Four: One Direction - Alive
Hari itu berjalan seperti biasa. Terik matahari (yang tidak menyengat sama sekali), angin yang dingin dan suasana ramai disaat yang bersamaan. Pamela sedang menjilat eskrimnya dengan brutal saat Mary datang lalu duduk disampingnya.
"Calum told me everything," kata Mary to the point. "I'm sorry, Mei, I'm such a bad friend."
Pamela melirik temannya itu sekilas, lalu mengangguk. "It's okay. Even if you asked me to go, I'd probably say no."
"No, it's not about that," Mary menggeleng. "I went with Calum, that's the problem."
"No it's not," Pamela tertawa pelan. "So what? Calum is our friend."
"Yeah," Mary tersenyum tipis. "Don't worry, you guys are my otp."
Pamela hanya mencibir, yang membuat Mary terbahak-bahak. Pamela kembali memakan es-krimnya dan meninggalkan bekas warna cokelat di pinggiran mulutnya. Tiba-tiba Mary tersenyum, yang entah kenapa membuat Pamela merasakan ada sesuatu yang tak beres.
"Hey, Calum!" Mary tersenyum, melambai kepada seseorang di belakang Pamela, sebelum kembali melirik gadis itu dengan tatapan jahil.
Mata Pamela membelalak dan seketika tenggorokannya terasa tercekat. Gadis itu buru-buru meneguk air untuk meredakan tenggorokannya.
"Come here, sit with us!" panggil Mary penuh antusias.
"Mary!" protes Pamela, tapi gadis itu hanya tersenyum. "Fuck you. I'm leaving."
"Why leave?" tiba-tiba sebuah suara berbicara, bersamaan dengan sosok Calum yang duduk disamping Mary dengan tampang penasaran.
Pamela tidak menjawab apa-apa. Dia malah menatap Mary dengan tatapan membunuh, yang sama sekali tidak disadari oleh Calum.
"Anyway, me, Jake and Frank are going to Pizza Crunch after school. You guys in?" tanya Calum sambil menggigit rotinya.
"Ah! Pam works there. Maybe you should go, Pam. Calum will drive you," cerocos Mary, yang makin membuat Pamela ingin mencekik gadis itu juga jika saja Calum tidak disini.
"Really? Yeah, I could drive you," kata Calum dengan riang. Ugh, sifat periangnya yang dulu sempat membuat Pamela ingin bergelinding di sepanjang jalan. Ditambah lagi senyum manis yang selalu terplester di wajahnya.
Dan yang membuat Pamela nyaris memukul kepalanya ke tembok adalah, Calum bersikap seolah dia tidak tahu mengenai perasaan Pamela dulu.
"So?" Mary menatap Pamela penuh harap, namun gadis itu tak menjawab. "Well, let's take that as a yes!"
***
Berdua di mobil bersama Calum tidak segrogi saat memberikan formulir kepada Luke. Calum tidak sedikitpun menyebut-nyebut soal Mary, dan itu membuat Pamela lega setengah mati. Calum tahu betul cara menjaga perasaan seseorang.
"How's your dad? It's been a long time," kata Calum saat mereka harus berhenti di perempatan jalan karena macet dan lampu merah yang payah.
"He's good. How's your parents?" Pamela meraih gelang karet yang ia pakai, memelintirnya.
Calum setahun lebih tua dari Pamela dan mereka dulunya adalah teman baik. Rumah mereka memang tidak bersebelahan, tapi mereka sering bermain bersama sejak sebuah taman di perumahan mereka dibuat. Bahkan mereka pernah membuat geng yang berisikan anak-anak perumahan berjumlah kurang lebih 10 orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
fifteen | luke robert h
Fanfiction"i'm fifteen and he is... well, he is turning twenty one."