Twenty One: Paramore - The Only Exception
Angka menunjukkan pukul 6:44 malam ketika Justin baru sampai di rumah. Cowok itu melepas jaketnya, lalu berjalan menuju dapur. Ia memang pulang sedikit terlambat hari ini karena harus mengantri membeli kebab dulu untuk adiknya.
"Pam, I bought you kebab," gumam Justin dengan suara lantang. Tidak ada jawaban.
Cowok itu mengerutkan dahinya lalu menghadap ke tangga menuju lantai 2, berharap ia akan segera melihat Pamela disana. Aneh, tidak biasanya Pamela berdiam di kamar.
"Pam?" panggil Justin lagi, kali ini suaranya lebih keras. Masih tidak ada jawaban.
Justin mendengus jengkel lalu berjalan menaiki tangga. Pasti gadis itu sedang tidur karena tidak ada hal lain yang bisa dilakukan. Ketika sampai di depan kamar gadis itu, Justin mengetuk.
"Pamela, I bought you kebab," kata Justin lalu terdiam untuk mendengar jawaban gadis itu. Namun tetap tidak ada sahutan.
Justin mendorong pintu kamarnya perlahan, lalu terdiam ketika melihat isi kamar gadis itu kosong. Pamela tidak di rumah.
Justin segera berlari menuruni tangga lalu meraih telepon rumahnya. Ia membuka daftar buku telepon dan mencari nomor rumah keluarga Hood. Kalau Pamela ingin kabur malam ini, pasti itu ke rumah Calum.
"Hello?" sebuah suara wanita terdengar tak lama kemudian.
"Hey Mali, it's me Justin," kata Justin pelan.
"Oh hey, what's up?"
"Is Pamela there? Um, with Calum?" tanya Justin sambil menggigit kukunya khawatir. Pamela tidak seharusnya keluar rumah karena ia masih dalam masa hukuman.
"Calum? He just left like, 5 minutes ago, alone," kata Mali. Terdengar nada bingung dalam suaranya. "Isn't Pamela supposed to be at prom?"
"She's not going," kata Justin sambil menghela nafas. "Okay, thank you so much. Bye"
Tanpa basa-basi, cowok itu segera mengakhiri panggilan dan mencari nomor lain di buku itu.
"Hello?" terdengar suara lain lagi setelah Justin menekan nomornya.
"Mary, it's me Justin," ujar Justin terburu-buru. "Is Pamela with you right now?"
"Pamela?" suara Mary terdengar bingung. "I'm on my way to prom. She's not going, right?"
"Shit," Justin mengumpat. "The problem is she isn't home."
"Maybe she's just leaving to the supermarket," kata Mary santai.
"She is grounded, Mary. She could've just asked me to buy something for her," ucap Justin menggerutu. Mary tidak menjawab, membuat Justin mengerang frustasi. "Alright, thank you. Bye."
Justin meletakkan kembali telepon rumahnya lalu mengintip ke jendela luar, berharap adiknya sedang berjalan menuju teras rumah. Tapi gadis itu tidak ada.
Justin memutuskan untuk duduk sebentar di sofa ruang TV, memikirkan siapa lagi yang kira-kira ia bisa hubungi. Mungkin saja gadis itu pergi ke salah satu teman sekolahnya yang ia tidak kenal, lalu diam-diam pergi ke prom bersama. Atau lebih parahnya lagi, ia tidak pergi dengan teman sekolahnya.
Justin membelalak. Luke. Dia satu-satunya orang terdekat Pamela yang belum ia hubungi.
++
"This is a bad idea," gumam Luke sambil bersandar di stirnya, sesekali mengecek ponselnya dengan bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
fifteen | luke robert h
Fanfiction"i'm fifteen and he is... well, he is turning twenty one."