Pagi ini mau tak mau Lisa harus mengikuti sarapan pagi bersama keluarganya untuk menemani Hyeri. Jika bukan karena Hyeri, Lisa tak mau turut serta dalam kegiatan rutin itu.
Ketiga kakak Lisa memperhatikan perlakuan hangat adik mereka kepada gadis kecil itu. Senyum dan tawa Lisa bahkan mereka baru melihatnya dengan jarak dekat.
Selama beberapa hari belakangan ini mereka kehilangan senyum dan tawa yang sudah menjadi cadu untuk mereka bertiga. Melihat Lisa yang mengumbar dua hal itu mereka merasa iri. Karena Lisa hanya mengumbar senyum dan tawa nya hanya untuk orang tertentu saja.
Ketiganya sudah sepakat untuk memperbaiki hubungan mereka yang sempat renggang hari ini. Entah itu siang nanti, sore, ataupun malam.
"Appa..." Jiyong yang namanya dipanggil langsung menghentikan pergerakan tangannya dan menaruh sendok yang saat ini ia genggam. Memperhatikan putri bungsunya yang sepertinya akan berbicara kembali.
"Sore nanti, apa aku boleh pergi keluar? Aku sudah berjanji akan membawa Hyeri ke pasar malam di Myeongdong." Jujur saja saat ini Lisa merasa takut. Debaran jantungnya saja saat ini berdetak cepat.
"Tidak." Jawaban itu seakan membuat Lisa terbawa dengan ingatan beberapa bulan lalu.
Lisa hanya diam sembari menatap si pemilik suara itu. Tapi tidak lama memalingkannya dan menunggu jawaban dari Jiyong. Jiyong sendiri diam sembari berpikir.
"Appa akan mengizinkan mu pergi, tapi dengan satu syarat. Kau harus ditemani salah satu dari kakakmu." Syarat macam apa ini?
Tidak mungkin jika Lisa pergi ditemani oleh salah satu dari mereka, bukan? Hubungan mereka saja saat ini sedang tak baik.
"Kenapa salah satu, jika kami bertiga bisa menemani nya. Benarkan, Unnie?" Chaeyoung menatap kedua kakaknya. Tak peduli dengan tatapan tak suka dari Lisa.
"Tapi Appa, aku sudah berjanji hanya akan menghabiskan waktu kami berdua saja. Lagi pula---"
"Pergi ditemani kakakmu atau tetap disini." Jiyong menatap Lisa dengan tatapan santai. Bahkan pria itu melanjutkan sarapannya dengan santai.
.......Hyeri merasa takut saat melihat Lisa yang memasang wajah datar seperti itu. Bahkan sejak selesai sarapan ia tak berani berbicara. Wajah kakaknya itu sangat menyeramkan jika seperti itu.
Melihat Hyeri yang hanya diam sejak tadi membuat Lisa merasa aneh. Karena biasanya gadis kecil itu selalu berceloteh jika mereka sedang berdua. Kaki itu berjalan menghampiri dimana Hyeri saat ini sedang duduk dan menundukkan kepalanya.
"Unnie perhatikan sedari tadi kau hanya diam saja. Waeyo? Apa ada seseorang yang membuat mu takut disini?" Lisa bertanya dengan suara lembut.
Sedangkan Hyeri hanya diam dan terus menatap kakaknya itu dalam diam. Gadis itu dapat merasakan perubahan pada kakaknya. Wajah menakutkan tadi sudah tidak ada lagi disana. Dan hanya menyisakan senyuman manis yang biasanya ia dapatkan.
"Unnie sudah tidak marah lagi?" Mendengar pertanyaan dari Hyeri membuat Lisa merasa bingung.
Tapi sesaat ia baru menyadarinya. Dalam hati Lisa merutuki dirinya sendiri. Seharusnya ia tak memasang wajah datar didekat Hyeri seperti tadi.
"Aniya, Unnie tak marah pada siapapun. Mianhae, eoh? Pasti Hyeri tak nyaman dengan Unnie, ya?" Mendapat senyuman manis dari Hyeri, Lisa langsung mengecup seluruh wajahnya karena terlalu gemas.
Tokk.. tokk.. tokk..
"Biar aku saja yang membukanya, Unnie." Gadis itu berlari kecil menuju pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance
FanfictionSeberapapun jarak yang mereka buat, mereka tetaplah saudara. Ikatan darah tidak dapat dihalangi oleh badai sebesar apapun.