-ya?" Chaeyoung yang tidak suka dengan kesunyian berujar.
"Eoh, Chaeyoung benar. Sebentar lagi adalah ulang tahun mu, kau menginginkan hadiah apa dari kami?" Jisoo pun ikut bersuara.
"Cukup selalu ada bersamaku dan tidak pernah meninggalkan ku. Itu lebih dari cukup untukku, Unnie." Kalimat yang dilontarkan Lisa berhasil mencubit relung hatinya.
Entah sadar atau tidak, tapi kalimat yang dilontarkan gadis berponi itu membuat perasaan ketiganya sakit.
Lisa menyadari bahwa kalimat yang ia lontarkan itu menyakiti ketiga kakaknya. Terlebih Jennie. Lisa dapat merasakannya jika tubuh sang kakak menegang. Tapi walaupun begitu, Lisa enggan untuk meminta maaf.
Karena memang itu yang ia inginkan saat ini dan seterusnya. Merasa jika suasana disana menjadi sedikit canggung, Lisa memilih untuk beranjak dari sana.
"Lisa--" Suara Jisoo dan Chaeyoung terpaksa mereka telan kembali ketika sang adik memotongnya.
"Aku mengantuk.." Lisa perlahan mulai menyingkirkan lengan Jennie dari perutnya.
"..Selamat malam, Unnie." Lisa beranjak dari sana tanpa menatap ketiganya.
Melihat kepergian adiknya itu, mereka menatap sendu punggung kurus itu. Kalimat Lisa sungguh membuat perasaan mereka sakit.
Tidak lama, mereka pun beranjak dari sana. Dan memutuskan untuk pergi ke kamar mereka masing-masing.
.......Nyatanya, alasan ia pergi dari taman belakang mansion karena mengantuk adalah bohong. Lisa hanya tidak ingin terjebak dalam suasana seperti tadi.
Saat ini, gadis berponi itu sedang menatap langit malam yang dipenuhi bintang-bintang. Sedang asik merasakan dinginnya angin malam, sebuah dekapan itu membuat dirinya tersentak.
Lisa tahu siapa yang mendekap nya saat ini. Tanpa menengok atau membalikkan tubuhnya pun ia tahu dari aroma tubuh pada kakaknya itu. Enggan mengeluarkan suara dan membiarkan kakaknya itu terus mendekap nya.
"Mianhae." Isakan yang dikeluarkan oleh Jennie membuat Lisa terkejut. Dengan sekuat tenaga Lisa melepaskan dekapan itu dan merubah posisinya menjadi menghadap Jennie.
"Unnie, kenapa meminta maaf?" Melihat Jennie yang menangis seperti ini membuat hati nya sakit. Entah kenapa pikiran Lisa tertuju dengan kalimatnya tadi.
"Unnie, aku minta maaf dengan kalimat yang aku lontarkan ketika di taman balakang. Pasti kalimatku itu membuat hatimu dan yang lain sakit." Lisa menyesali perkataannya itu.
Melihat adiknya yang menundukkan kepalanya, Jennie menggeleng kasar.
"Aniya, adik Unnie ini tidak perlu meminta maaf. Kau berhak mengatakan apa saja yang kau inginkan, Sayang."
"Udara disini sangat dingin, ayo masuk?" Jennie tersenyum ketika mendapati sang adik mengangguk. Dengan perlahan ia merangkul Lisa kedalam kamar gadis berponi itu.
"Malam ini, Unnie akan tidur di kamar mu. Tidak apa? Ah, jika pun kau menolaknya, Unnie akan tetap melakukannya." Lisa tersenyum mendengar ujaran itu.
Momen ini, ia sangat mendambakan nya. Sedari dulu Lisa sangat ingin tidur bersama Jennie, dan merasakan dekapan sang kakak. Terkadang ia merasa iri dengan Unnie-Unnie nya yang lain. Mereka selalu melakukan tidur bersama tanpa ada kehadirannya disana. Tapi kali ini, keinginan itu akan terwujud.
.........2 bulan sudah berlalu. Saat ini adalah hari kelulusan untuk kedua gadis Park. Jisoo dan Jennie mengenakan dress putih yang sudah disediakan oleh pihak sekolah.
Mereka berdua terlihat cantik dengan pakaian yang mereka kenakan saat ini.
"Jiyong-ah, bukankah putri-putri kita terlihat sangat cantik?" Jisoo dan Jennie tersipu malu ketika sang ibu memuji mereka.
"Kau benar. Mereka sangat cantik, sama seperti mu." Yuri tersenyum dan memukul pelan lengan suaminya itu.
Melihat ibu mereka tersipu malu seperti itu, ke-empat gadis Park itu tertawa.
"Eomma, berdirilah disamping Chaeyoung Unnie. Dan Appa, berdirilah disamping Jisoo Unnie. Aku ingin mengambil gambar kalian dengan kameraku ini." Mereka semua menurut dengan yang dikatakan bungsu mereka.
Cekrek!
"Wahh, kalian terlihat sangat sempurna." Ujarnya dengan antusias.
Chaeyoung membenarkan perkataan Lisa. Disana mereka memang tampak sempurna. Tapi, kesempurnaan itu tidak akan benar-benar sempurna jika salah satu puzzle nya hilang.
Mata indah miliknya menatap kesemua sudut ruangan itu dengan seksama. Melihat sala satu teman kelasnya gadis blonde itu tersenyum dan menghampirinya.
"Suly-ssi, apa aku bisa meminta bantuanmu?" gadis itu mengangguk.
"Tentu saja. Kau ingin aku membantu mu apa?" Tanya nya dengan ramah.
"Kau bisa mengambil gambar ku dan keluargaku?" Chaeyoung tersenyum dan langsung mengambil kamera milik sang adik untuk diberikan kepada teman seangkatan nya itu.
"Satu.. dua.. tiga.."
Cekrek!
"Sempurna! Bagaimana, kau suka?" Chaeyoung mengangguk antusias ketika melihat hasil foto teman kelasnya itu bagus.
"Terimakasih." Gadis dengan nama Suly itu tersenyum dan mengangguk. Setelahnya ia pergi dari sana dan menghampiri teman-teman nya.
Tasikmalaya, 5 November 2023.
Yang pendek pendek dulu aja ya ges partnya🫶.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance
FanfictionSeberapapun jarak yang mereka buat, mereka tetaplah saudara. Ikatan darah tidak dapat dihalangi oleh badai sebesar apapun.