Six:Kodaline - High Hopes
Luke memandang langit-langit kamarnya dengan bosan. Kalau ada hal lain yang ia boleh lakukan sekarang, ia akan memilih pergi kembali ke Australia dan menghabiskan sisa hidupnya disana.
Amerika bukan tempat impian Luke, apalagi bersekolah disana. Awalnya London adalah tujuan utamanya; namun Liz memikirkan rencana lain-menempatkan Luke dengan kakaknya, Ben, di Amerika.
Luke mendesah bosan, lalu meraih ponselnya dan menatap lockscreen bergambar anjing milik Vanessa, sahabatnya. Berbicara soal Vanessa, tiba-tiba saja secara kebetulan sebuah panggilan datang dari gadis itu.
"Hello?" Luke menempelkan ponselnya ke telinganya, lalu merentangkan satu tangannya di kasur itu selebar mungkin.
"Hey, Luke, are you busy?" tanya Vanessa dengan suara agak parau, membuat Luke mengernyitkan dahinya.
"No, but my shift starts in 2 hours. Why?" jawab Luke pelan.
"I can't move my leg, I think I need to do medical check-ups," kata Vanessa pelan lalu merintih kesakitan.
"Shit," gumam Luke sambil meraih jaket yang ia sampirkan di headboard kasurnya. "Where's Michael?"
"He told me he's got a bad headache from drinking last night," jelas Vanessa lalu mengerang. "God, can you just come and not ask questions?!"
"Okay, fuck, sorry!" Luke memekik panik lalu meraih kunci mobilnya dan segera pergi menuju rumah Vanessa.
Vanessa Haldwin, teman sebangku Luke saat mereka pertama kali bertemu di Boston University untuk ikut ujian penerimaan mahasiswa baru. Di sebelah Vanessa, adalah Michael Clifford, yang kini juga menjadi sahabat dekatnya. Singkat cerita, mereka jadi sering menghabiskan waktu bersama sejak itu.
Namun beberapa minggu yang lalu, Vanessa mengalami kecelakaan yang menyebabkan kakinya mati rasa dan ia harus menderita selama 5 minggu ke depan sampai kakinya sembuh. Dan membagi deritanya dengan Luke dan Michael juga, catat.
Ketika Luke sampai, Vanessa sudah menunggu di teras rumahnya dengan air mata terus mengalir di pipinya.
"Hey, it's okay. It's gonna be okay," kata Luke mencoba menenangkan gadis itu, lalu meraih tangannya. "Can you walk?"
Vanessa menggeleng sambil merintih, membuat Luke mendesah pelan.
"Please stop crying, I'm gonna cry too," kata Luke sambil berjongkok dan menghadapkan punggungnya pada gadis itu. "Come on."
Vanessa melingkarkan tangannya di leher Luke dan kakinya di sekitar pinggang cowok itu, lalu mereka pun berjalan menuju mobil Luke yang terparkir di halaman luar.
"Luke," bisik Vanessa saat Luke hendak menurunkannya untuk masuk ke dalam mobil.
"Yeah?"
"Can we go eat pizza after this...?" Vanessa nyengir tipis, membuat Luke mendengus lalu mengangguk.
++
Setelah melakukan tes kesehatan dan lain-lain, Luke membawa Vanessa ke Pizza Crunch, sesuai janjinya. Ia sudah menelpon Michael sebelumnya untuk menunggu mereka disana, jadi Vanessa punya seseorang untuk mengantarnya pulang.
Dan ketika mereka sampai, Michael sudah disana.
"Hey how's your leg?" tanya Michael sambil menyentuh lutut gadis yang duduk di kursi roda itu pelan.
"Great way to start a conversation, Michael," gumam Luke lalu melepas kursi roda Vanessa, memberikannya pada Michael.
"How about you fuck off?" Michael mencibir pada temannya itu. "Mrs. Ramsey expected you to come sooner, you lazy employee."
"Oh," jawab Luke, sengaja membuat jawabannya singkat agar Michael tahu bahwa dia sama sekali tidak peduli dengan ucapannya.
Luke memutuskan untuk meninggalkan Michael dan Vanessa di tempat duduk mereka, lalu pergi menuju meja kasirnya. Pamela, yang sudah datang terlebih dahulu, terlihat sedang menopang dagunya dan tersenyum ketika Luke datang.
"So you came here with some friends," ucap Pamela sambil nyengir.
"Oh, yeah," Luke tersenyum tipis. "That's Michael and Vanessa."
Luke meraih name-tag yang ia simpan di tasnya lalu dengan hati-hati memasangnya di bagian kiri atas kausnya. Cowok itu kini melirik Pamela, yang sedang menatap ke arah Michael dan Vanessa.
"What are you looking at?" tanya Luke sambil tertawa.
Pamela terlihat tersentak, lalu tertawa setelahnya. "Nothing. Just staring at your beautiful friend."
"Who?" Luke menahan senyumnya, ikut menopang dagu bersama Pamela dan melihat ke arah kedua temannya.
"Your friend, Vanessa. She's beautiful."
Luke melirik Pamela sekilas. "I know."
Pamela menoleh untuk menatap Luke, yang sedang menatap sahabatnya dalam-dalam. Dan saat itu Pamela tersadar; Luke jatuh cinta.
>>>
anjir gue mau ngakak bahasa gue tinggi gila 'jatuh cinta' wqwqwq tolONG
plus beberapa chapter lagi kita akan memasukki konflik hell yeah >:)
vanessa a.k.a rosie whiteley on multimedia
KAMU SEDANG MEMBACA
fifteen | luke robert h
Fanfiction"i'm fifteen and he is... well, he is turning twenty one."